•°Jam tangan persahabatan°•

121 20 0
                                    


˖⁺‧₊˚♡˚₊‧⁺˖♡︎˖⁺‧₊˚♡˚₊‧⁺˖

Asa POV:

Tak terasa sudah hari ke lima, dan ini adalah hukuman terakhir gue menyiram bunga di taman sekolah.

Seperti biasa pagi-pagi sekali gue udah ada di sekolah, dan kebetulan Jeje yang kebangun pukul setengah lima pagi gara-gara mules pengen boker itu, akhirnya malah berangkat bareng gue, katanya sih udah terlanjur bangun pagi makanya dia ikut gue nebeng ke sekolah.

Saat ini gue lagi sibuk menyiram bunga di taman sekolah, lalu gak ada angin gak ada hujan, tiba-tiba saja muncul sekelebat bayangan muka songong si Rizal di ingatan gue. sampai gue jadi ngelamun gegara itu.

Di pikir-pikir lagi.. sebenarnya gue masih gak ngerti maksud dari permusuhan gue sama si Rizal.

Dulu sewaktu SMP kelas delapan, gue saling kenal dengannya pas di pilih sebagai wakil dan ketua OSIS, gue jadi wakil dan dia yang menjadi ketua.

Hubungan gue sama si Rizal nampak terlihat baik-baik saja dari awal, namun semuanya berubah semenjak gue berhasil memenangkan juara satu olimpiade matematika tingkat nasional.

Sebenarnya gue gak mau mengikuti lomba itu karena gue merasa sudah pintar walaupun gak ikut lomba, menjadi juara satu di kelas pun gue udah ngerasa bangga.

Seharusnya waktu itu si Rizal yang harus di tunjuk buat ngikutin lomba, tapi kepala sekolah malah milih gue untuk menjadi perwakilan sekolah.

Gue dan Rizal itu berbeda kelas, dan sama-sama mendapat juara satu di kelas masing-masing.

Hanya karena nilai si Rizal beda dikit sama gue, kepala sekolah lebih memilih gue ketimbang si Rizal yang sama-sama memiliki kemampuan di bidang matematika.

Dan mungkin semenjak itulah si Rizal mulai menunjukkan ketidaksukaannya secara terang-terangan ke gue.

Hingga sampai sekarang pun gue dan si Rizal saling bersaing di bidang yang sama, yaitu matematika. dan yang lebih mengejutkannya gue harus ketemu lagi dengannya di SMA yang sama pula.

Bukan hanya matematika, sekarang dia malah ikut-ikutan memilih ekskul yang sama kayak gue, yaitu vokal sama Dance.

Asa POV end

Jeje melangkahkan kakinya menuju ke arah taman sekolah, dimana saat ini kembarannya itu sedang melakukan hukuman terakhirnya.

Di tangan kanannya terdapat sebotol minuman rasa jeruk untuk sang kembaran, itung-itung buat kerja keras Asa yang akhir-akhir ini sering bangun pagi, dan mungkin kembarannya itu sedang haus sekarang.

Setelah sampai di taman, Jeje mengedarkan pandangannya ke sana kemari untuk mencari Asa, sampai ia pun mendapati kembarannya itu tengah berdiri menyirami bunga, namun pandangannya terlihat kosong seperti sedang melamunkan sesuatu, dengan senyuman jahilnya ia pun perlahan mendekatinya.

Jeje berjalan tanpa suara, hingga kini ia sudah berdiri di belakang Asa, ia pun tersenyum dan__

"RAWRRR!"

"EH SIA COPOT! COPOT! RIZAL KENALPOT!!"

Asa teriak latah dan hampir saja oleng, untung saja Jeje langsung sigap menahan tangan Asa, kalau tidak mungkin Asa sudah kotor kena kubangan air.

"Lo kenapa sih? ha-ha-ha-ha" Jeje bertanya sembari tertawa melihat reaksi Asa yang sangat lucu menurutnya.

Asa melirik sebentar ke arah Jeje, setelah itu mendengus kesal dan memalingkan wajahnya. __lagi ngambek ceritanya:)

"Ha-ha-ha ... udah jangan ngambek! nih gue kasih minuman buat lo" Jeje memberikan sebotol minuman tepat di wajah Asa, sampai kembarannya itu sedikit menjauhkan kepalanya karena sensasi dingin dari minuman hampir saja menyentuh hidungnya.

𝙰𝚂𝙰 & 𝙹𝙴𝙹𝙴 [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang