Akhirnya kedua bersaudara itu pun keluar dari wuhun hall dengan membawa 2 koin emas ditangan mereka.
.
.
.
" Kakak, setelah ini kita mau kemana? " Tanya Tang Chuntian.
" Apakah Xiao Tian masih ingat pesan ayah? " Tanya Tang San.
" Ah iya, hampir saja lupa, kalau begitu, kita mau magang dimana kak? " Tanya Tang Chuntian.
" Itu, kau lihat bengkel didepan? " Tanya Tang San.
" Apakah itu?. . . . "
" Mn, kita akan mencoba magang disitu, "
Bengkel yang didatangi kedua saudara itu terlihat kumuh. Dan memiliki bau keringat yang sangatlah nyentrik. Berukuran 15×17m dengan pintu yang hanya ditutup dengan spanduk berwarna coklat.
" Anak anak, apa yang kalian lakukan disini? " Tanya seorang pria kekar.
" Halo paman, saya dan adik saya ingin melamar magang, "
Sesaat bengkel tersebut sepi, dan setelah itu, tawa pun pecah diantara mereka. " Ahahahahah, anak anak ini bukan tempat untuk bermain, sebaiknya kalian pulang dan bermain saja, " kata pria tadi.
Tang San dan Tang Chuntian saling memandang, lalu mereka berdua mengangguk dan Tang San maju dan menyentuh gagang palu yang ada didekatnya.
" Anak kecil, apa yang akan kau lakukan? " Tanya pria tadi.
Tang San pun mengangkat palu tersebut, ia menghampiri salah satu meja di bengkel tersebut dan menemukan sebuah biji besi di meja tersebut. Lalu ia memanaskannya ditunggu pemanas dan menempanya menggunakan teknik palu jubah kacau.
" I. . . Ini? Teknik palu jubah kacau? "
Tang San terus menempa biji besi itu sampai dipukulan ke 45, setelahnya ia menghentikan kegiatannya dan melirik pria tadi.
" Bagaimana? " Tanya Tang Chuntian.
" Baik, baik, kalian diterima, " jawab pria tadi.
Setelah diterima menjadi magang Tang San dan Tang Chuntian bekerja di bengkel tersebut selama 4 jam.
Setelah sore mereka pun pulang ke Akademi Notting. Kedua saudara itu mendapatkan 20 koin perak dari pekerjaan magang yang mereka lakukan.
.
Sudut pandang Tang Chuntian.
Ah, badanku remuk banget rasanya. Magang kali ini aku dan kakakku mendapatkan 20 koin perak yang artinya masing masing dari kami mendapatkan 10 koin perak.
Sebelum kami pulang kami melewati pasar terlebih dahulu untuk membeli peralatan hidup seperti makanan ringan, baju, dan lain sebagainya.
Ketika melewati suatu toko aku melihat ada yang menjual tanghulu.
" Kakak bolehkah aku, " kataku sambil menunjuk penjual tanghulu tersebut.
" Ok, "
Setelah disetujui oleh kakakku aku pun menghampiri penjual tanghulu tersebut.
" Halo paman, berapa 1 nya? " Tanyaku pada paman yang menjual tanghulu tersebut.
" Satu tanghulu 1 tembaga nak, " jawab penjual tersebut.
" Paman, ada berapa tanghulu yang kau punya saat ini? "
" Saya membawa 300 tanghulu secara keseluruhan, " jawab paman tersebut.
" Ok, tolong bungkuskan semuanya, " kataku sambil menyerahkan 3 koin perak kepada penjual tanghulu tersebut.
" Wah. . . Terimakasih ya nak, " ucapnya seraya bersyukur.
" Yah, makasih juga buat tanghulu nya paman, "
" Xiao Tian, kamu beli banyak banget? " Tanya Tang San.
" Kakak aku suka makanan manis, dan kayaknya tanghulu ini enak, " ucapku sambil menyerahkan 1 batang tanghulu ke kakakku.
" Huft. . . Iya tapi jangan boros boros dong, "
" Iya iya nggak lagi kok, "
Selepas itu, kami pun pergi ke toko kain dan membeli kain di sana untuk dibuatkan baju. Toko itu sangatlah luas untuk ukuran toko kain dan tentunya sangat lengkap dari mulai yang termurah dan juga termahal. Di sana kami masing-masing memilih dua kain, kakak memilih warna biru dan biru, ya aku kira juga kakak memang suka warna biru sih. Dan untukku sendiri aku memilih warna biru dan putih.
Kau tahu aku harus mencocokkan warna rambut dan warna bajuku agar terlihat tampan. Dan itu sangat sulit mencari warna yang sesuai dengan rambut biru ku selain warna biru karena apabila aku salah memilih warna baju itu akan aneh bila ku kenakan.
Setelah memilih baju kami pun meminta pelayan agar menjahitkan baju kami dan pelayanan tersebut menyuruh kami untuk mengambilnya kembali 2 hari kemudian, dan setelah itu membayar 4 koin perak.
Karena urusan sudah selesai, kami pun pulang menuju Akademi Notting. Ketika kami berdua memasuki asrama kami melihat Wang Sheng dan Xiao Wu yang sedang bertarung.
Xiao Wu maju dengan lincah untuk menangkap pundak Wang Sheng, dan Wang Sheng terus menghindari Xiao Wu. Begitu terus adanya sampai kami pun bosan dengan kelakuan kedua bocah tersebut.
" Ayo kak, tidur aja aku ngantuk, " ucapku sambil langsung tidur.
" Ok, nanti untuk makan malam biar kakak bangunin, "
" Eh, nggak usah kak, aku nanti makan tanghulu aja dulu toh tanghulunya masih banyak, " tolakku.
" Ok, kalo gitu mau mu, "
Aku pun tertidur kira kira sekitar 2 jam kemudian aku terbangun dengan ruangan asrama yang kosong, ya. . . Aku tebak mereka sedang makan di kantin.
Karena merasa tidak ada orang di sekitar sini aku pun mulai mengeluarkan Xiao Hei, terlihat Xiao Hei sekarang sudah sebesar anjing pelacak.
" Astaga Xiao Hei, kau sangatlah besar, " kataku sambil cengengesan.
" Meow~ "
" Ok, Xiao Hei, aku ingin ke luar untuk berlatih, mau ikut? " Ucapku, Xiao Hei yang mendengar hal tersebut pun langsung melompat menuju arahku.
' sistem, bisakah aku keluar tanpa sepengetahuan ayah? '
' hal itu dapat dilakukan, tuan, '
' ok, terimakasih, '
Aku menuliskan sebuah surat kepada kakak, bahwa aku tidak akan pulang malam ini karena akan berlatih di atas gunung.
" Kamu siap Xiao Hei? "
" Meow~ "
Aku pun berlari menuju gunung di belakang sekolah lalu mulai berlatih pedang di sana, kau tahu sebagai seorang komikus dan pembaca setia dari novel novel kultivasi, aku pun banyak mengetahui teknik pedang, walau hanya dasarnya saja.
Aku pun berlatih pedang sampai tengah malam, sampai akhirnya Xiao Hei mengeong di sebelahku.
" Meow~ " sambil mengelus kepalanya di kakiku.
" He. . . Apakah Xiao Hei ngantuk? " Tanyaku sedikit bercanda.
Dan ternyata diangguki oleh Xiao hei aku sempat bingung waktu itu karena ya gimana kebingungan coba bayangin deh tiba-tiba hewan peliharaanmu bisa nganggukin kepalanya.
" Ah. . . Ok, ayo kita tidur di gua itu, "
" Meow~ "
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stray in Douluodalu With God System
FantasíaGal Satoru, seorang komikus dunia mati karena keselek permen?..... ' Mendeteksi tuan rumah ' . ' Mulai mengikat ' . ' Ikatan selesai ' . " Ughhhh, dimana aku, " kata pemuda itu sembari mencoba tuk melihat sekelilingnya. Bukan translate. Terimakasih...