20-Wedding day

2.2K 65 2
                                    

Hai, sebelum baca tolong vote dulu ya 🌟
.
.

Janji suci sudah diucapkan oleh keduanya. Para tamu undangan yang datang bertepuk tangan dan bersorak saat pasangan pengantin baru itu dipersilahkan untuk berciuman.

Pipi Adara merona saat wajah Sean mendekat, ciuman memanglah bukan hal biasa bahkan mereka pernah melakukan yang lebih dari itu. Tetapi berciuman didepan banyak orang, terutama rekan bisnis Ayah mertuanya membuat Adara tidak bisa menyembunyikan kegugupannya.

"You're so beautiful, babe. Aku makin jatuh cinta sama kamu." Sean berbisik begitu selesai mencium Adara.

Adara menunduk malu, sungguh ia ingin segera pergi dari hadapan semua orang lalu melepaskan gaun yang beratnya minta ampun ini.

"Sean, kapan acaranya selesai?"Tanya Adara.

Jangan aneh karena Adara memanggil Sean tanpa embel-embel Daddy. Sean sendiri lah yang memintanya untuk memanggil namanya saja apalagi sekarang ada Ibu dan Ayahnya.

"Masih ada resepsi dan foto bersama, kamu harus sabar, oke?"

Adara cemberut, hendak kembali bersuara tetapi Ratu dan Devan juga Avian yang mengekor dibelakang mendekati mereka.

"Selamat atas pernikahan kalian berdua, akhirnya kamu jadi mandu Ibu juga." Ratu mengelus rambut Adara membuat perempuan itu tersenyum.

"Jadi istri yang baik sama suami lo, jangan petakilan!" Avian mencolek lengan Adara.

Adara mendelik. "Siapa juga yang petakilan? Yang ada juga lo tuh!"

Sean terkekeh, ia mengusak rambut Adara saking gemasnya. "Julio ngga dateng, Avian?" Sean baru menyadari kalau Julia tidak terlihat sejak acara dimulai.

Avian menggeleng. "Julio lagi di Kanada."

"Kalau Julia gimana?" Adara bertanya pelan. Ia masih mengingat kalau Julia pernah menjadi orang yang selalu bersamanya saat suka maupun duka. Tetapi dihari pernikahannya ini Julia tidak datang padahal Adara sudah mengundangnya. Melupakan hal buruk yang pernah Julia lakukan dulu.

Avian menghela nafas. "Gue juga ngga tau sekarang Julia dimana, bahkan Julio sama orang tuanya juga ngga tau."

Adara merasakan tangan Sean  mengusap punggungnya saat Adara menunduk.

"Jangan sedih, sayang. Ini hari bahagia kita, jadi jangan nangis ya?" Sean menatap mata Adara yang sudah berkaca-kaca.

"Sayang, aku iri sama mereka." Ratu cemberut lalu memeluk mesra tangan Devan.

"Ewh...." Avian meringis melihat pemandangan didepannya. Kedua pasangan itu terlihat sengaja memamerkan kemesraan sedangkan dirinya sedang jomblo.

Didalam hati Aviam menjerit, Kapan gue punya pasangan?!
.
.

Sean memperhatikan Adara yang baru saja keluar dari kamar mandi. Rambut Adara terbungkus handuk kecil sedangkan tubuhnya sudah terbalut piyama.

Adara mencengkeram kuat sisi nakas saat rasa pusing tiba-tiba menyerang kepalanya, membuat Sean bergerak cepat menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

Sean menuntun Adara agar duduk diranjang, lelaki itu menatap lekat wajah Adara yang pucat.

"Ada yang sakit? Kita kerumah sakit ya." Kata Sean.

Adara menggeleng pelan, tangannya bergerak melepas handuk dikepalanya. "Aku cuma butuh istirahat."

Sean menghela nafas, lelaki itu mengambil hairdryer lalu mengeringkan rambut Adara.

Sean fikir, wajar Adara merasa amat kelelahan seperti sekarang. Saat resepsi tadi jumlah tamu yang datang meningkat hingga mereka tidak memiliki waktu untuk istirahat barang sebentar saja.

Beruntungnya Ratu dan Devan mengerti keadaan Sean dan Adara lalu menyuruh mereka kedua untuk meninggalkan acara terlebih dahulu.

"Mm, Sean?" Panggil Adara.

"Hm?"

"Aku ngga papa manggil nama kamu aja?" Tanya Adara.

Sean tersenyum. "Ngga papa, sayang." Lelaki itu memposisikan lengan kirinya sebagai bantalan untuk Adara.

Adara mendekat, rasa pusing dikepalanya sudah mulai tidak terasa setelah Sean memberinya sedikit pijatan di pelipis saat mengeringkan rambutnya tadi.

"Aku ngantuk, Sean."

"Sini, aku peluk biar anget."
.
.

Sean membuka matanya begitu sinar matahari menyorot tepat diwajahnya. Lelaki itu tersenyum begitu melihat wajah polos Adara yang sangat menggemaskan saat tertidur.

Dengan jahil, Sean menekan hidung Adara membuat sang pemilik menggeliat.

Sean terkekeh, mengecup bibir Adara lalu kembali menekan hidung perempuan itu.

"Sean ih! Ngga bisa nafas." Adara cemberut, ia menepis tangan Sean yang hendak melayang diwajahnya.

"Udah siang, sayang. Kamu ngga mau bangun?"

Adar menggeleng lalu menubrukan wajahnya pada dada telanjang Sean.

"Males bangun," Suara Adara terdengar manja.

Sean menyeringai, dengan sekali gerakan membuat Adara berada dibawah kungkungan tubuhnya.

"Gimana kalau kita melakukan pagi pertama karena tadi malam kita ngga melakukan malam pertama?" Sean berbisik.

Wajah Adara merona, anggukan dikepalanya membuat Sean bersorak.

"Aw! Jangan digigit Sean!"
.
.

Between Us [End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang