2.6 Fase Kehidupan

1.1K 111 30
                                    

"Obat dan segala hal yang mungkin kamu butuhkan, ada di dalam pouch warna biru." kata Alana yang sedang packing pakaian dan segala keperluan Arsen selama berada di Korea dalam rangka menghadiri salah satu festival film bergengsi di sana.

Apalagi salah satu film Arsen masuk dalam film yang akan diputar di sana, sebagai seorang istri Alana tentu saja sangat amat bahagia atas pencapaian tersebut walaupun film-film Arsen memang sudah sering lalu lalang di berbagai festival film dunia.

Namun, sebagai seorang seniman ada rasa sedikit iri ketika menyadari bahwa selama ia berkarir baru satu kali filmnya bisa tembus festival film di luar negeri. Ada banyak kalimat yang berawal dari 'kalau saja' ada di dalam benak Alana.

Kalau saja, semua berjalan seperti yang ia rencanakan. Kuliah di luar negeri dan kembali ke Indonesia untuk memulai karirnya kembali.

Atau

Kalau saja, ia menunda satu atau dua tahun kuliahnya dan menerima tawaran film-film dengan naskah yang bagus yang ditawarkan oleh sutradara pada saat itu.

Atau

Kalau saja, ia tidak bertemu Arsen.

"Nana, kamu kenapa?" Arsen yang tengah memakai parfum melihat Alana tengah melamun.

"Hah?" Alana langsung dibuat sadar dari apa yang ia lakukan.

"Are you okay?" Arsen lalu duduk di sebelah Alana dan mengusap bahunya.

Alana tersenyum, "memangnya aku kenapa?"

"Kamu tadi melamun."

"Emang iya?"

Arsen mendengus, Alana dan kebiasannya.

"Kalau kamu kenapa-kenapa, cerita sayang," kata Arsen dengan lembut, "biar aku aja yang beresin packing ini." lanjutnya karena merasa Alana sedikit kehilangan konsentrasinya.

Alana lalu membiarkan saja pekerjaannya diambil alih oleh Arsen, ia lalu berdiri dan duduk di sebelah tempat tidur Andaru yang tengah terlelap.

Dari posisinya, Alana mengamati Arsen. Meski masih bingung dengan perasaannya namun Alana percaya bahwa selalu ada alasan pada setiap hal yang terjadi.

Ia lalu melihat Andaru yang sedikit menggeliat dengan mata masih terpejam. Sekarang ia tahu, dari segala hal yang hilang dalam hidupnya, ada satu hal besar yang datang menggantikan segala kehilangan.

Andaru, anaknya.

Seolah memiliki ikatan batin, mata Andaru terbuka dan senyum Alana segera terbit. Seolah dia hal itu adalah magnet yang saling menarik satu sama lain.

"Halo Aru sayang, gimana tidurnya? Enak?" Alana menyapa Andaru yang bergerak-gerak lucu ditempatnya.

Mendengar sapaan tersebut Arsen datang dan berdiri di sebelah Alana, "Bapak mau pergi, kamu di rumah jagain Ibu ya?"

Alana tersenyum mendengar perkataan itu, "apa nggak kebalik?"

"Sejak kecil harus ditanamkan pemikiran bahwa tugas laki-laki adalah menjaga perempuan."

"Hmm menarik," balas Alana, "enggak sekalian sejak kecil harus ditanamkan nilai-nilai Pancasila?"

"Boleh juga, ditambah ditanamkan hapalan pembukaan Undang-undang Dasar 1945."

Alana tertawa dan menepuk bahu Arsen ketika mendengar jawaban tersebut, tawa spontannnya ternyata membuat Andaru terkejut hingga menangis.

Arsen lalu segera mengambil Andaru dan menggendongnya, "ketawa Ibu bikin kamu kaget ya? Maaf ya, maafin Ibu ya?" Arsen berbicara pada anaknya seolah mewakili permintaan maaf dari Alana.

Plot Twist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang