03. Nikmati

43 22 68
                                    

HAPPY READING!

SELAMAT MENBACA KISAH HIDUP BENO YANG PENUH KEKONYOLAN!

***

Hari Minggu. Hari yang kunobatkan sebagai waktu ternikmat dari seminggu. Tentu, karena tidak ada jadwal sekolah dan les-les yang dipaksa Mama, seperti; les bahasa di hari Sabtu. Kenapa dari semua bahasa tidak ada bahagia Jepang yang aku sukai? Itu sebabnya aku tidak menyukai les itu. Bahasa Inggris, Arab, Mandarin dan Perancis. Ada pula les Taekwondo di sore hari.

Meski Wi-Fi rumah dinonaktifkan Mama, aku masih menganggap Minggu adalah hari ternikmat karena bebas jadwal seperti yang Papa terapkan. Aku bisa membaca komik edisi terbaru dan limited edition yang hanya cetak terbatas dan tidak ada di situs online.

"Beno!"

Apa lagi? Aku mandi sudah, sarapan sudah, Oneb sedang tidur tidak mungkin berbuat ulah, Wi-Fi juga sudah dimatikan tidak ada drama tagihan membengkak. Menyebalkan. Aku membuka pintu kamar dengan muka masam. Kulihat Mama berdiri menatap dengan lekat. Sepertiga dia tengah mengintrogasi. "Iya, Ma?" tanyaku.

"Kamu punya rencana?"

"Punya," kataku. Jika membaca komik seharian di dalam kamar bisa dikatakan rencana, maka aku punya rencana.

"Mau ke mana?"

"Gak ke mana-mana, di kamar aja."

"Tadi, katanya punya rencana."

Ini pasti Mama ingin aku melakukan sesuatu. Aku mencium bau-bau merepotkan. Dia selalu saja mengandalkan status untuk memaksaku. "Rencananya dilakuin di kamar."

"Kamu mau ngapain di dalem kamar?"

"Sekarang Mama mau apa?"

Pasti pertanyaan itulah Mama tunggu dari tadi. Setelahnya Mama akan menyuruhku dengan berbagai macam.

"Mama mau nanti kalau tetangga kita dateng kamu bantu-bantu di sana."

Aku memegang gagang pintu, "Ya, kalau dateng. Sekarang 'kan belum. Jadi, ...." Aku me jeda ucapanku dan merapatkan pintu hanya meninggalkan cela sedikit untuk melihat Mama. " ..., aku bakal lakuin rencana aku di dalam kamar."

Mama menatap pintu agar tidak tertutup rapat. Celingak-celinguk mencari cela untuk melihat isi kamarku. Bisa gawat jika dia melihat komik mahal yang baru saja aku beli. Setelah tagihan Wi-Fi bengkak dia akan mengomel tentang nota keuangan di bank yang berasal dariku. Apalagi hanya sebatas membeli komik, bisa panjang tali kelambu. Aku ambil tindakan, menghalanginya dengan tubuh yang keluar kamar dan menutup pintu rapat.

"Kamu ngapain di dalam kamar? Mama liat kemarin ada kurir yang nganter paket atas nama kamu."

"Oh, itu. Makanan Oneb," jawabku cepat.

"Kamu belum jawab pertanyaan Mama."

"Ngerjain tugas sekolah."

"Apa? Kamu ngerjain tugas sekolah?"

"Kenapa? Bukannya itu tugas pelajar?"

Mama tampak tidak percaya. Aku bukan tipe pelajar yang baik, pantas saja dia tidak percaya. "Beneran? Gak butuh Wi-Fi?" Terlihat sekali sedang mengujiku.

"Gak pake labtop, kok."

Dia masih menatapku tidak percaya. Buru-buru aku ambil tindakan. "Mama, gak punya kerjaan lain?"

"Oh, iya. Mama perlu belanja mingguan."

"Bye, Mama. I love you." Aku melambaikan tangan lalu masuk ke dalam kamar.

This is Beno [ #02 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang