17-Apply

1.6K 69 0
                                    

Hai, sebelum baca tolong vote dulu ya 🌟
.
.
Menurutmu, siapa yang tidak akan sedih saat kehilangan calon anaknya? Terlebih lagi saat kehadirannya tidak disadari.

Sean bukanlah lelaki kuat untuk urusan ini. Untuk pertama kalinya, Sean merasakan hal yang membuat dirinya ingin lenyap saja dari dunia ini.

Sean berfikir, apa ini yang Ibu dan Ayahnya rasakan saat kehilangan calon anak dan calon adiknya bertahun-tahun yang lalu? Kalau memang benar, rasanya sungguh menyakitkan.

Mengingat orangtuanya yang saling menguatkan saat itu membuat Sean segera menghapus air matanya.

Sean tidak boleh menangis. Ia harus kuat. Adara pasti akan menertawakan jika melihat keadaannya sekarang.

Rambut berantakan serta wajah yang memerah, ditambah lagi ingus yang berusaha keluar, benar-benar memalukan.

Sean segera bangkit lalu masuk ke kamar mandi, membersihkan diri dan berpenampilan sebaik mungkin agar Adara tidak curiga kalau dia sudah menangis.

Sampai dirumah sakit Sean langsung memasuki ruang inap Adara dengan langkah pelan. Lelaki itu bisa melihat kalau Adara sedang berbicara dengan Dokter yang menanganinya. Sesekali juga Adara tertawa menanggapi ucapan Dokter tersebut.

Membuat emosi Sean hampir saja keluar tetapi lelaki itu harus bisa menahan diri mengingat Adara baru saja keguguran. Sean meyakinkan dirinya kalau Dokter tampan itu hanya berniat untuk menghibur Adar, tidak lebih.

"Daddy!" Sean tersadar dari lamunannya begitu pekikan girang Adara terdengar ditelinganya.

Sean tersenyum lalu mendekat. “Udah ngerasa lebih baik?" Tangan Sean bergerak untuk mengelus rambut Adara.

Adara mengangguk. "Aku ngerasa lebih baik habis dengerin cerita lucu dari pak dokter."

Tatapan Sean beralih pada Dokter yang menatapnya juga.

"Kapan Adara bisa keluar dari rumah sakit?" Tanya Sean.

"Besok siang juga Adara bisa keluar dari sini, kondisinya sudah membaik. Kalau begitu saya pergi dulu, permisi." Jawab Dokter tersebut lalu keluar dari ruangan.

"Daddy, nginep disini kan?" Tanya Adara.

Sean mengangguk. " Udah malem, kamu tidur ya."

Adara menggeleng pelan. "Handphone Daddy mana?" Adara mengulurkan tangannya.

Alis Sean terangkat sebelah, "Buat apa?"

Adara berdecak, "Udah siniin dulu."

"Tapi setelah itu kamu istirahat, oke?" Sean memberikan ponselnya.

Adara mengangguk, kemudian jarinya sangat lincah mengotak-atik ponsel Sean.

Hampir tengah malam, tetapi Adara belum selesai memainkan ponsel Sean. Membuat lelaki itu kesal sendiri lantaran mengabaikannya dan memilih tersenyum tidak jelas memandangi ponsel Sean.

"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri, Adara?" Tanya Sean.

Adara tersenyum, "Pacar aku lagi Update." Kemudian Adara memunggungi Sehun sambil tertawa pelan.

Sean melongo, Pacar?
.
.

Adara tersenyum lebar begitu sampai dipekarangan rumah. Ia mengambil boneka beruang besarnya yang baru saja dibeli setelah keluar dari rumah sakit tadi lalu keluar dari mobil mendahului Sean

Berbeda dengan Adara yang begitu senang, Sean justru terlihat murung begitu memasuki rumah.

Perkataan Adara semalam tentang 'Pacar' itu membuat Sean kesal sendiri. Bahkan lelaki itu tidak bisa tidur semalam.

"Astaga, Adara.Jangan lompat-lompat kayak itu!" Sean mendekati Adara yang baru saja melompat keatas kasur dengan laptop ditangannya.

Adara tertawa. "Maaf Dad, aku semangat banget." Adara mengambil posisi tengkurap didepan laptop.

Sean yang penasaran dengan apa yang Adara lakukanpun ikut mengambil posisi di samping perempuan itu.

"Mau bikin cerita lagi?" Tanya Sean sambil memainkan rambut Adara.

Adara menggeleng, “Bukan. Aku lagi liat-liat aktivitas pacar aku."

Lagi. Adara membahas pacarnya itu.

Sean mendengus, "Kamu punya pacar?"

"Punya, Dua belas."

Mulut Sean terbuka, "D-dua belas? kamu lupa kalau Daddy ini tunangan kamu?"

"Daddy emang tunangan aku, tapi mereka pacar aku." Adara memperlihatkan laptopnya pada Sean.

Sean bernafas lega, dilayar laptop terpampang foto dua belas lelaki tampan yang Sean ketahui kalau itu adalah Boy Grup asal Korea Selatan.

“Dad, aku mau bilang sesuatu." Adara mengubah posisinya menjadi duduk.

"Apa?" Tanya Sean.

"Kemarin, Julia yang dorong aku di Mall. Dia yang udah bikin aku keguguran." Jawab Adara.

Rahang Sean mengeras, "Sekarang Daddy bener-bener ngga suka sama dia. Selain pemaksa dan keras kepala, Julia juga udah berbuat jahat ke kamu."

Adara menggeleng, "Bukan salah Julia sepenuhnya. Dia ngelakuin itu karena emosi soalnya aku minta dia buat berhenti jadiin Daddy pacar pura-puranya."

"Maafin Daddy, Adara. Harusnya dari awal Daddy ngga terima permintaan Julia waktu itu," Sean menunduk.

Adara menyentuh dagu Sean, membuat lelaki itu menatapnya. "Semuanya udah berlalu, Dad. Sekarang aku mau kita mulai dari awal lagi."

Kening Sean mengerut, "Maksudnya?"

Adara terkekeh."Mungkin ini keliatan aneh, tapi aku harus ngelakuinnya supaya Daddy jadi milikku untuk selamanya." Adara turun lalu mengambil sesuatu dari dalam lemari.

Sean memperhatikan Adara yang terlihat gugup, perempuan itumeraih sebelah tangan Sean untuk digenggam.

"Daddy tahu sendiri kan kalau selama ini kita udah lewatin banyak hal? Kita hampir terpisah karena perbuatan Papa. Aku ngga mau kehadiran Julia bikin kita berpisah lagi, aku ngga mau." Adara menghela nafas sebelum melanjutkan ucapannya.

"Daddy, I wan't you to be my husband and with me together. So, will you marry me?" Adara mengulurkan cincin dari dalam kotak beludru.

Sean tertegun. Adara baru saja melamarnya?

Sean menutup mata karena merasa kesal pada dirinya sendiri. Kenapa bukan dia yang melamar Adara? tetapi perempuan itu kini menyodorkan cincin padanya.

"Daddy?" Sean membuka mata saat Adara kembali bersuara.

Sean tersenyum, "Yes, I will."

Adara tersenyum lebar, baru saja dirinya hendak memasangkan cincin dijari manis Sean tetapi lelaki itu sudah lebih dulu merebut cincin yang dipegangnya juga dengan kotak beludrunya.

"Jadi, Adara. Apa kamu bersedia menikah dengan lelaki tampan ini?" Sean bertanya seraya memasangkan cincin dijari manis Adara.

Adara mengangguk cepat. "Aku mau, minggu depan kita harus nikah!"

"Perintah akan terlaksana, tuan putri."

Adara terkekeh. "Ohya Dad, mana cincin tunangan kita?"

Sean mengusap kedua pipi Adara, "Udah Daddy buang."

Mulut Adara membulat, "Kenapa dibuang?!"

"Modelnya terlalu sederhana, makanya Daddy buang." Balas Sean.

"Daddy, itukan mahal!"

"Ngga masalah, Daddy bisa ganti sama yang lebih mahal lagi."
.
.

Between Us [End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang