013. Kota Soto

801 95 9
                                    

Kalo memang dia benar benar menyukainya, sepertinya Xiao Hei perlu banyak berjuang, hhhh. . .

.

.

.

Sudut pandang Tang Chuntian.

Sudah 5 tahun semenjak kejadian ayah yang tak ada di rumah itu. Sekarang kami bertiga telah lulus dari akademi Notting.

Seperti dicerita aslinya, guru menyuruh kami untuk melanjutkan sekolah di akademi Shrek. Pagi itu, setelah upacara kelulusan, aku, kakak, Xiao Wu, dan Xiao Hei memulai perjalanan menuju kota Soto, yang terletak di sebelah selatan Kerajaan Dou Surgawi, berbatasan dengan Provinsi Fasinuo.

Kota ini tampak makmur, dengan gerbang perbatasan yang sangat megah, dengan gaya bentengnya yang lumayan unik.

Banyak toko toko makanan serta hotel disepanjang jalan kota Barak. Mengikuti alur cerita yang ada, Xiao Wu berkata, " Xiao San, Xiao Tian, Xiao Hei, ayo kita istirahat dulu itu, ada hotel ayo kita mampir ke sana saja, " ucapnya sambil menunjuk sebuah hotel.

Kami pun masuk ke dalam hotel tersebut. Nuansa ketika kami masuk adalah semerbak bau mawar, dengan tembok yang di cat merah serta pink, walau terbilang nyentrik, tapi warna merah dan pink tadi dipadukan dengan warna putih, dan coklat mengkilap dari perabotan kayu yang ada di sana.

" Kakak cantik, kami pesan 2 kamar ya, " ucapku.

" Eh, 2 kamar? Apakah adik ini yakin ingin 2 kamar? "

" Tentu, "

" Hhh. . . Tapi hanya tersisa 1 kamar, "

Aku pun menghadap ke kelompokku, " gimana ni? Apa pergi aja? "

" Ngga, ngga papa kita disini aja, "

" Tapi kak Xiao Wu, cuma ada 1 kamar, " ucapku lagi.

" Ekh ekhem, tenang saja adik kecil, kamar kami sangatlah luas, cukup untuk menampung 10 orang, " ucap orang yang menjaga tadi sambil mengedipkan matanya padaku.

" Kau!!!! Bisa tidak kau wanita aneh tak cari perhatian, " tiba tiba saja Xiao Hei berteriak.

" Ah!! Iya, kami ambil kakak, " ucapku sambil buru buru menarik Xiao Hei ke tepi.

" Xiao Hei, kamu kenapa sih? "

" Aku ga suka kamu bertingkah seperti itu, "

" Hah? "

" Huh. . . "

' ini anak kenapa bah? '

' tuan rumah, anda sangatlah tidak peka, '

' Tcih. . . Pusing lah aku, '

Aku tak memperhatikan keadaan sekitar ku kala itu, tiba tiba saja kakak sudah mengeluarkan cincin roh nya, yang artinya pertunjukan akan segera dimulai.

Aku pun menonton kakak dan Dai Mubai bertarung.

Untuk kenyamanan pembaca, saya akan menceritakan dari sudut pandang author.

Tang San mengambil dua langkah ke depan,

" Mohon bantuannya, " ucapnya sambil memasang kuda kuda.

Dai Mubai dengan cahaya jahat di matanya, tinju kanan tiba-tiba terangkat, mengikuti serbuan frontal, langsung menyerang dada Tang San. Gerakannya sangat sederhana, tidak berkembang, tetapi ekspresi Tang San berubah. Karena momentum tinju lawan dalam sekejap sudah mencapai efek puncak kekuatan fisik dan kecepatan. Tanpa pengalaman bertempur yang berlimpah, bagaimana mungkin sedikit ini juga mungkin.

Stray in Douluodalu With God SystemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang