14. Chelsea

5 1 0
                                    

Happy Reading!

***

Kini aku menelusuri lorong sekolah. Beberapa orang melintasiku. Sejak ungkapan dari hati Papa tadi pikiran jadi tak karuan. Aku tidak benar-benar terpikir hal seperti itu terjadi dalam hidupku sebelumnya. Papa yang berusaha agar aku tak minat dunia perkantoran. Pertengkaranku dan Dandi dianggap serius oleh Papa. Hingga aku kini tenggelam dalam dunia yang Papa inginkan.

"Jadi, ini yang murid baru julur beasiswa."

Aku tersandar. Melihat-lihat sekeliling. Tiba-tiba aku berpaling di tiang untuk bersembunyi. Tak jauh dariku Chelsea sedang menghalang Azzalia. Ternyata Azzalia tidak mau menuruti saranku. Kini dia pasti akan jadi bahan bully Chelsea dkk

Ini mengingatkan pada teman sebangkuku sebelumnya-Bella-yang tiba-tiba dikeluarkan dari sekolah. Besar kemungkinan penyebabnya adalah Chelsea. Aku tidak serta-merta menyalahkannya tanpa bukti tapi beberapa hari lalu aku tak sengaja mendengar percakapan Chelsea dkk yang membahas tentang Bella.

"Ada perlu apa, ya?"

Chelsea melihat Azzalia sambil berjalan mengelilinginya dengan tangan di dada. "Gue dapet tugas dari guru Kimia tapi gue gak bisa ngerjainnya," katanya berhenti tepat di hadapan Azzalia. "Lo bisa gantiin gue buat ngerjainnya?"

"Saya cuma bisa bantu tapi aku gak mau kalau gantiin kamu ngerjain tugasnya," jawab Azzalia menatap Chelsea.

"Kenapa?"

"Guru ngasih tugas ke para murid bukan cuma sekedar ngasih nilai yang berupa angka, tapi juga mendidik anak untuk tanggung jawab," terang Azzalia berani.

"Jadi?"

"Kalau saya ngerjain tugas kamu, itu artinya kamu gak tanggung jawab."

Satu tamparan melesat mulus di pipi Azzalia. Chelsea menatap geram lalu mencengkeram kuat dagu Azzalia. "Ini bukan pendidikan SD lagi. Lo harus belajar lagi apa itu peran guru. Semua guru di sini itu pekerja dan tugas pekerja adalah kerja bukan mendidik. Kerja guru ngasih nilai di raport murid. Gak ada satu pekerja pun yang mau kerja kalo gak ada uang. Paham?"

Azzalia menarik tangan Chelsea hingga terlepas. "Kalo kamu tau apa itu pekerja, kamu juga tau kalo saya bukan pekerja kamu."

Chelsea tertawa lepas dan ikuti teman-teman di samping. Chelsea tersenyum miring. "Lo bukan pekerja gue?" Gadis itu kembali tertawa. "Lo tau gue siapa?"

Azzalia tersenyum dan melipat kedua tangan di dada. "Chelsea Keysa Aldew putri kedua dari pemilik PT. Aldew Houses yang bergerak dalam pengelolaan pembangunan perumahan. PT. Aldew Houses juga memberikan bantuan berupa beasiswa kepada murid yang berprestasi melalui yayasan ini."

"Kalo lo udah tau jadi gak usah songong. Paham?" ujar Chelsea tegas.

"Apa ada saya menjelaskan bahwa saya adalah pekerja kamu?"

Chelsea mendorong bahu Azzalia kesal. "Gak tau diri banget sih lo! Lo tuh harusnya nunduk di hadapan gue. Berkat perusahaan papa gue lo bisa berdiri di sini!"

"Berkat perusahaan papa kamu? Iya, 'kan? Bukan berkat kamu." Azzalia balas mendorong bahu Chelsea hingga gadis itu mundur beberapa langkah. "Daripada kamu sibuk nyuruh orang buat nunduk di hadapan kamu mending kamu tanya ke papa kamu itu, apa kamu masuk ke daftar penerima waris.

Setelah Azzalia tersenyum puas. Ia memilih melanjutkan perjalanan yang tertunda tadi. "Dasar putri kedua sampah keluarga!" katanya tanpa menghentikan langkahnya.

Ini benar-benar di luar dugaan. Aku tidak menyangka bahwa Azzalia akan bersikap seperti itu di hadapan anak orang yang telah memberikan beasiswa padanya. Aku pikir Azzalia itu ..., semua pemikiran itu seketika buyar.

This is Beno [ #02 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang