•°Berharap°•

137 18 5
                                    

____________

Da-ra-ra-ra-ra-ra-ri~

Pelukan mereka harus terlepas saat mendengar suara dering ponsel entah milik siapa, mereka terlihat kesal karena suara itu benar-benar mengganggu suasana.

Yasa si pemilik ponsel yang berdering itu nyengir lebar, dia buru-buru menghapus sisa air matanya lalu mengambil ponselnya di saku celana, saat melihat nama kontak si penelepon dia terdiam sejenak kemudian menatap teman-temannya sebentar.

"gue angkat telepon dulu" ujarnya sembari menjauh untuk mengangkat panggilan.

Setelah menjauh dari teman-temannya, yasa segera mengangkat telepon yang ternyata itu panggilan dari papanya.

"Halo pah?"

'sa, kamu di mana sekarang?'

"asa lagi di basecamp, sekarang juga mau pulang, emang kenapa pah?" tanyanya.

'papa sama mama sekarang ada di rumah sakit, jean tadi mimisan lagi'

Asa membelalakkan matanya terkejut "jean gak papa kan pah? asa ke sana ya?" ujarnya terdengar panik.

Sementara di sebrang sana, papanya terdiam tak menjawab, asa di buat semakin khawatir karenanya.

"pah? jeje gak papa kan? JAWAB PAH!" tanpa sadar, asa menaikkan nada bicara saking paniknya.

Di sebrang sana Juan terdengar menghela nafas 'jean cuman kelelahan, kamu pulang aja ya? gak usah ke sini, lagian udah ada papa sama mama yang jagain jean, kamu gak perlu khawatir oke? sekarang jean udah baik-baik aja"

Asa mengangguk mengiyakan, walaupun papanya gak bisa ngelihatnya "iya" jawabnya lesu.

'habis pulang langsung bersih-bersih terus istirahat! jangan keluyuran lagi!' lanjut papanya.

Asa memutar matanya malas "iya iya, asa tutup ya"

Tutt..

Setelah menutup teleponnya, ia memutuskan menghampiri teman-temannya untuk pamit pulang, namun saat akan berbalik asa harus di kejutkan oleh sosok mahen yang sedang menatapnya datar.

"marmut! lo ngapain di belakang gue?" asa melotot sambil ngusap dada, rasanya jantungnya hampir mau copot.

Mahen menatap Yasa penuh selidik, sementara asa menelan ludahnya takut, rasanya tatapan Mahen itu kayak ngeintrogasi dirinya yang habis ketauan nyuri kolor punya patrick.

"Kenapa lo?" tanya asa takut-takut sambil memilin ujung bajunya.

"jean kenapa sa? tadi lo kayak khawatir gitu" tanya mehen, kali ini dengan tatapan khawatirnya.

Asa tersenyum sendu, dia tidak tau keadaan saudaranya saat ini, yang pasti dia merasa ada sesuatu yang berusaha di sembunyikan sang papa darinya, tapi jauh di lubuk hatinya, asa ingin saudaranya itu baik-baik saja seperti yang di ucapkan papa juan kepadanya.

"jeje gak papa hen, dia cuman kelelahan aja" asa menepuk pundak sahabatnya itu untuk meyakinkannya.

Mahen terlihat ragu mendengar jawaban Yasa, tapi akhirnya dia pun mengangguk mengiyakan. kini tatapannya mengarah ke tangan yasa yang sejak tadi masih memilin-milin ujung bajunya.

Tanpa di beritahu pun mahen tau kalau saat ini yasa tengah merasa ketakutan, dulu semenjak masih di junior high school, dia sudah tau kebiasaan yasa yang satu itu.

"emm.. hen?"

"ya?"

"Sebenarnya maaf soal yang tadi, pasti lo kecewa kalau gue sama jeje tiba-tiba mau keluar ekskul, sebenarnya gue punya alesan tapi gak bisa kasih tau sekarang-" asa menghentikan ucapannya, lantas menatap mahen yang kini sedang tersenyum manis ke arahnya.

𝙰𝚂𝙰 & 𝙹𝙴𝙹𝙴 [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang