Hai, sebelum baca tolong vote dulu ya 🌟
.
.Adara bersama Avian dan juga kedua orangtuanya sudah sampai disekolah.
Dua jam lagi acara perpisahan akan berlangsung.Hari ini Adara terlihat sangat cantik dengan kebaya modern yang dipakai serta makeup tipis yang menghiasi wajahnya. Avian mengajak Adara untuk duduk dibangku yang telah disiapkan untuk kelas dua belas.
"Nyari siapa, Ra?" Avian bertanya kepada Adara yang sedang memperhatikan sekitar.
Adara diam tidak menjawab. Perempuan itu menunduk dengan kedua tangan yang bertautan. Adara berharap bisa bertemu dengan Sean yang sangat dirindukannya.
"Pasti karena Om Sean, kan?" Tanya Avian pelan.
Adara mengangguk, "Aku kangen banget sama Daddy. Aku takut Daddy kenapa-napa, Avian. Kalau Daddy sampai—"
"Sstt, jangan ngomong yang aneh-aneh. Gue yakin kalau Om Sean ngga kenapa-napa, lo jangan sedih lagi." Kata Avian sambil mengusap kepala Adara.
.
.Sean terbangun dari tidurnya karena merasakan dari bahu sebelah kirinya. Lelaki itu membuka mata, melihat Julia yang sedang tersenyum kepadanya.
"Kita udah nyampe Om, ayo turun." Kata Julia seraya mengulurkan tangannya.
Sean tidak menerima uluran tangan Julia dan lebih memilih untuk turun dari mobil. Julia memasang wajah sebal lalu menyusul Sean.
Sean berterima kasih kepada supir truk yang sudah membawanya dan Julia sampai ke tengah kota. Bahkan letak sekolah Adara tidak jauh dari tempat Sean berdiri sekarang.
"Om serius?" Tanya Julia.
Pasalnya Sean mengajak Julia untuk langsung ke sekolah karena Sean ingat betul kalau hari ini adalah acara perpisahan sekolah Adara berlangsung.
"Tapi aku belum siap-siap, Om. Masa harus ke sekolah dengan tampilan yang kayak gini." Kata Julia.
Sean berdecak, " Terserah kamu! Saya mau langsung ke sekolah tapi sebelum itu saya harus ke kantor polisi dulu."
"Aku ikut Om!" Julia mendengus lalu mengejar langkah Sean yang sudah menjauh.
Dengan pakaian yang jauh dari kata rapi, Sean dan Julia mendatangi kantor polisi untuk melaporkan Saka atas percobaan pembunuhan terhadapnya dan penculikan untuk Julia.
Setelah selesai dengan urusan dikantor polisi, Sean dan Julia beserta beberapa polisi yang ditugaskan untuk menangkap Saka—yang ternyata merupakan buronan polisi karena kasus korupsi—pergi ke sekolah Regular.
.
.Jam menunjukkan pukul satu siang namun acara perpisahan belum juga berakhir. Masih tersisa satu acara yaitu pemberian hadiah untuk murid yang berprestasi.
Saat namanya dipanggil sebagai murid berprestasi, Adara menangis. Bukan menangis karena bangga akan presentasinya melainkan karena orang yang berada dibalik pencapaian prestasinya tidak ada disini.
"Cepet naik ke atas panggung, sayang." Anna mengusap lengan Adara yang masih terdiam.
Adara menggeleng pelan, air matanya kembali mengalir. Membuat Saka geram sendiri karena tingkah Adara menjadi bahan tontonan orang-orang disekitarnya.
"Cepet naik ke atas panggung, Adara. Atau Papa akan—"
"Jangan bergerak!"
Ucapan Saka terpotong oleh seruan keras dari arah belakang.
Seorang polisi tampan ber—name tag Lino—mengarahkan pistolnya ke arah Saka, membuat semua orang yang menyaksikannya terpekik kaget dan menjauh.
"Daddy!" Adara berlari begitu matanya melihat sosok Sean yang muncul dari kerumunan orang-orang.
Sean mendekap erat tubuh Adara yang sangat dirindukannya. Menghiraukan tatapan aneh orang-orang sekitar karena penampilannya yang berantakan.
Sementara itu Saka berdiri kaku, entah apa yang terjadi kepadanya sampai membuat lelaki itu ambruk di lantai dengan tiba-tiba.
Lino dan rekan-rekannya bergegas menghampiri Saka. Setelah mengecek apa yang terjadi, ternyata lelaki itu meninggal dunia karena serangan jantung.
Avian dan Anna menangis histeris. Tidak menyangka kalau penyakit yang sudah diketahui sembuh itu kembali menyerang dengan tiba-tiba.
Akhirnya polisi terpaksa menahan Anna yang memiliki keterlibatan dalam korupsi yang Saka lakukan juga untuk penculikan Julia.
"Yang sabar ya Avian." Kata Julio seraya mengusap punggung Avian yang bergetar.
Avian duduk didepan jenazah Saka, menunggu ambulance datang untuk membawa Saka kerumah sakit dahulu.
"Gue udah ngga punya siapa-siapa lagi, Yo. Papa meninggal terus Mama dipenjara." Avian kembali menangis, beberapa orang menatapnya prihatin.
"Masih ada aku, Avian. Habis ini kamu ikut aku sama Daddy ke rumah, ya? Aku ngga akan biarin kamu sendirian." Adara mengusap kepala Avian lalu membawa lelaki itu ke dalam pelukannya.
Meskipun Adara sama terpukulnya karena Saka meninggal, namun Adara tidak bisa melupakan hal bejat yang pernah Papanya itu lakukan padanya.
"Kita pulang sekarang, acaranya juga sudah selesai." Sean mengusap kepala Adara dan Avian secara bergantian.
"Om aku ikut dong!" Julia yang sejak tadi diam, bersuara.
Julio terkejut saat mendengar suara kakaknya itu. "Julia! Akhirnya lo disini juga, gue kangen banget. Ayo kak pulang, jangan ikut sama Om Sean." Kata Julio.
Julia tertawa pelan. "Ayo kita pulang adik ku yang tersayang!"
Setelah acara berpelukan, Julio dan Julia serta kedua orangtuanya langsung pulang.
Berbeda dengan Sean, Adara dan Avian yang harus mengurus jenazah Saka dirumah sakit.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us [End✓]
Fanfiction[18+] "I can't hold on any longer, Adara. Malam ini juga, kamu jadi milik aku seutuhnya." [Note: Cerita Between Us adalah cerita yang sama dengan judul Daddy yang ada di akun @JAE-HONEY(akun pertama)] ⚠️ Beberapa bagian mengandung unsur dewasa, plea...