J' Diary [ENDING]

166 12 0
                                    

____

Beberapa tahun telah berlalu. Yasa nampaknya telah berubah menjadi sosok yang lebih dewasa, dan sedikit demi sedikit ia mulai merelakan sosok yang sangat berarti dalam hidupnya.

Sesuai perkataan Jean waktu itu. Dia mulai bangkit dari keterpurukannya, dan mencari kebahagiaannya sendiri.

Yasa memasuki kamar yang dulunya adalah tempat yang selalu ia kunjungi ketika rindu dengan segala kenangan yang ada di dalamnya.

Dia masih ingat, waktu itu Jean akan pergi ke arena balapan, dan ia tak sengaja melihat kembarannya itu sedang bersiap-siap mematut dirinya di depan cermin.

"Je.. lo hari ini ikut balapan?"

"Iya nih.. eh penampilan gue dah keren belum sa?"

"Keren sih.. tapi lebih kerenan gue" ucapnya yang waktu itu kelewatan narsis.

Saat Jeje ingin keluar dari kamar, waktu itu ia mencegatnya di depan pintu.

"lo katanya pengen beliin gue martabak, lo lupa ya?"

Saat itu Jeje mengetuk-ngetuk keningnya terlihat sedang mengingatnya.

"Emang gue pernah ngomong gitu?"

Asa saat itu mengingat dengan begitu jelas. Betapa gemasnya dia saat melihat muka polos Jeje yang tengah di tipu olehnya.

"Iya Je.. udah sana! ntar beliin sehabis balapan"

Yasa tersenyum ketika mengingat kembali waktu itu. Di kamar yang dia singgahi saat ini terlalu banyak kenangannya bersama Jeje.

Ia sudah lama tak pernah mengunjungi kediaman orang tuanya di Indonesia. Karena semenjak dirinya menikah tujuh belas tahun yang lalu, dia sudah memiliki rumahnya sendiri, yang berada di korea selatan dengan hasil kerja kerasnya. Dia harus tinggal di negara ginseng itu karena alasan pekerjaan.

Cita-citanya menjadi seorang pelatih dance, dan komposer lagu akhirnya bisa tercapai. Walaupun waktu itu sempat di tentang oleh kedua orang tuanya, karena fisiknya yang dulu sangatlah lemah.

"Je.. gue udah berhasil raih cita-cita kita selama ini. Gue sekarang menjadi pelatih dance, sekaligus komposer lagu di perusahaan hiburan terkenal di korea selatan.. lo pasti bangga kan sama gue?" Ucapnya yang kini sudah duduk di meja belajar kembarannya.

Semua benda-benda di kamar ini  sama sekali tidak ada yang berubah di penglihatannya, dan juga semuanya terlihat masih terawat sampai sekarang. Karena mama Jennie yang selalu membersihkan kamar mendiang putranya itu setiap sebulan sekali.

"lo tau je..? di tempat gue kerja itu ada boy group idola kita loh.. entah kenapa gue ngerasa masih canggung pas awal-awal masuk jadi pelatih dance mereka, hahaha astagaa.. gue kayaknya udah gila ngomong sendirian di kamar lo!" Yasa menertawai kelakuannya yang bicara seorang diri.

Namun kali ini, ia tak sengaja melihat sebuah buku diary yang sudah lama tak tersentuh oleh pemiliknya. Sampul buku itu begitu mencolok, dan juga letaknya berada di atas tumpukan buku-bukunya Jean.

Karena penasaran, Yasa lantas mengambil buku diary yang bersampul galaksi itu. Saat buku itu sudah berada di genggamannya, ia seketika teringat pernah memberikan buku ini sebagai hadiah untuk Jean, yang waktu itu sengaja dia belikan selepas Jeje pulang dari rumah sakit.

"Jean nulis apa ya di buku diary ini.." Ucapnya penasaran.

Saat membuka halaman pertama. Ia di suguhkan dengan potongan-potongan foto kebersamaan mereka dengan teman-temannya.

Melihat foto-foto itu, dia jadi merindukan teman-temannya yang sekarang sudah jarang sekali untuk sekedar berkumpul bersama. Karena mereka tengah sibuk dengan pekerjaannya, apalagi hampir semuanya sudah berumah tangga, sama sepertinya.

𝙰𝚂𝙰 & 𝙹𝙴𝙹𝙴 [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang