11-Which are actually

2.1K 65 0
                                    

Hai, sebelum baca tolong vote dulu ya 🌟
.
.

Adara terlihat gelisah dalam tidurnya. Perempuan itu merasakan kalau seseorang sedang menindih tubuhnya juga menciumi lehernya.

Jika ini mimpi, kenapa Adara bisa mencium aroma maskulin yang sangat kuat?

Dengan terpaksa Adara membuka mata, dan saat itu pula mata indahnya membulat. Seseorang yang sedang menindihnya adalah Sean!

Mata Adara mengerjab beberapa kali. Benarkah lelaki ini Sean? Tapi bagaimana bisa?

"D-daddy?" Adara bersuara.

Lelaki itu mengangkat wajahnya untuk menatap Adara.

"Dad, ini kamu?" Adara menangkup kedua sisi wajah Sean.

Kening Sean mengerut heran, beberapa detik kemudian lelaki itu tersenyum miring. "Yes, I'm your Daddy. Biarkan aku menyentuh kamu, sayang." Sean kembali menciumi rahang Adara.

"Ah—Daddyh!" Adara mengerang saat kedua tangan Sean meremas dadanya dengan keras.

Ciuman lelaki itu beralih pada bibir Adara, menciumnya dengan penuh nafsu.

Adara memeluk pundak Sean untuk memperdalam pagutan mereka. Tangan Sean juga tidak tinggal diam, terus menyentuh titik-titik sensitif Adara.

Sebelah tangan Sean bergerak cepat melepaskan pakaian yang Adara kenakan, membuat perempuan cantik itu telanjang dibawah kendalinya.

Wajah Adara sudah sangat merona karena ditatap seintens itu oleh Sean seakan dirinya adalah makan yang siap untuk disantap.

Sean juga melepaskan pakaiannya lalu kembali mengungkung Adara. Lelaki itu melebarkan paha Adara lalu tanpa banyak kata memasukkan ereksinya yang sudah menegang ke dalam.

"Ugh," Adara mencengkeram pundak Sean dengan kuat.

Meskipun bukan pertama kalinya, Adara tetap merasakan sakit. Terlebih lagi Sean bermain dengan kasar, jauh berbeda saat mereka pertama kali melakukannya.

Saat gelombang itu akan datang, Sean menarik sebelah kaki Adara kepundaknya. Menghantam keras milik perempuan itu lalu menyemburkan sesuatu yang hangat didalamnya.

Nafas Adara memburu, ia bahkan belum sempat membuka matanya namun Sean sudah memutar tubuhnya hingga dalam posisi menungging.

"Ah," Adara mendesah saat Sean memasukinya dari belakang. Milik lelaki itu kembali menghantam dengan sangat keras dan dalam.

Bahkan ranjang ikut berdecit karena pergumulan mereka berdua.

Setelah hampir satu jam bercinta, Sean menyudahi permainannya. Lelaki itu membaringkannya tubuh Adara yang penuh keringat lalu menyelimutinya.

"Sayangnya, aku bukan Daddy kamu itu Adara." Lelaki itu berucap sarkas dan meninggalkan Adara setelah mengenakan pakaiannya.
.
.

Julia sesekali melirik Sean yang sedang tertidur disampingnya dengan posisi kepala Sean yang berada di pundaknya.

Hari sudah pagi namun mereka berdua masih berada didalam hutan. Seharian sudah Julia dan Sean berjalan kesana kemari tapi mereka belum juga menemukan jalan keluar dan memutuskan berhenti dulu untuk beristirahat lalu melanjutkannya pagi ini.

Julia menghela nafas, perempuan itu menyandarkan kepalanya ke pohon besar dibelakangnya. Tubuhnya sangat lelah setelah menyusuri hutan sejak kemarin.

Julia merogoh saku celananya lalu mengeluarkan satu buah jambu batu yang ditemukannya bersama Sean kemarin sore. Hanya tersisa satu buah, ingin sekali Julia memakannya namun perempuan itu masih ingat kalau Sean juga belum memakan apapun sejak kemarin sore.

Akhirnya Julia memilih memasukkan kembali buah tersebut kedalam saku celana, ia menoleh ke arah Sean yang ternyata sudah terbangun.

Tatapan mereka terpaku beberapa saat sebelum pada akhirnya Julia membuang pandangan ke depan. Wajah Julia mendadak merona, perempuan itu berdehem untuk mengurangi rasa gugupnya.

Sean berdiri lalu membersihkan celananya yang kotor. "Sudah pagi ternyata, kita harus cari jalan keluar sebelum kemaleman."

Julia ikut bangun lalu jambu batu yang disimpannya dan memberikannya pada Sean. "Buat Om."

Kening Sean mengerut pelan, "Buat saya?"

Julia mengangguk. "Om belum makan apa-apa dari kemarin sore, pasti Om laper. Ini buat om, aku tadi udah makan satu pas Om lagi tidur." Kata Julia.

Sean mengangguk kemudian mengambil jambu batu tersebut. "Oke saya ambil, makasih ya." Kata Sean. Lelaki itu tidak bisa menolak karena perutnya memang sangat lapar.

"Sama-sama, Om."
.
.

Between Us [End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang