1.7 We Don't Talk Anymore

1.9K 137 49
                                    

Sepulangnya dari acara birthday party Dina, Alana kehilangan rasa kantuknya dan kini otaknya malah penuh sekali dengan ide dan gagasan yang harus segera ia tumpahkan di thesisnya. Kalau tidak, Alana khawatir ide dan gagasan itu menguap begitu saja.

Maka dari itu setelah membersihkan diri dan memakai skincare, Alana segera membuka laptopnya dan mengerjakan semua yang ada di dalam otaknya.

"Nana, kamu belum mau tidur?" Arsen membuka pintu ruang khusus milik Alana, mendapati istrinya itu sedang mengerjakan sesuai di laptopnya.

"Belum, sebentar lagi." jawab Alana, masih fokus mengetik tanpa menoleh ke arah Arsen.

"Sudah lewat tengah malam Na, besok lagi dilanjut."

"Kalau dikerjain besok, ide dan gagasannya bisa hilang. Kapan thesis aku kelarnya kalau gitu?"

Arsen menghela napas, "ya udah aku temenin." ia lalu duduk di salah satu sofa.

"Kamu tidur duluan aja, kamu pasti capek banget karena tadi jalanan macet." Alana masih menolak ide Arsen untuk menunggunya hingga selesai, karena Alana tidak tahu ia akan selesai kapan.

Tidak ada sahutan apapun dari Arsen, Alana juga tidak berniat untuk menoleh ke belakang sekedar memastikan apa yang sedang suaminya lakukan. Maka dari itu ia diam saja dan kembali fokus melanjutkan kegiatannya.

Ruangan mendadak sunyi, hanya terdengar suara jari-jari Alana yang menekan keyboard. Dalam kesunyian ini, entah mengapa otak Alana yang tadinya menggebu-gebu sekali isinya tentang thesisnya mendadak berganti dengan histori lagu favorit Arsen.

"Nana, kamu lagi menghindari aku ya?" suara Arsen terdengar tiba-tiba dan itu cukup membuat Alana kaget, karna tadi Alana mengira bahwa suaminya sudah tertidur.

"Kenapa aku harus menghindar dari kamu?" tanya balik Alana.

"Na, aku enggak mau kita dian-diaman begini, dari birthday partynya Dina sampai tiba di rumah, kamu diam aja Na." Arsen kini sudah berada di hadapan Alana, bersender di lemari yang ada di sebelah meja.

"Memangnya apa yang harus aku omongin? Enggak ada kan?" Alana mendongak menatap Arsen, tiba-tiba moodnya untuk mengerjakan thesis hilang begitu saja.

Arsen yang mendengarnya hanya bisa menghela napas, dari nada bicara Alana saja ia sudah tahu bahwa ada kemarahan di sana.

"Tapi kamu enggak kayak biasanya."

"Biasanya gimana sih? Perasaan aku gini-gini aja."

"Kamu masih mikir soal tadi ya Na?" tanya Arsen menebak isi pikiran Alana, karena pembicaraan mereka tadi memang belum menemukan titik akhir.

"Kalau iya, memangnya kamu mau jawab?" Alana balik bertanya.

Arsen dibuat bungkam oleh pertanyaan tersebut, Alana jadi merasa kesal sendiri karena ia benar-benar awam soal dunia Arsen. Bahkan menebak siapa kiranya sosok yang membuat suaminya merasa perasaan dejavu saja Alana tidak tahu.

Alana jadi menyesal dulu ketika masih aktif di dunia akting, ia malah menghindar setiap kali orang-orang bergosip di suatu perkumpulan, karena Alana merasa pengetahuannya soal gosip benar-benar zonk.

Melihat Arsen yang seperti tidak ada keinginan untuk menjawab, Alana lalu mengetikkan sesuatu di pencarian internet laptopnya.

Ada banyak artikel yang muncul dengan berbagai judul berkaitan dengan kisah asmara Arsen. Entah mengapa Alana merasa harus tahu, jadi ia setidaknya bisa meraba-raba siapa sosok tersebut.

Alana memperbaiki letak kacamatanya ketika membaca salah satu artikel, ada perasaan tidak rela dan marah, namun Alana jelas tahu bahwa ia tidak bisa mengubah itu semua, karena kejadian itu jauh sebelum Alana dan Arsen saling mengenal satu sama lain.

Plot Twist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang