•°Papa marah°•

201 22 2
                                    

˖⁺‧₊˚♡˚₊‧⁺˖♡︎˖⁺‧₊˚♡˚₊‧⁺˖

Di lantai tiga rumah sakit, tepatnya di dalam kamar VVIP nomor dua belas. anak-anak treasure 12 memutuskan menginap di sana, sekarang ini Hanan, Jihan, Mahen, Yohan, Doni sama Agam lagi pada lesehan di karpet beludru sambil tiduran, ada juga yang main game di ponsel masing-masing, contohnya kayak si Jovan, Hara sama Arwan. terus di kursi panjang ada Juna yang lagi tidur anteng dengan posisi tengkurapnya.

Berbeda dengan Asa, ia terlihat mengigit bibirnya dengan perasaan tak tenang, saat ini ia duduk di kursi samping ranjang dengan tangannya yang masih setia menggenggam tangan Jeje, sesekali ia menggosok-gosokkan tangannya supaya tangan Jeje tetap hangat, tatapannya mengarah pada wajah kembarannya, entah sampai kapan mata itu akan terus menutup seperti itu.

"Jadi awalnya kalian pengen barbequean di rumah bang Hanan, tapi gak jadi?" Tanya Mahen setelah Jihan menceritakan yang mereka lakuin sebelum ke sini.

Jihan mengangguk pelan "Begitulah.. tapi barbequenya bisa di tunda kapan-kapan, kali ini urusan Jean yang lebih penting" ujarnya sambil melihat ke arah ranjang dimana temannya itu sedang terbaring lemah di atas sana.

Mahen mengangguk, ia pun menoleh kearah pandangan Jihan, namun alisnya terangkat saat tak sengaja melihat Asa yang terlihat menggigiti bibirnya "Bang Hanan, kayaknya Asa lagi banyak pikiran, coba deh lo temenin dia, dari tadi dia kayak lesu gitu, gue khawatir sama kesehatannya" Ujarnya pada Hanan yang sedari tadi dengerin arah pembicaraan mereka.

Mahen melihat ke arah Agam dan Doni yang sudah tidak berkicau lagi, mereka malah ketiduran dengan posisi kepala mereka yang bersender di kedua kakinya Yohan yang sedang selonjoran, sementara Yohan yang menyenderkan punggungnya di badan kursi hanya menghela nafasnya karena terjebak dengan posisi keduanya yang tertidur lelap.

Hanan beranjak dari tempatnya, ia pun menghampiri Asa dan kemudian menepuk pundaknya lembut.

"Gue tau lo khawatir, tapi jangan kayak gini.. lo istirahat gih, gue bisa jagain Jean di sini" Ucap Hanan tersenyum.

"Tapi.."

"Gak sa.. lo harus istirahat" Tegasnya sebelum Asa kembali melontarkan kata-katanya. ia menatap Asa dengan serius.

Asa menghela nafas, Hanan kalau udah ngomong tegas kayak gitu jatuhnya malah serem, ia pun hanya bisa menurut.

Pisang sate mmm~

Tiba-tiba Mahen merasakan getaran di saku celananya "Sa ponsel lo bunyi nih" Ucap Mahen, lantas ia pun mengambil dan mengulurkan ponselnya pada Asa, sebelumnya ia di titipin ponsel sama Asa dan menyimpannya di saku celana, Asa yang baru saja mau lesehan di karpet lantas mengambil ponselnya dari tangan Mahen.

Saat melihat ponselnya, Asa malah mematung dan menatap horor ke arah ponselnya, Jihan yang duduk lesehan di sebelah Asa langsung mengerutkan keningnya saat melihat reaksi wajah temannya itu.

"Kenapa sa?" Tanya Jihan penasaran.

"ini dari papa gue.." Ucapnya pelan, ia menatap Jihan di sebelahnya.

"Mending lo angkat deh, om sama tante harus tau kalau anaknya lagi sakit" ujar Jihan menyarankan, Asa sebenarnya masih takut memberitahu ini pada orangtuanya.

Dengan tangannya yang gemetar ia pun menggeser ikon hijau dan mengangkatnya

"Halo?"

'____'

"Asa di rumah sakit"

'___'

"Jeje kecelakaan pa"

'___'

"Asa di rumah sakit senja__ iya pa"

Setelah mematikan sambungannya, tubuh Asa yang tadinya tegang menjadi terasa ringan, setidaknya ia sudah memberitahu kedua orangtuanya.

𝙰𝚂𝙰 & 𝙹𝙴𝙹𝙴 [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang