01. Anime

84 26 80
                                    

Hello!
Selamat datang di cerita kedua aku
Sekedar info
Ini gaya penulisan cerita hampir mirip dengan Epilog si Belok (cerita aku sebelumnya) menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu tokoh utamanya; Beno

NO CEO
NO MAFIA
NO MOTOR CLUB-CLUB

NOLEP YES

***

Bisa menonton anime dengan tenang adalah suatu impianku setiap membuka mata di pagi hari. Kubuka laptop, menyambungkan dengan Wi-Fi di rumah, membuka aplikasi khusus menonton anime. Ah, impianku pagi tadi akan segera terwujud, tak apa baru terwujud setelah pulang sekolah.

Aku memiliki situs dengan pelanggan premium untuk menonton anime terbaru atau yang aku inginkan sesuka hati. Memang itu merogok saku dalam-dalam tapi tak apa demi kesenangan. Kita perlu mengorbankan beberapa hal demi kenikmatan. Tawa, kesal, marah, tegang mengiringi dalam menonton anime. Persetan kita harus lebih mencintai produk lokal. Mau bagaimana lagi aku lebih tertarik dengan produk Jepang?

Aku membenarkan posisi duduk menonton adegan menegangkan di film itu. Kedua tokoh sedang berada di gubuk kecil saling menatap penuh makna. Si tokoh laki-laki berjalan mendekati membuat si tokoh perempuan harus berjalan mundur hingga menabrak dinding. Kini tokoh laki-laki semakin dekat dengan tokoh perempuan. Semakin dekat, semakin dekat dan ..., ah, sial! Pintu gubuk itu didobrak paksa oleh seseorang.

"Astaga!" Aku terkejut setengah mati. Bukan karena aksi dalam adegan anime yang kutonton sedang menayangkan beberapa orang masuk ke gubuk kecil itu dan menyerang pasangan yang gagal berciuman itu. Melainkan pintu kamarku digedor-gedor dengan kekuatan super.

"Beno! Matiin Wi-Fi rumah sekarang!"

Itu merupakan suara ibuku. Dia memiliki suara sangat nyaring dan memekakkan telinga. Siapa pun adakah yang ingin bertukar ibu denganku? Sungguh, aku rela. Setiap hari harus mendapatkan teriakan begini bisa membuatku terkena serangan jantung.

Ibu kembali menggedor-gedor pintu dengan kuat. "Kamu pake Wi-Fi berjam-jam bikin bengkak tagihan setiap bulan! Kerjaan cuma nonton kartun, gak berguna banget! Matiin Wi-Fi sekarang!"

Astaga, padahal baru 3 episode. Memangnya berada GB terpakai? Tidak mungkin gaji suaminya yang merupakan orang penting di PT. Pertamina Jaya Sentosa habis hanya karena tagihan Wi-Fi. Dianya saja yang pelit.

"Beno! Kamu denger gak, sih?"

"Tiga puluh menit lagi, Ma. Please!" teriakku dari dalam kamar.

"Tagihan Wi-Fi lebih-lebih dari tagihan listrik."

"Dikit lagi, Ma."

"Beno!"

Buru-buru aku keluar dari situs menonton anime itu. "Ini udah dimatiin."

Aku berjalan ke arah ranjang yang di atasnya terdapat kasur empuk. Kurebahkan tubuh pada kasur yang kata ibu ini mahal. Ini seperti menindih puluhan uang berwarna merah. Bukannya sombong hanya saja tengah menikmati takdir menjadi anak orang kaya. Hidupku akan sangat sempurna jika memiliki ibu yang ..., tahu maksudku bukan?

"Beno!"

Apalagi ini? Aku membuka matanya. Niat untuk tidur gagal oleh suara kakakku. Di sini aku bukanlah putra semata wayangnya yang dimanja dan disayang. Ada kakakku sebagai putra pertama dan yang katanya akan mewarisi jabatan ayah ketika pensiun. Aku bukannya iri tapi malah kasihan. Ya, kasihan sekali dia tidak bisa memiliki cita-cita dan harapan. Hidup harus mengabdi pada Pertamina demi mempertahankan status orang kaya.

This is Beno [ #02 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang