0.9 Healthy Relationship

2.1K 121 26
                                    

"Nana, kamu lihat iPad aku nggak?" tanya Arsen sedikit berteriak karena sekarang Alana sedang berada di dalam kamar mandi, sementara Arsen di kamar.

Ungkapan bahwa manusia tidak ada yang sempurna itu benar adanya, meskipun Arsen nyaris sempurna tapi ia sangat pelupa. Setiap hari pasti selalu ada pertanyaan "Nana, kamu lihat bla bla bla aku nggak?"

Padahal kadang ada disekitarnya, namun Arsen tidak dapat menemukan benda yang dicari itu, "coba kamu lihat di dalam ruangan aku. Tadi malam kan kamu terakhir baca email di sana." jawab Alana, sedikit meninggikan volume suaranya agar Arsen bisa mendengar.

"Nana, kamu ngapain?" tanya Arsen sambil mengetuk pintu kamar mandi.

"Lagi sikat gigi, kenapa?" tanya Alana, ini masih jam 9 pagi, mereka baru sarapan bersama.

"Buka sebentar dong Na."

Mendengar itu Alana langsung membuka pintu kamar mandi, Arsen terlihat sedang mengusap bagian dagunya menggunakan tissue. Tentu saja hal tersebut membuat Alana penasaran, "kamu kenapa Kak?" tanya Alana.

Arsen lalu berdiri di sebelah Alana sambil mematut dirinya di depan cermin wastafel, untung wastafel ini lebar jadi mereka tidak perlu saling menggeser untuk berebut melihat diri di cermin, "Tadi aku cukuran, tapi karena tiba-tiba ingat email di iPad yang belum sempat aku balas jadinya buru-buru, eh kegores." jelas Arsen.

"Coba aku lihat!" ujar Alana menyingkirkan tangan Arsen yang menutupi goresan yang ia maksud, "kamu kenapa tiba-tiba mau cukuran?" tanya Alana.

"Besok ada presscon series yang aku produksi, jadi mau tampil agak fresh. Soalnya udah berantakan banget ini."

Alana mencibir mendengarnya, "gaya banget mau tampil agak fresh, kamu tu mau gimanapun tetap ganteng Kak." kata Alana sambil mengusap bagian tergores yang darahnya sudah mulai berhenti.

Arsen tersenyum mendengar pujian itu, meskipun pujian soal tampangnya kerap kali Alana lontarkan namun tetap saja efeknya masih sama, sama-sama mampu membuat Arsen salah tingkah. Padahal ia sudah sering sekali dipuji tampan, namun pujian dari Alana memang beda level.

"Tapi emang lumayan nggak beraturan sih Kak brewok kamu." Alana kembali berkata setelah memperhatikan wajah Arsen dengan seksama, "mau aku bantu cukuran nggak?" tanya Alana menawari.

"Emang kamu bisa?" tanya Arsen, bukannya meragukan kemampuan Alana. Ia tahu istrinya bisa melakukan apapun, namun untuk mencukur brewok rasanya sedikit diragukan mengingat Alana kadang ceroboh.

"Belum pernah nyoba sih, tapi kalau kamu mau jadi objek percobaan boleh kok. Gimana?" tanya Alana, sudut bibirnya tersenyum menatap Arsen.

"Oke, sesuai kata kamu mau gimanapun hasilnya nanti aku tetap ganteng." jawab Arsen menyetujui, gimana ia tidak setuju jika wajah Alana dengan senyumnya tidak dapat Arsen tolak.

Alana lalu mengambil alat cukur yang ada di dalam rak mini di atas meja sebelah wastafel, "kamu agak nunduk dong Kak, aku nggak kuat kalau harus jinjit." Alana menepuk-nepuk bahu Arsen agar suaminya itu sedikit menundukkan tubuhnya.

"Pegal dong Na ..."

"Ya terus gimana?"

Arsen lalu mengangkat tubuh Alana dan mendudukkan Alana di sebelah wastafel, "manusia hidup berakal Na." jawab Arsen lalu tersenyum.

"Ini aman nggak? Nanti aku jatuh lagi." ujar Alana sambil meraba-raba tempat yang sedang ia duduki, takut kalau tiba-tiba ambruk yang menjadi korban bukan dirinya saja namun bayi mereka juga.

Arsen lalu meletakkan dua tangannya di masing-masing pinggang Alana, "aman ..." ujarnya.

"Modus kamu." kata Alana.

Plot Twist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang