HAPPY READING!
***
Aku tidak habis pikir kenapa baju, celana dan arloji ini jika ditotal harganya bisa mencapai puluhan juga. Di mataku ini hanya kemeja putih biasa dengan kancing ditulisi label perusahaannya dan di kedua ujung kerah bajunya ada logo berwarna emas. Di lapisi blazer cream bahan high twist. Arloji tampilan jam analog dan berbahan khusus stainless stell. Kenapa ini mahal? Bukankah di aplikasi belanja online ini hanya dijual di bawah satu juta?
"Dasar orang kaya! Mau-maunya aja ditipu marketing. Kadang semakin kaya orang semakin tolol soal kebijakan menggunakan uang," dumelku keluar kamar
Aku menenteng sepatu pantofel bahan kulit sintesis, jenis sol TPR ( Thermo Plastic Rubber). Benda ini juga katanya sepatu branded original yang harga fantastik. Sebuah kebodohan. Kenapa harus beli yang mahal saat ada yang murah?
"Astaghfirullah!" Aku terkejut sampai sepatu tersebut terlepas, saat melihat Mama tiba-tiba sudah ada di depanku. "Mama ngagetin aja, deh. Untung aku masih muda, kuat jantung."
"Semakin kaya orang semakin tolol?" tanya Mama dengan wajah serius.
"Ralat, dalam kebijakan menggunakan uang, Ma. Kurang lengkap tadi," kataku percaya diri sembari membungkuk untuk mengambil sepatu tadi.
"Ini bukan masalah uang yang terbuang sia-sia tapi ini tentang pembuktian. Pandangan orang ke pakaian yang kita kenakan itu akan menciptakan penilaian bagaimana kondisi kita," ujar Mama menantang perdebatan.
"Iya, Ma. Tapi, ini bukan soal uang terbuang tapi ini tentang uang yang tepat untuk dilepaskan," ujarku mengemukakan pendapat sambil mengenakan sepatu.
"Untuk apa bijaksana dalam mengelola uang kalau kita banyak uang?" tanya Mama kembali menantang.
"Iya, Ma. Suka-suka istri pemilik CV. Dithu Furniture." Aku melangkah ke tangga.
"Gimana seru baca komik limited edition yang cuma ada tiga diperjualkan di Indonesia itu?"
Mendengar perkataan Mama aku langsung berlari menuruni tangga. Bagaimana bisa nyonya rumah bisa mengetahui perihal komik itu? Ini pasti Papa yang membocorkannya. Dasar cepu!
"Sibuk bilang bijaksana dalam menggunakan uang tapi kamu beli komik mahal-mahal itu bijaksana?"
Kini aku sudah berada di belakang punggung Papa yang sudah siap berangkat. "Gini, Ma. Daripada Mama beli pakaian mahal yang di tempat lain bisa dijual dengan harga murah. Aku kalau ada komik itu versi murah udah pasti aku lebih milih yang murah. Namanya juga limited edition, ya terbatas."
"Pakaian yang kamu pakai itu juga semuanya limited edition," balas Mama tak mau kalah.
"Kita udah mau berangkat ada aja yang diributkan. Rumah cuma isi empat orang tapi ramenya melebihi pasar malam Sudah, kita mau berangkat ini." Papa menengahi.
"Papa juga buat apa beli strik golf mahal-mahal itu? Padahal sama aja dengan stik golf lainya," ujar Mama berbalik ke Papa.
Papa membantah. "Loh, kok jadi Papa? Ah, sudahlah. Ayo kita berangkat. Mana Kakak?"
"Aku udah siap," sahut Dandi yang entah kapan sudah berada di dekat pintu.
Dasar Papa! Sengaja mengalihkan topik agar tidak terjadi perang dunia ketiga. Entah bagaimana Mama bisa tahu semuanya. Padahal aku sudah sedemikian rahasia agar tidak ketahuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Beno [ #02 ]
Teen FictionBeno hanya ingin menjadi diri sendiri tanpa perlu dibebani generasi baru penerus bangsa dan tetek-bengek lainnya. Menonton anime, main game online, mengoleksi komik, meliha-lihat para gadis di media sosial dan tidak perlu berbaur dengan dunia luar a...