•°Reality°•

136 20 0
                                    

____________

Tawa serta tangis haru menyertai ke sepuluh anak-anak remaja itu, akhirnya usaha mereka selama ini membuahkan hasil.

Sorakan penuh kemenangan pun mereka dapatkan dari seluruh penonton yang hadir.

Tapi... apakah mereka benar-benar bahagia?

Nyatanya di balik tawa kesepuluh remaja itu, ada sebagian perasaan sedih di dalam hati mereka. penghargaan kali ini mereka terima tanpa hadirnya kedua sahabat yang menjadi alasan rasa itu muncul.

Tentunya mereka tidak sebahagia dulu saat mendapatkan kemenangan pertama mereka.

Malam ini dengan perasaannya yang bercampur aduk, Hanan memberikan kata-katanya setelah menerima penghargaan.

"Saya dan teman-teman ingin mempersembahkan penghargaan ini untuk dua sahabat kita Doni dan Jean, walaupun keduanya tidak ikut serta, mereka tetap bagian dari kami" Hanan mencoba untuk tersenyum di hadapan semua orang.

Teman-temannya berdiri di belakangnya, Jihan yang mengerti kegugupan Hanan pun menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu mencoba menenangkan.

"Sekali lagi saya berterimakasih pada dewan juri karena telah mempercayakan penghargaan ini untuk kami, saya Hanan syahputra dan kawan-kawan akan berusaha lagi untuk kedepannya"

Suara riuh tepuk tangan pun memenuhi seluruh aula bersamaan dengan perkataan terakhir dari Hanan, setelahnya mereka membukuk hormat kepada dewan juri untuk menjadi penutup malam ini.

Anak-anak treasure segera turun dari atas panggung dengan keadaan lelah, serta keringat yang membasahi sekujur tubuh mereka.

Namun belum ada selangkah mereka pergi, anak-anak treasure termasuk para guru dan semua penonton terkejut melihat Yasa yang tiba-tiba ambruk dengan keadaan hidungnya yang mengeluarkan banyak darah.

Di tengah kesadarannya yang menipis, yasa melihat bayangan Jean tengah berdiri dan tersenyum ke arahnya, namun bibir kembarannya itu terlihat sangat pucat.

'Jeje lo.. kenapa?'

Sebelum Kesadarannya hilang, ia melihat teman-temannya berlari panik ke arahnya, setelah itu semuanya terasa gelap.


𝙰𝚂𝙰 & 𝙹𝙴𝙹𝙴


"eungh.. y-yasa"

Jennie baru saja memasuki ruang rawat anaknya, ia buru-buru mendekati Jean saat melihat anak itu kembali kejang-kejang, dan melenguh terus menyebutkan nama Yasa.

Tangannya dengan cepat menekan tombol disamping ranjang, hingga beberapa saat kemudian dokter Dafin beserta dua suster laki-laki dan perempuan memasuki ruangan dengan langkah tergesa.

Dafin pun segera memeriksa kondisi Jean yang kembali mengejang hebat, sementara Jennie kembali menangis dan terpaksa keluar dengan perasaan takut.

Juan tidak bisa menemaninya untuk saat ini, karena suaminya itu sudah mulai kembali bekerja, karena sekretarisnya tidak mungkin seterusnya menangani perusahaan besar itu seorang diri tanpa bimbingan dari atasannya.

Setelah menyuntikkan obat penenang, Dafin di buat heran kala mendengar gumaman Jean menyebutkan nama Yasa di alam bawah sadarnya.

Hingga beberapa saat kemudian, Jean kembali tenang, namun dia masih menggumamkan nama kembarannya itu.

Dafin menghela nafasnya, satu tangannya mengusap lembut poni Jean yang sedikit memanjang "Jean rindu sama yasa ya?"

𝙰𝚂𝙰 & 𝙹𝙴𝙹𝙴 [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang