24-In the evening

1.5K 65 0
                                    

Hai, sebelum baca tolong vote dulu ya 🌟
.
.
"Hah? C-cium?"

Theo menatap Adara dan Sean berganti. Saat Theo sampai di kantor pagi ini, Sean sudah memanggilnya ke ruangan karena Adara sedang mengidam katanya.

Theo kaget bukan main karena istri atasannya itu menginginkan Theo untuk menciumnya.

"Iya kenapa? Theo ngga mau cium aku ya?" Adara menunduk dengan bibir yang mengerucut. Kedua matanya sudah berkaca-kaca.

"Theo, kamu hanya perlu cium pipi Adara. Ngga sulit kan?" Tanya Sean.

Memang tidak sulit, tapi masalahnya status Adara itu istri atasan Theo. Untuk sekedar menyentuh saja Theo tidak berani apalagi sekarang untuk mencium Adara.

"Nanti dedek bayinya ileran, Sean mau punya anak ileran?" Tanya  Adara sambil mengusap pipinya.

Sean menghela nafas lalu menatap Theo. "Tunggu apa lagi Theo?"

"T-tapi pak, biarpun ini kemauan bayinya saya ngga berani—"

"Ngga papa, saya ngerti." Kata Sean.

Theo menggigit bibir dengan langkah yang mendekati Adara yang masih menangis. "Kalau Adara udah dicium, jangan nangis lagi ya?" Ucap Theo.

Adara mendongak lalu mengangguk.

"Pak, saya izin cium ya." Dengan pelan Theo mendaratkan bibirnya dipipi Adara singkat.

Sean bernafas lega. Meskipun tidak terima, tapi kalau berhubungan dengan Adara atau calon anaknya Sean tidak bisa berbuat apa-apa.

"Sean! Theo cium aku!" Adara tersenyum lalu memeluk tangan Sean.

Theo berdehem. "Kalau begitu saya permisi dulu pak." Dengan langkah cepat lelaki itu keluar dari ruangan.

"Seneng?" Sean mengusap sebelah pipi Adara.

Adara mengangguk. "Sean marah ya liat aku dicium sama Theo?" Tanya Adara.

"Ngga, aku ngga marah." Jawab Sean.

"Beneran ngga marah?" Adara bertanya lagi.

"Iya sayang, sekarang aku anter kamu pulang ya." Kata Sean.

Adara mengangguk.
.
.

"Sean, kita mau kemana? Kenapa harus ditutup juga matanya?" Adara merengek saat Sean menuntunnya kesuatu tempat.

Sean tertawa lalu mengusap pundak Adara. "Sebentar lagi sampai."

Adara cemberut, ia berpegangan kepada kedua tangan Sean saat kakinya menuruni tangga.

Sean tidak membawa Adara ke tempat yang jauh, justru lelaki itu menyiapkan sesuatu dipinggir kolam renang rumahnya.

"Udah sampai, sekarang kamu boleh buka penutup matanya pelan-pelan." Arahan dari Sean dilakukan Adara.

Perempuan itu menutup mulutnya dengan mata yang berbinar. Sisi kolam renang sudah Sean hias sedemikian rupa dengan taburan kelopak bunga mawar dan lilin dikolam renang.

"Makan malam bersamaku, cantik?" Sean mengulurkan tangan kanannya.

Adara mengangguk. Sean menuntunnya untuk duduk di kursi yang telah siapkan. Didepannya ada makanan favoritnya yang dibuat khusus oleh Sean

"Kapan kamu nyiapin semua ini?" Tanya Adara.

Seann memotong Steaknya lalu menyuapi Adara. "Pas kamu keluar sama Avian."

Adara manggut-manggut. Setelah dari kantor Sean tadi pagi, Adara memang sempat pergi keluar bersama Avian.

"Sean, Aaa...."

Sean membuka mulutnya, menerima suapan dari Adara. Meskipun Sean selalu menghindari makan malam untuk menjaga bentuk tubuh, tapi tidak jika bersama Adara.

Akhir-akhir ini porsi makan San bertambah. Adara jadi gemas sendiri melihat pipi Sean yang bertambah chubby.

"Udah selesai?" Tanya Sean.

Adara mengangguk. Ia memperhatikan Sean yang mendekatinya lalu membantunya berdiri.

"Ngga  akan lengkap kalau kita belum dansa." Sean meletakkan ponselnya dimeja setelah memutar sebuah lagu.

"Dengan perut aku yang besar ini?"

Sean terkekeh. Ditariknya pinggang Adara agar semakin rapat dengannya. Sedangkan pemilik pinggang hanya bisa menahan nafas, tatapan Sean begitu tajam sampai membuat jantung Adara berdebar.

"Malam ini kamu cantik banget dan—"Sean berbisik, "—Seksi."

Wajah Adara memanas. Ia menubrukan wajahnya di dada bidang Sean karena lelaki itu terus menatapnya.

"Jangan diliatin kayak gitu, aku malu."

Sean terkekeh, diraihnya dagu Adara lalu Sean membenamkan sebuah ciuman lembut dibibir merah perempuan itu.

French Kiss.

Adara dibuat kewalahan mengikuti pergerakan bibir Sean yang begitu panas. Adara menepuk dada Sean agar lelaki itu melepaskan pagutannya.

"Kita selesaikan dikamar, babe."
.
.

Adara menggelengkan kepalanya ketika Sean mencoba memasukinya. Rasa takut mulai menguasai saat pikirannya berkelana tentang resiko yang terjadi pada perutnya jika berhubungan badan.

Melihat keraguan dimata Adara, Sean menunduk lalu meraih dagu perempuan itu.

"Kamu takut? Aku janji pelan-pelan." Kata Sean.

"Aku takut dedek bayinya kenapa-napa nanti." Balas Adara.

Sean tertawa pelan lalu mengecup bibir Adara. "Kamu ngga usah takut, dedek bayinya ngga akan kenapa-napa. Dokter juga nyaranin supaya aku sering nengok bayi kita biar proses persalinan nanti mudah."

"Janji, pelan-pelan?"

Sean mengangguk. "Gimana?"

Adara berdehem. "Yaudah, masukin."

"Apa yang dimasukin, Adara?" Tanya Sean dengan senyum menggoda.

Adara berdecak sebal. "Sean!"

"Iya, sayang. Apa yang harus dimasukin, hm?"

Adara cemberut. Tangannya terangkat untuk mencubit perut Sean

"Aw, kenapa dicubit?" Sean meringis.

"Kamu nyebelin!"

Sean tertawa pelan. "Ini yang kamu mau?" Sean menggeram, didorongnya pinggul agar kejantanannya masuk seluruhnya.

Adara menggigit bibir bawahnya. "Jangan dalem-dalem ugh!"

"As you wish, babe." Sean menggerakkan pinggulnya dengan tempo pelan.

Permainannya kali ini begitu hati-hati. Perut Adara yang besar membuat tantangan tersendiri bagi Sean.

Lelaki itu harus bisa mengontrol diri agar tidak menghantam Adara dengan keras dan dalam, seolah melakukan sedikit kesalahan saja, mampu berdampak buruk bagi calon bayinya dan juga Adara.

"Sean, aahh..."

Sean menggeram kemudian menunduk saat sampai dipuncak pelepasan. Ditatapnya Adara yang sedang terengah-engah. "Maaf sayang, udah bikin kamu kecapean."

Adara menggelengkan kepalanya, ia menarik tengkuk Sean lalu mencium lelaki itu dengan lembut.

Sean tersenyum disela ciumannya, sepertinya Adara belum puas-sama seperti dirinya.

Untuk itu Sean kembali menggerakkan pinggulnya. Tangan kanannya tidak berhenti memainkan kedua dada Adara yang besar sedangkan tangan yang satunya Sean gunakan untuk menahan tubuh.

Sean menggeram. Sangat menikmati kegiatan malam harinya bersama Adara walaupun perempuan itu sedang hamil.

"I love you." Dikecupnya kening Adara saat Sean mengeluarkan sesuatu yang hangat dirahim Adara.

"Love you too."
.
.

Between Us [End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang