Nadia mengusap air mata di pipinya. Tidak boleh ada penyesalan, begitu ucap Nadia di dalam hati. Hari ini ia akan menjadi hari yang sekali lagi sangat kelabu untuk nya. Nadia memandangi langit yang terlihat cerah. Seperti nya bumi sama sekali tidak bersedih atas perpisahannya dengan Bima.
Nadia tiba bersama keluarga nya. Setengah jam kemudian Bima dan kedua orangtuanya tiba. Masing-masing orang tua saling bersalaman. Raut sedih nampak dari wajah Mama Bima. Nadia hanya mengangguk saat Mama Bima melambaikan tangan. Ia lebih memilih duduk sendirian. Mereka seperti nya tau kalau saat ini Nadia ingin sendiri.
Bima dan Nadia memasuki ruang persidangan. Mereka menjawab setiap pertanyaan dari hakim. Setelah beberapa jam persidangan pun selesai. Hakim memutuskan Bima dan Nadia bercerai. Saat palu diketuk Nadia baru berani menengok ke Bima.
Mereka semua keluar dari ruang sidang. Nadia bersalaman dengan kedua orang tua Bima. Tidak ada kata-kata yang diucapkan.
Bima menghampiri Nadia.
"Nad?" kata Bima.
"Iya?" kata Nadia.
"Semoga lo bisa mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik dari gue. Gue minta maaf ya" kata Bima.
"Semoga.. semoga hubungan Lo sama Milla lancar. Bentar lagi Lo akan jadi seorang Ayah. Semangat ya...gue pulang dulu" kata Nadia.
Nadia dan kedua orang tuanya menuju ke parkiran.
"Aku dijemput sama Dante" kata Nadia.
"Kamu mau kemana...kamu habis.." kata Ibu Nadia.
Ayah Nadia memegang pundak Ibu Nadia.
"Biarkan anakmu sendiri dulu. Anak itu Jangan pulang terlalu malam" kata Ayah Nadia.
Nadia mengangguk. Tidak lama kemudian Dante datang.
"Lo mau kemana? " tanya Dante.
Nadia hanya diam.
"Hmmmh, yaudah lo ikut gue aja"kata Dante.
Dante membelokkan mobilnya. Dante sesekali melirik Nadia. Dante menghela nafas panjang.
"Kayaknya emang nggak ada kesempatan gue buat ada di hatinya" ucap Dante dalam hati.
Dante membawa Nadia ke sebuah restoran bergaya Italia di Jakarta.
"Kenapa lo bawa gue kesini? Lo tau kan gue lagi sedih?" kata Nadia sambil melihat-lihat restoran itu.
Dante menyentil jidat Nadia.
"Gue udah sepuluh kali nanya ke lo nggak dijawab yaudah gue bawa aja kesini. Teman gue baru buka restoran ini jadi sekalian gue ajak lo" kata Dante.
"Ya maaf..." kata Nadia sambil mengusap jidat nya yang sakit.
Dante berbincang dengan temannya itu, Nadia memilih duduk sambi menunggu Dante selesai. Nadia memilih tempat dekat jendela. Ia melamun lagi sampai Dante mengagetkannya.
"Dia bengong lagi... Lo mau makan apa?" tanya Dante.
"Lo yang traktir kan? Gue mau yang paling enak dan yang paling mahal" kata Nadia sambil nyengir.
"Kalau itu bisa membuat tuan putri di depan gue nggak sedih lagi baiklah..." kata Dante.
Dante dan Nadia memesan makanan. Nadia santai saja menghabiskan makanan yang ada di mejanya. Dante tertawa kecil melihat Nadia makan. Dante lalu mengambil tisu.
"Cerai nya belum sehari tapi tenaga Lo udah abis ya?"kata Dante.
Nadia mengangguk.
"Energi gue harus di charge lewat makanan. Lo nggak makan?" tanya Nadia.
"Ngeliat Lo makan aja gue udah kenyang" kata Dante.
Nadia melanjutkan makan nya.
"Nad, gue tau rasanya ini telat banget... Gue tau apa yang mau gue ucapkan ini nggak akan merubah apapun diantara kita berdua... Dari awal gue liat lo gue udah suka sama lo. Gue udah berusaha buat deketin lo tapi malah lo nikah nya sama Ryan. Saat Lo sendiri lagi gue mulai berusaha lagi buat deketin lo tapi malah Bima yang sekarang ada di hati lo..." kata Dante sedikit terbata-bata.
"Dante...." kata Nadia.
"Selama ini gue belum pernah bilang se serius ini ke lo... Gue rasa ini udah waktunya. Nadia, gue jatuh cinta sama lo... Gue suka...gue sayang banget sama lo... Gue nggak minta Lo buat terima perasaan gue. Bukan juga ingin memiliki lo... Gue cuma ingin Lo tau perasaan gue..." kata Dante.
"Dua hari lagi gue berangkat ke Kanada. Nggak tau kapan balik lagi ke Indonesia. Maaf kalau gue bilang ini mendadak" kata Dante.
Nadia menggebrak meja.
"Lo beneran temen kurang ajar ya?! Temen lu ini lagi sedih ditinggal cerai suami malah lo tambahin lagi!!! Gue..." kata Nadia.
Nadia menatap Dante. Matanya berkaca-kaca. Dante tersenyum dan mendekat. Dante menarik kursinya dan duduk di sebelah Nadia.
"Maafin gue yang nggak pernah ngeliat Lo.. maaf karena bikin lo menunggu tanpa kepastian... Maafin gue yang nggak pernah menganggap lo nggak lebih dari teman dan sahabat buat gue... Maaf bikin lo kecewa Dante..." kata Nadia lirih.
Dante memeluk Nadia. Nadia semakin menangis. Ia sedih kehilangan Bima dan sekarang harus bersedih karena Dante akan pergi.
****
Dante mengadakan perpisahan dengan teman kantor nya. Semua sedih terutama Riska. Ia berusaha untuk tidak menangis. Selesai perpisahan mereka semua melanjutkan pekerjaan masing-masing.
Keesokan harinya, sehari sebelum keberangkatan Dante, Riska mendatangi rumah Dante.
Riska mengetok pintuk kencang.
"Dante...Dante...." panggil Riska.
Asisten rumah tangga Dante membuka pintu.
"Ada apa ya mbak ketok pintu kenceng banget?"kata ibu itu.
"Dante...Dante nya mana...." kata Riska.
"Ohh itu.. Mas Dante nya lagi di belakang. Katanya....." belum sempat menyelesaikan ucapannya Riska buru-buru masuk ke dalam.
Dante yang turun dari kamarnya kaget melihat Riska berdiri di hadapannya.
"Gue tau gue nggak sopan. Gue tau... Tapi izinin gue untuk ngomong sekarang..gue nggak mau nanti menyesal karena nggak pernah bilang ini...." kata Riska.
Dante mendengarkan.
"Gue suka sama lo Dante. Benar-benar suka...Gue nggak tau sampai kapan suka sama lo... Tapi kalau lo balik lagi kesini dan lo belum punya pacar, gue mau hubungan kita nggak lagi sekedar temen kerja. Gue akan nunggu sampai lo pulang!!"kata Riska berapi-api.
Dante tertawa kecil. Padahal baru kemarin ia bersikap seperti itu ke Nadia.
"Gue nggak janji... Gue nggak berjanji apapun. Lo mau tunggu gue silahkan.. Bahkan kalau Lo akhirnya memilih yang lain silahkan... Gue nggak mau lo terluka karena gue. Setahun, dua tahun bahkan lima tahun lagi belum tentu gue suka sama lo... Belum tentu..."kata Dante.
"Nggak apa-apa. Gue yakin sama lo!"kata Riska.
"Saling semangatnya kesini lo sampai nggak sadar kalau pakai sendal beda sebelah" kata Dante.
Riska langsung melihat kedua kakinya. Marah dan malu bercampur jadi satu.
"Gue takut lo keburu pergi dan gue belum sempat bilang ke lo..." kata Riska malu.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Untukmu
RomansaNadia dan Bima dijodohkan oleh kedua Kakek dan Ayah mereka karena suatu alasan. Sampai suatu hari mereka saling bertemu secara tidak sengaja dan itu bukan pertemuan yang bagus. Bima yang sudah memiliki pacar, Milla, tidak terima dengan perjodohan te...