12-Way Out

2K 60 0
                                    

Hai, sebelum baca tolong vote dulu ya 🌟
.
.

Adara terbangun dengan sekujur tubuh yang terasa remuk. Perempuan itu meringis merasakan sakit diarea miliknya.

Adara melihat sekeliling kamar yang berantakan, ia ingat betul kalau salam sudah bercinta dengan Sean namun dimana lelaki itu sekarang?

Dengan langkah tertatih Adara berjalan ke kamar mandi, ia akan mencari Sean setelah membersihkan tubuhnya yang lengket.
.
.

Adara membuka pintu kamar lalu melihat sekelilingnya, Avian dan Julio baru saja keluar bersama Anna entah kemana.

Adara melangkahkan kakinya ke dapur lalu membuka lemari es, mengambil satu botol air mineral dingin.

Saat Adara berbalik, perempuan itu dikejutkan oleh dada bidang seseorang.

"Papa ngagetin aku," Adara merapihkan rambutnya untuk menutupi tanda merah keunguan yang ada dilehernya.

"Kenapa ditutup?" Saka bertanya.

Adara bergerak mundur saat lelaki itu mendekat. "Apa yang ditutup?" Adara berbalik nanya.

Saka tawa pelan. "Ini, kenapa kamu tutup?" Telunjuk Saka menyentuh leher Adara.

"B-bukan apa-apa kok," Adara gelagapan.

"Kamu tau siapa yang membuat tanda ini?" Tanya Saka.

"I-ini, tadi malem Daddy—"

"Malam tadi cuma ada kita berdua dirumah ini, Adara. Menurut kamu siapa lagi yang berbuat seperti itu ke kamu?" Saka menyela ucapan Adara.

Kening Adara mengerut, kembali mengingat perlakuan Sean tadi malam. Lelaki itu terasa sangat berbeda, tidak mungkin kalau—

"Binggo, tadi malam kita bercinta."

Mulut Adara terbuka. "Papa jangan becanda deh, ga lucu."

"Adara, Adara. Kamu itu terlalu dibutakan sama cinta sampai ngga bisa bedain mana Sean mana aku." Kata Saka.

Adara memalingkan wajahnya, matanya memanas menahan cairan bening yang mencoba keluar. Semalam, apa benar Adara bercinta dengan Saka dan bukan Sean?

Adara berjongkok lalu menangis.
Perempuan itu masih tidak percaya kalau telah berhubungan intim dengan Saka disaat Sean tidak ada.

"Sudah jangan nangis menangisi apa yang sudah terjadi, kamu harus terima kenyataan kalau mulai sekarang—" Saka menyentuh dagu Adara agar perempuan itu menatapnya, "—Kamu akan jadi pemuas nafsu papa kamu sendiri."

Adara menggeleng lalu menepis tangan Saka. "Aku ngga akan tinggal diam, aku bakal kasih tau Mama sama apa yang udah Papa lakuin ke aku!" Adara berdiri lalu melangkahkan kakinya.

"Apa yang akan kamu katakan? Kasih tau Mama kalau Papa nyentuh kamu dimana-mana dan kamu menikmatinya? Jangan munafik, Adara." Saka tersenyum meremehkan.

Adara menghapus air matanya dengan bibir yang bergetar. Perempuan itu berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
.
.

Julia meloncat girang saya kakinya menapak dijalan raya. Setelah mampir tiga jam berjalan tanpa arah, akhirnya Julia dan Sean bisa keluar dari hutan.

Sean duduk dipinggir jalan karena kakinya sangat pegal, Sean berharap semoga saja ada kendaraan yang lewat untuk ditumpangi.

"Kaki Om Sean kenapa?" Tanya Julia.

"Ngga papa," Kemudian Sean berdiri dengan cepat. "Sepertinya disana ada kota, ayo kita lanjut jalan."

Julia mengikuti arah pandang Sean. Kota apa yang lelaki itu maksud? Julia hanya melihat aspal tanpa ujung yang ditemboki oleh pepohonan besar.

"Cepet jalannya, jangan lelet." Sean berkata lagi.

"Iya om sabar, tungguin dong."

Cukup lama Sean dan Julia dapat melihat mobil yang berjalan berlawanan arah dengannya. Tanpa pikir panjang Julia berlari ketengah dan merentangkan kedua tangannya.

"Pak! Pak! Tolong saya sama Om Sean! Kami butuh tumpangan!" Julia berteriak.

Mobil truk yang ternyata mengangkut kayu itu berhenti, Sean dan Julia segera menghampiri sopirnya.

"Tapi kalian duduk dibelakang, gapapa?" Tanya sopir itu setelah Sean mengatakan dirinya dan Julia ingin menumpang.

Sean dan Julia kompak mengangguk. "Makasih buat bantuannya, Pak."

Sean dan Julia menaiki truk dari belakang, lelaki itu sangat tidak sabar untuk segera kembali dan menemui Adara.
.
.

Avian menatap Adara dan Papanya secara bergantian. Lelaki itu merasa ada yang aneh dengan Adara dan Papanya. Adara terlihat murung tanpa memakan makan siang didepannya, sedangkan Papanya terus menatap Adara sambil tersenyum tipis.

"Uhm Ra, kamu udah nyiapin keperluan buat acara perpisahan sekolah besok?" Tanya Avian.

Adara mendongak, perempuan itu lupa. "A-aku lupa, gimana ini?"

Adara tidak tahu harus bagaimana karena Sean belum juga kembali. Adara sangat menantikan hari pernikahannya karena berharap Sean akan menemaninya.

"Ngga usah khawatir, sayang. Mama udah nyiapin semua keperluan kamu." Kata Anna dengan senyuman.

Adara tersenyum kikuk, mulutnya terasa gatal ingin memberitahu Anna tentang apa yang sudah Saka lakukan kepadanya.

Julio yang melihat gelagat aneh Adara menggenggam sebelah tangan perempuan itu. "Jangan tegang gitu, besok cuma acara perpisahan." Kata Julio.

"Aku mau ke kamar dulu," Adara menunduk lalu melenggang pergi.

Perempuan itu mengambil foto Sean yang Adara dapatkan dari Avian. "Dad, aku cuma bisa berharap kalau besok nanti Daddy datang bawa aku pergi." 
.
.

Between Us [End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang