4. Bayang-Bayang

120 2 0
                                    

Seperti biasa Nadia bersiap-siap berangkat kerja. Selesai semuanya Nadia pergi ke ruang makan. Disana Ibu Nadia sudah menunggunya.

"Lo ngapain disini?" kata Nadia.

"Kok kamu ngomongnya gitu" kata Ibu Nadia.

"Maaf" kata Nadia.

"Bima kesini mau anterin kamu berangkat kerja karena dia ada urusan dan satu arah mangkanya dia mampir kesini" kata Ibu Nadia.

"Sejak kapan ini orang jadi perhatian gini. Biasanya dia cuek aja" bathin Nadia.

"Gue minta maaf soal kejadian kemarin" kata Bima.

"Ohhh" kata Nadia.

"Ternyata dia jemput gue cuma mau bilang ini" bathin Nadia.

"Sekalian gue mau berterima kasih sama Lo" kata Bima.

"Soal apa?" kata Nadia.

"Gue udah lama nggak liat ibu gue tertawa lepas kayak kemarin. Biasanya dia juga bercanda sih tapi kayak ada beban" kata Bima.

Nadia menghela nafas.

"Makasih lo udah mau jemput gue. Gue seneng liat ibu Lo bahagia tapi maaf gue nggak mau maafin cewek lo. Bukan Lo yang harus minta maaf tapi dia yang harusnya minta maaf ke gue" kata Nadia datar.

Bima dan Nadia pun diam selama perjalanan. Sesampainya di kantor Nadia mengucapkan terima kasih.

"Makasih ya. Lain kali nggak perlu repot-repot" kata Nadia.

Bima diam. Nadia keluar dari mobil.

"Dianterin?" tanya Serra.

"Iya" jawab Nadia.

"Muka lu kok bete gitu?" tanya Riska.

"Iya gue lagi kesel sama dia. Udah yuk masuk" kata Nadia.

Saat Bima ingin pergi ia melihat ID Card Nadia tertinggal di mobil. Bima segera turun.

"Ngapain Lo disini?" kata Dante.

"Nganterin Nadia? Kenapa?" jawab Bima.

Dante melihat Bima yang sedang menggenggam ID Card Nadia.

"Biar gue aja yang balikkin" kata Dante.

"Kenapa harus lo yang balikkin?" kata Bima.

"Gue kerja disini dan gue satu kantor sama Nadia" kata Dante.

"Gue calon suaminya?!" kata Bima.

"Baru calon belom jadi suami!" kata Dante.

Tidak lama kemudian Nadia datang. Nadia merasa lega Bima belom pergi.

"Untung Lo belum pergi. Itu yang Lo pegang id card gue ya? Sini" kata Nadia mengangkat tangannya. Bima memberikan ID Card itu kepada Nadia.

"Makasih ya, Ayo Dante.." ajak Nadia.

Dante mengangguk. Nadia berjalan di depan Dante. Dante menoleh ke belakang, ia tersenyum melihat Bima yang masih nampak kesal.

****

Milla segera membukakan pintu. Dilihatnya Bima yang nampak kesal.

"Kamu kok dateng pagi banget? Kangen ya sama aku" kata Milla menggoda.

"Kamu apa-apaan sih? Ngapain sampai harus ngelabrak Nadia segala?!" kata Bima.

Milla menjauh.

"Jadi sekarang kamu lebih milih dia daripada aku?" kata Milla.

"Bukan gitu! Kita kan udah sepakat, kamu yang sabar dong" kata Bima.

"Kita lihat aja nanti, awas ya kalau kamu malah beneran sayang sama dia. Aku bikin pernikahan kalian hancur termasuk cewek sialan itu" kata Milla.

****

Nadia sedang memandangi pemandangan dari luar jendela sambil meneguk segelas kopi. Teman-teman yang lain memilih makan siang diluar. Sedangkan ia lebih memilih di ruangan sendirian. Tidak lama Dante masuk.

"Aku ganggu nggak?" tanya Dante.

"Ganggu! Pergi sana" jawab Nadia ketus.

"Hehehe, ada apa sih? Daritadi pagi muka Lo bete aja?" kata Dante.

"Gue lagi kesel aja. Sekarang jadi tambah kesel. Lo nggak bawa apa gitu? Gue tiba-tiba laper nih" kata Nadia.

Dante menunjukkan dua kantong plastik besar yang sengaja ia sembunyikan di belakang dirinya.

"Buat kita berdua. Makan sepuasnya" kata Dante.

"Wahhhhh"

Nadia dan Dante makan bersama. Sesekali Dante melirik wanita disebelahnya, menyeka mulut nya dengan tisu. Nadia jadi agak malu karena terlihat sekali ia kelaparan.

"Maaf ya gue laper banget. Sumpah ini enak banget" kata Nadia.

"Makan yang banyak" kata Dante.

Dante merapihkan rambut Nadia yang terurai sedikit ke depan lalu menyelipkan nya ke telinga Nadia.

"Lo makan juga dong, masa gue aja yang makan" kata Nadia.

Dante lalu ikut makan bersama Nadia.

****

Matahari pagi membuat cuaca yang tadinya dingin karena hujan semalaman sekarang menjadi lebih hangat. Suara decitan burung-burung menambah suasana hangat itu. Nadia mencoba meraih bantal namun tangannya menyentuh sesuatu. Dibuka matanya perlahan-lahan.

Walau buram ia merasa kenal sosok yang tidur disebelahnya.

"Ry..Ryan..." kata Nadia pelan.

"Kamu sekarang senang ya tapi aku sendirian" kata Ryan pelan.

Degggh!!!

Nadia langsung terbangun dari tidurnya. Ia mendapati dirinya masih di dalam kamar. Nadia sampai mencubit pipinya agar ia tau sekarang sedang tidak bermimpi.

Sudah 5 hari berturut-turut Nadia mengalami mimpi yang sama. Hari ini Bima datang untuk mengantarkan Nadia berangkat ke kantor.

"Lo baik-baik aja?" tanya Bima.

Nadia mengangguk pelan.

Kamu senang kan sekarang nggak sendirian lagi? Aku disini yang sendirian

Nadia memegang kepalanya yang terasa pusing dan pandangannya menjadi gelap.

****

Aku UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang