1.9 One Fine Day

1.6K 117 11
                                    

Alana menemani Arsen yang sedang melakukan fitting baju untuk menghadiri gala premiere filmnya Minggu depan. Di kehamilan 7 bulan ini, selain merasa lebih mudah lelah, Alana juga merasa ia tidak bisa jauh-jauh dari Arsen.

"Eh ada Alana, tumben Neng?" kata fashion stylist Arsen yang menyambut kedatangan mereka.

Arsen tersenyum sambil mengusap bahu Alana yang tengah ia rangkul, "enggak bisa jauh-jauh dari gue." kata Arsen diakhiri dengan cengiran.

"Bawaan bayi ya?" tanya Mas Hanif, si fashion stylist andalan Arsen sejak setahun terakhir ini.

Alana mengangguk sebagai jawaban.

"Berapa bulan Na?"

"Tujuh." jawab Alana

Jawaban Alana tersebut membuat Mas Hanif menunjukkan wajah tercengangnya dalam beberapa detik, namun segera ia ganti dengan senyuman, "sebentar lagi ya," ujarnya.

Dari raut wajahnya Alana dapat menangkap wajah kaget dan seperti sedang memikirkan sesuatu, Alana tahu beliau pasti sedang menghitung sejak hari pernikahan mereka.

Arsen yang tahu situasi lalu menggenggam tangan Alana dan mengusap punggung tangannya, berusaha untuk memberi ketenangan.

Alana tadinya mengira bahwa Mas Hanif tahu tentang mereka, namun dari bagaimana pria gemulai itu terlihat kaget, dapat Alana simpulkan bahwa tidak ada gosip atau pembahasan yang pria itu dapatkan.

"Titip." ujar Arsen menyerahkan handphone dan dompetnya yang ada di dalam saku celana pada Alana, kemudian suaminya itu mengikuti Mas Hanif ke lemari pakaian.

Melihat dompet Arsen merk Braun Buffel keliatan brand  asal Jerman tersebut seperti ada dorongan dalam diri Alana untuk mengetahui isinya, namun belajar dari pertengkaran mereka kemarin-kemarin, Alana tidak ingin ia justru mendapati sesuatu yang menimbulkan reaksi berlebihan dari dirinya.

Maka dari itu, Alana memasukkan dompet tersebut ke dalam tasnya dan mengubur rasa penasaran untuk melihat apa isinya.

"Neng Alana, menurut kamu baju yang ini gimana?" tanya Mas Hanif memperlihatkan Arsen dengan fashion khas band tahun 80-an tersebut yang bagi orang awam tidak mengerti fashion seperti Alana itu terlihat aneh.

"Pakai apa aja ganteng sih." balas Alana, jawaban basic sekali.

"Jadi ini setuju kan?"

"Kak Arsen gimana?" tanya Alana menyerahkan keputusan pada suaminya, karena menurut Alana yang terpenting dari sebuah pakaian adalah si pemakainya.

"Aku enggak ngerti yang gini-gini, jadi semua terserah Hanif aja." jawab Arsen.

"Ganteng kok."

"Kenapa pake kok?" tanya Arsen.

"Yaudah ganteng banget." balas Alana.

Mas Hanif yang melihat Arsen salah tingkah dipuji Alana langsung menepuk bahunya, "dia ini aneh Na, selalu enggak sadar kalau dia ganteng."

"Betul!" Alana menyahut dengan semangat, "padahal dia enggak pernah jelek, tapi selalu ngerasa jelek. Kadang suka kesal juga sih." jawaban Alana seolah menjadi momen untuk mengungkapkan uneg-uneg yang ia miliki ketika Arsen selalu tidak percaya kalau ia itu tampan.

"Dibanding Chris Evan?"

"Wah ya jelas, gantengan dia." Alana menjawab cepat tanpa berpikir panjang.

Sedangkan Mas Hanif dibuat tertawa ngakak oleh jawaban tersebut, "emang manusia itu enggak pernah puas ya." ujarnya disela-sela tawanya.

"Aku mencoba realistis dan jujur aja sih Mas." jawab Alana membela diri.

Plot Twist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang