•°kehilangan semangat°•

189 20 6
                                    

_______

Sebenarnya akhir-akhir ini Jeje selalu merasakan sesuatu yang gak beres dengan tubuhnya.

Waktu itu, saat pertama kali merasakannya dia sedang berjalan seorang diri ke kelasnya, awalnya dia biasa-biasa saja namun tiba-tiba saja kakinya terasa kaku dan tidak bisa di gerakan, namun tak berselang lama dia pun bisa menggerakkannya lagi.

'Aneh' batinnya saat itu.

Sejak kejadian itu banyak hal yang terjadi padanya, mulai dari tangannya yang sering gemetar hebat setelah menulis dan kadang setiap malam ia terbangun karena tiba-tiba saja tubuhnya kejang-kejang entah karena apa.

Dari semua kejadian itu dia hanya bisa berfikir positif, mungkin saja dia hanya kelelahan karena akhir-akhir ini dia sering latihan sampai lupa waktu, tidak hanya di sekolah saja, dia sebenarnya diam-diam pergi ke tempat les tari setelah pulang sekolah ataupun saat hari libur karena menurutnya skill dance yang ia pelajari belum terlihat sempurna, oleh sebab itu dia selalu bekerja keras hingga ke titik maksimalnya dan melupakan raganya yang membutuhkan istirahat.

Dan sekarang terjadi lagi, dia tidak tau kenapa kejang ototnya malah semakin parah dari sebelum-sebelumnya, yang ia ingat terakhir kali saat mama, papa dan Asa berlari ke arahnya dan setelah itu hanyalah gelap.
.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kelopak yang sudah lama terpejam itu perlahan mulai terbuka dan menampakkan iris hitam legamnya dengan pandangannya yang terlihat sayu, ia melirik ke sampingnya dan mendapati sosok yang selalu bersamanya setiap saat itu tengah terpejam di pinggiran kasur sembari memegang tangannya yang entah sejak kapan selang infus itu menancap di punggung tangan kirinya.

Ia pernah berfikir, kenapa sosok di sampingnya ini sering sekali menjaganya dan mendengar keluh kesahnya, walaupun sosok itu juga butuh tempat untuk bersandar.

Perlahan bibir pucatnya mengulas senyum di balik masker oksigennya, air matanya mengalir begitu saja tanpa seizinnya.

"h-harusnya g-gue jadi kakak yang kuat buat lo" gumamnya lirih, ia memejamkan matanya setelah itu air mata itu jatuh kembali membasahi kedua pipinya berulang kali.

Karena merasa ada pergerakan dari tangannya, Asa terbangun dari tidurnya, matanya yang masih mengantuk itu melihat kembarannya yang sudah tersadar dengan mata sembabnya, sepertinya dia habis menangis, pikirnya—

'eh tunggu.. menangis?!' Asa tersadar dari rasa kantuknya, ia pun berdiri lalu memeriksa seluruh tubuh Jeje "Je lo gak papa kan? ada yang sakit gak? gue panggil papa sama mama ya?" Baru saja ia akan pergi, namun tangannya di cekal dan membuatnya kembali berbalik.

"Kenapa?" Tanyanya dengan raut wajah yang panik.

"Udah di sini aja.. sekarang ceritain, gue sebenarnya kenapa? dan tempat ini... rumah sakit kan?" Jeje menatap Asa yang hanya diam saja.

"Gue kenapa sa?" Tanyanya lagi.

Asa menunduk dan menggeleng pelan "gue gak tau Je, mama sama papa belum balik dari ruangan dokter" jawabnya terdengar pelan.

Jeje menatap langit-langit berusaha berfikir, matanya bergulir menatap Asa kembali "Sebelumnya gue kenapa bisa ada di rumah sakit?" Itulah pertanyaan yang ia pikirkan saat ini.

𝙰𝚂𝙰 & 𝙹𝙴𝙹𝙴 [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang