25-This is the end

2.4K 72 0
                                    

Hai, sebelum baca tolong vote dulu ya 🌟
.
.

Adara tertawa melihat Sean yang sedang mengobrol dengan bayi yang ada didalam perutnya.

Bukan hanya Adara, tetapi Ratu—ibu Sean juga tertawa melihat tingkah putra semata wayangnya itu.

Semenjak usia kehamilan Adara memasuki bulan kesembilan, Sean lebih sering mengobrol dengan bayi yang ada didalam perut Adara.

"Sean, mau sampai kapan kamu ngobrol sama anak kamu? Kamu lupa kalau sekarang Ayah kamu itu lagi nunggu dikantor? Kalian ada rapat penting."

Sean menepuk keningnya saat mendengar ucapan sang Ibu, ekspresi kaget wajahnya membuat Adara tertawa.

"Saking asiknya sampai lupa sama kerjaan." Adara mencibir.

Bibir Sean mengerucut. "Sean kan udah bilang ke Theo buat batalin agenda meeting minggu ini. Kenapa Ayah tetep ke kantor?"

Ratu menghela nafas. "Udah sana kamu ke kantor, kasihan Ayah sama klien nunggu lama nanti."

Sean menggelengkan kepalanya. "Sean takut terjadi sesuatu ke Adara kalau Sean pergi, Bu."

"Kenapa harus takut? Kan ada Ibu yang nemenin aku dirumah. Jadi sekarang kamu kekantor, aku ngga mau kalau kamu dimarahin sama Ayah karena ngga masuk." Kata Adara.

Dengan sedikit tidak rela Sean mengangguk. Memang dirumah sudah ada Ibunya yang Sean pinta langsung untuk menjaga Adara selama lelaki itu bekerja. Namun Sean tetap saja tidak tenang, apalagi mendengar perkataan dokter minggu lalu yang memberitahunya kalau minggu ini memasuki waktu perkiraan Adara akan melahirkan.

"Kalau gitu Sean berangkat dulu."
.
.

Sean dan Devan keluar dari ruangan setelah Meeting dengan klien dari luar negeri selesai.

Baru saja akan menekan tombol lift, Sean dan Ayahnya dikejutkan oleh Theo yang lari tergesa menghampirinya.

Alis Sean terangkat sebelah. "Ada apa Theo?"

Theo mengatur nafasnya lalu menatap Sean. "Istri Bapak, Adara.."

Sean menegang, mendadak perasaannya menjadi tidak enak.

"Adara kenapa? Cepet kasih tau saya!"

"Kamu tenang dulu, Theo. Sekarang katakan, apa yang terjadi sama menantu saya?" Tanya Devan.

"Nyonya Ratu tadi menghubungi saya, beliau bilau tau kalau Adara pecah ketuban. Sekarang mereka sedang diperjalanan kerumah sakit, Nyonya Ratu meminta saya buat kasih tau hal ini ke  Bapak." Jawab Theo.

Tubuh Sean terhuyung kebelakang saat mendengar ucapan Theo, beruntung Devan memiliki refleks yang bagus lalu menahan tubuh putranya.

"Sekarang juga kita harus kerumah sakit, Yah!"

Devan mengangguk. "Theo, kamu urus pekerjaan disini dulu, saya sama Sean mau ke rumah sakit.

Begitu Theo mengangguk, Devan menyusul Sean yang sudah lebih dulu masuk kedalam lift.
.
.

Ratu berdiri begitu melihat suami dan anaknya berlari mendekat. Sean langsung bertanya bagaimana kondisi Adara dan Ratu menjawab. "Kondisi Adara sempet lemah, tapi sekarang udah membaik dan bisa melakukan persalinan normal."

Sean mengusap wajahnya frustasi. Seharusnya Ia berada didalam untuk menemani Adara yang sedang bertaruh nyawa melahirkan anak mereka.

"Apa Sean ngga boleh kedalem, Bu?" Tanya Sean.

"Tunggu Dokter—"

"Dengan keluarga pasien melahirkan?" Pertanyaan seorang suster mengalihkan perhatian.

Between Us [End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang