•°Berdamai°•

138 13 0
                                    

_____

Keesokan harinya, Kondisi Yasa sudah terlihat baik-baik saja setelah semalam dirinya mendapatkan pukulan demi pukulan dari Rizal.

Hari ini dia mulai kembali bersekolah, dan saat ini dia sedang berkumpul dengan teman-temannya di kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan.

Namun tak lama kemudian, Rizal datang menghampiri mereka, lebih tepatnya dia menghampiri Yasa di mejanya.

Setelah Rizal mengatakan ingin berbicara empat mata saja dengan Yasa, anak-anak treasure yang lain terpaksa beranjak dari sana dan pergi ke meja yang lain atas permintaan dari Yasa.

Semua orang di sekitar sana pun merasa ada yang aneh, saat kini melihat dua orang musuh bebuyutan itu tengah duduk di meja kantin yang sama dan saling berhadapan.

Yasa dan Rizal masih saja diam. Dan sudah beberapa menit berlalu mereka belum juga berbicara sepatah kata pun.

Hara dan Jovan awalnya kesal dan tidak setuju Yasa berbicara berduaan saja dengan Rizal. Tapi Jihan berkata kalau mereka tidak boleh ikut campur, karena itu adalah urusan Yasa dengan Rizal.

Mereka akhirnya pasrah dan lebih memilih menduduki meja lain yang tak jauh dari meja Yasa dan Rizal berada, untuk berjaga-jaga jika ada perkelahian di antara keduanya.

Kita beralih ke meja Yasa dan Rizal. Sudah tiga menit berlalu Rizal tak kunjung berbicara, dan itu membuat Yasa merasa bosan.

Yasa memutar matanya malas "lo mau sampai kapan sih ngomongnya?" ucapnya jengah.

Rizal akhirnya berdehem untuk menetralkan kegugupannya, ia pun menatap Yasa di depannya dengan serius.

"Gue.. minta maaf"

Hah? Yasa tak salah dengar kan? Seorang Rizal yang angkuh itu barusan meminta maaf padanya? sungguh mengherankan.

"Haha.. lo kesambet apa gimana?" Yasa terkekeh, dan menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.

Rizal berdecak kesal, tapi ia harus segera menyelesaikannya "Gue beneran minta maaf sama lo, Yasa.." Katanya dengan mata yang menatap lurus ke arahnya.

Yasa tertegun sejenak. Melihat tatapan Rizal seperti itu, sepertinya dia sangat serius dengan ucapannya.

"Alasannya? Kenapa lo tiba-tiba minta maaf sama gue?" Yasa melipatkan tangannya di depan dada, ia menatap Rizal menunggu sebuah jawaban.

Rizal menghela nafasnya, tatapannya pun berubah sayu "Gue sadar.. selama ini gue udah keterlaluan, selama ini gue cuman ngelampiasin amarah gue sama lo, Yasa.." Ujarnya merasa bersalah.

"-Setiap kali ngelihat lo menang, gue ngerasa gak terima, dan g-gue takut.. karena semenjak smp sampai saat ini nilai lo selalu nempatin posisi pertama, dan gue selalu jadi yang kedua.." Suara Rizal terdengar bergetar, dia seperti berusaha menahan sesuatu yang keluar dari matanya.

Tatapan Yasa berubah sendu, ternyata dugaannya memang benar. Rizal menyimpan kesakitannya selama ini.

"Semenjak peringkat paralel nomor satu jatuh ke tangan lo, orang tua gue sering marah sama gue"

"Gue capek banget sa.. gue ngerasa tertekan setiap kali mereka nuntut gue buat jadi yang sempurna-" Rizal tak bisa menahan lagi cairan yang menumpuk di pelupuk matanya itu, dia menangis tanpa suara.

"M-mereka selalu nyiksa gue sa.. karena itu, gue ngerasa lo yang udah bikin gue tersiksa selama ini.. lo ngerebut posisi gue sebagai yang pertama, dan saat itu gue benci sama lo sa.." Rizal menghapus air matanya, ia menatap Yasa di depannya, lalu tersenyum tipis.

"Lo inget kan kejadian dua hari yang lalu..? waktu itu abang gue narik gue pas lagi mukul lo, dia benar-benar marah sama gue, kata-kata dia berhasil buat gue sadar dan merasa bersalah"

𝙰𝚂𝙰 & 𝙹𝙴𝙹𝙴 [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang