Semenjak tinggal sendirian di negara orang, Alana memiliki rutinitas membersihkan seluruh sudut tempat tinggal ketika weekend, dan itu juga terbawa hingga ia menikah. Meskipun awal-awal Alana tinggal di sini sempat dilarang oleh Arsen untuk bersih-bersih, namun tetap saja Alana lakukan, dan ujung-ujungnya Arsen yang jadi mengikuti kebiasaan Alana.
Akan tetapi berhubung perut Alana semakin membesar, kakinya juga akhir-akhir ini mulai membengkak, dan Alana juga lebih sering merasa kelelahan ketika terlalu banyak bergerak, maka dari itu ini kali pertamanya hanya menjadi penonton, sementara Arsen yang melakukan rutinitas bersih-bersih rumah.
"Air aquarium ganti deh Kak, udah keruh banget itu kayak wajah kamu kalau lagi cemburu." celetuk Alana diakhiri dengan cengirannya.
"Kapan aku cemburu?" tanya Arsen, walaupun wajahnya keliatan kesal tapi tetap saja menuruti perintah Alana.
"Jadi enggak pa-pa nih aku balas WhatsAppnya?" tanya Alana dengan posisinya sedang bersantai duduk di sofa sambil menikmati keripik brownies hasil eksperimennya di dapur kemarin sore.
"Astaga, masih kamu save nomornya?"
"Tuh kan, gitu aja ngegas."
"Enggak, biasa aja."
"Iya biasa aja, percaya." jawab Alana mengakhiri perdebatan mereka, sebenarnya ingin Alana lanjutkan namun berhubung ia kasihan melihat wajah lelah Arsen karena sedari tadi ia suruh-suruh, jadilah Alana menarik kembali semua kalimat yang dapat memancing emosi Arsen.
Kurang lebih setengah jam kemudian, Arsen selesai dengan segala urusan bersih-bersih yang Alana perintahkan. Masih dengan keringat yang membasahi hampir seluruh bagian kaos yang ia kenakan, Arsen langsung duduk disebelah Alana.
"Na, gimana kalau kita balik ke setelan awal aja? Pakai pembantu lagi?" tanya Arsen, dulu sebelum menikah ia memiliki pembantu, namun setelah menikah pembantunya terpaksa ia alihkan bekerja di rumah manajernya karena keinginan Alana agar mereka bisa secara mandiri mengerjakan semuanya tanpa bantuan siapapun.
Alana menyerahkan segelas minuman dingin yang sudah ia sediakan untuk Arsen, "boleh juga, lagian aku udah engap banget kalau harus bolak-balik nyapu."
Usai menghabiskan segelas minuman tersebut tanpa sisa, Arsen menyerahkan gelasnya pada Alana. Sementara ia langsung menyenderkan kepalanya di bahu Alana, "berat banget ya Na?" tanya Arsen.
Alama yang paham maksudnya mengangguk, "makanya dokter nyuruh aku kurangin makan terutama yang manis-manis, dikhawatirkan berat bobot bayinya diatas berat bayi normal, aku nanti susah melahirkan." jelas Alana.
Arsen tersenyum meledek mendengarnya, "makanya kalau dibilangin nggak usah banyak-banyak makan manis nurut, bandel sih ..." kata Arsen sambil memandang wajah kesal Alana masih dengan posisi menyandar di bahu Alana.
"Dibilangin juga bukan mau aku."
Arsen lalu tertawa sambil mengusap perut Alana, "maafin ya baby, sejak dalam kandungan sudah jadi korban fitnah Ibu kamu."
Mendengar kalimat yang Arsen ucapkan membuat Alana kesal hingga menarik salah satu rambut yang ada di tangan Arsen dan itu mampu membuat suaminya itu meringis kesakitan. Senyum Alana melihat wajah kesakitan Arsen seakan menyiratkan kepuasannya karena kesal pada Arsen, namun senyum itu tidak berlangsung lama karena setelahnya wajah Alana kembali empati sambil mengusap bagian yang menjadi korban kekesalannya.
"Kak, kalau aku live Instagram boleh nggak?" tanya Alana, tiba-tiba rindu dengan sosial media tersebut. Padahal dulu ibaratnya tiada hari tanpa Instagram, tapi setelah banyaknya komentar negatif yang ia dapatkan, Alana memutuskan untuk menjauhi aplikasi tersebut demi menyelamatkan kewarasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Plot Twist
Storie d'amore"Arsenio Dharmendra dan Alana Dara adalah pasangan paling plot twist yang pernah ada. Ketika nation husband dan nation sweetheart nikah disitulah the real patah hati untuk pemuda-pemudi Indonesia" Itu adalah salah satu cuitan di Twitter yang mendapa...