19

4.6K 298 25
                                    

Beberapa hari berlalu sejak pertemuan tidak sengaja nya dengan Haechan. Selain tidak sengaja, pertemuan saat itu adalah pertemuan yang tidak diinginkan Mark sama sekali.

Tidak pernah terlintas di kepalanya jika dia akan melihat Haechan setelah memutuskan untuk pergi satu tahun silam. Karena Mark berharap tidak bertemu Haechan lagi setelah keputusan sepihak yang di lakukan oleh lelaki itu.

Dan karena kejadian itu, membuat Mark menyibukkan diri dengan berbagai macam pekerjaan. Mark juga tidak ada niatan untuk menghentikan pencariannya terhadap seseorang yang menjadi Ayah kandung Milo meskipun Haechan telah kembali. Mark akan mencari orang itu meskipun nafasnya berada di ujung kematian.

Beruntung beberapa hari ini Jeno mampu menstabilkan suasana hatinya yang masih naik turun karena pertemuannya dengan Haechan.

Sedikit demi sedikit Jeno menemukan titik terang tentang siapa ayah Milo sebenarnya. Dan Jeno harus memastikan nya terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan.

Mark mengangkat pandangan ketika pintu ruangannya terbuka. Di lihatnya Arin mendekatinya dengan senyuman yang terlampau lebar. Melihat itu Mark tidak bisa menahan senyumannya.

"Selamat siang, Pak. Ini laporan dari Divisi Marketing. Bisa di cek terlebih dulu" ucap Arin sembari menyerahkan berkas laporannya.

"Selamat siang, Arin. Kenapa tidak istirahat? Aku tidak ingin perusahaan ku di kenal dengan perusahaan yang membatasi jam istirahat karyawan nya" ucap Mark menutup dokumen yang dia periksa sebelumnya, lalu beralih pada berkas milik Arin.

Kebetulan saat ini sudah memasuki jam makan siang. Karena jam perusahaan yang ketat, Mark mengharuskan para Karyawan nya memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

"Jika Pak Mark berkenan, mari makan siang bersama saya. Saya sengaja menunggu anda" ucap Arin menjawab dengan sangat formal pertanyaan bosnya.

Merasa tertarik dengan tawaran Arin, Mark mengangkat pandangan untuk menatap perempuan yang masih berdiri didepan meja kerjanya.

"Aku tidak keberatan jika kau mentraktir ku. Bagaimana apa kau bersedia?"

Mendengar itu, Arin menggembungkan pipi serta mengerucut kan bibirnya. Menatap sang atasan dengan tatapan sinis, sebelum akhirnya berbicara.

"Saya bersedia, asal bapak menaikkan gaji saya" balas perempuan itu dengan percaya dirinya.

Mark menanggapi perkataan Arin dengan tawa renyah. Lalu ia beranjak dari tempatnya, untuk mendekati tempat Arin berdiri.

Begitu dekat, Mark mengacak-acak rambut Arin dengan santainya.

"Kau mau makan apa?" tanya Mark.

"Ish, jadi berantakan kan? Kau ini menyebalkan sekali" gerutu Arin mendapat perlakuan Mark yang baru saja.

"Tinggal di rapikan apa susah nya?" kali ini Mark menjawab dengan kekehannya. Sembari melangkahkan kaki meninggalkan ruangan.

"Kau ini bagaimana, katanya harus memanfaatkan waktu. Jika saja kau tidak mengacak-acak rambut ku, aku juga tidak akan membuang waktu untuk merapikan nya" gerutuan Arin masih terus berlanjut.

"Sudah terlanjur, mau bagaimana lagi" Mark menjawab dengan mengendikan bahunya acuh.

"Astaga, untung saja kau bos. Jika tidak ... " Arin bicara sembari meremas kedua tangannya. Membayangkan jika wajah Mark lah yang sedang dia remas saat ini.

"Dari pada kau banyak bicara, lebih baik beri tahu aku, apa yang ingin kau makan?" kata Mark masih dengan tawa kecilnya. Tidak habis pikir dengan perempuan yang berjalan tepat di sampingnya ini. Ada saja tingkahnya.

The Wedding Ring's || Markhyuck || [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang