9; warmth

1.8K 257 36
                                    

pagi ini, mashiho bangun lebih awal dari biasanya. karena matanya tidak bisa diajak berkompromi untuk lanjut tidur, akhirnya mashiho memutuskan untuk membasuh diri.

pemuda mungil itu terkejut setengah mati ketika dirinya sedang berganti pakaian dan mendapati pintu kamarnya yang terbuka tiba-tiba, membuatnya sontak menutupi dadanya dengan baju yang belum sempat ia pakai.

"oh, kau sudah bangun?" tanya yoshi santai, berdiri di ambang pintu.

"bisakah kau mengetuk dahulu?!" seru mashiho sedikit panik.

yoshi hanya memutar bola matanya malas. "kalau sudah selesai, cepat turun ke bawah. aku tunggu di mobil," ucapnya sebelum menutup pintu kamar mashiho.

mashiho sedikit bertanya-tanya, tetapi memilih untuk menuruti perintah si surai merah. dan tepat seperti perkataannya tadi, yoshi sudah menunggu di mobilnya begitu ia sampai di depan pintu utama.

"mau ke mana?" tanya mashiho setelah masuk ke dalam mobil pemuda kanemoto itu.

"bodoh, baru sehari kau sudah melupakan perjanjian kemarin?"

ah, benar juga. mashiho sontak menunjukkan cengiran kakunya.

"pasang sabuk pengamanmu."

lagi-lagi mashiho menurut. tak memedulikan nada bicara pemuda itu yang mungkin menurut orang lain sangat tidak bersahabat, tetapi mampu membuat sudut bibir mashiho sedikit tertarik karenanya.

ia tidak menyangka, yoshi akan menepati janjinya secepat ini.

"mau sarapan dulu?" tawar yoshi di sela-sela perjalanan mereka.

mendengar hal itu, kedua netra mashiho sontak berbinar karena memang perutnya sudah memberi sinyal lapar sejak tadi. jadi, tentu saja tawaran tersebut takkan disia-siakan olehnya.

yoshi pun mengarahkan mobilnya menuju mall terdekat, yang untungnya memiliki jam buka 24 jam, mengingat sekarang masih cukup pagi untuk waktu buka mall-mall biasanya.

setelah makan di salah satu restoran, mashiho meminta izin untuk mampir ke supermarket yang ada di sana untuk membeli beberapa persediaan ramyeon dan makanan ringan selama ia tinggal sendirian di rumah yoshi nanti.

sebenarnya, ia bisa saja sekaligus membeli bahan makanan juga, tetapi mashiho berpikir hal itu hanya akan berakhir sia-sia mengingat dirinya tidak bisa memasak.

"maaf, tuan yoshi. aku akan menggantinya nanti," ucap mashiho merasa bersalah karena sedari tadi hanya yoshi yang membayarkan makanan dan juga barang belanjaannya.

tentu saja. mana mungkin mashiho punya uang sekarang? dirinya saja diculik paksa waktu itu.

"yoshi."

"huh?" dahi mashiho berkerut tidak mengerti.

"panggil yoshi saja."

otak mashiho loading selama beberapa saat. bahkan ia tidak sadar bahwa dirinya masih berdiri di tempat ketika yoshi sudah masuk ke dalam lift.

"apa yang kau lakukan? tidak masuk?"

mendengar hal itu, mashiho buru-buru menyusul yoshi masuk ke dalam lift sebelum melanjutkan percakapan tadi.

"bagaimana bisa aku memanggilmu begitu? kau lebih tua beberapa tahun dariku."

yoshi mendelik. "ya, aku juga tahu kalau kau masih bocah," sahutnya, sengaja menekankan kata terakhir dalam kalimatnya.

sepertinya ia tidak terima dibilang 'tua' oleh pemuda mungil di sampingnya itu.

"e-eh, bukan begitu maksudku," ralat mashiho cepat, sadar kalau kata-katanya mungkin telah menyinggung yang lebih tua. "aku hanya takut merasa tidak sopan."

"ㅡbagaimana kalau aku memanggilmu yoshi hyung? bolehkah?" tanya mashiho ragu-ragu.

"terserah kau saja."

senyum mashiho melebar mendengar jawaban yoshi. ia juga tidak tahu sejak kapan kata-kata cuek nan datar yang yoshi layangkan untuknya, tidak lagi membuatnya takut, melainkan memberikan kebahagiaan tersendiri baginya.

"oke! kalau begitu, mulai sekarang aku akan memanggilmu yoshi hyuㅡ"

bruk!

"AAAAㅡ!"

mashiho sontak menjerit ketika lift yang tengah mereka naiki tiba-tiba terhenti dan memberikan suara dentuman yang cukup keras. bersamaan dengan itu pula, lampu lift padam sehingga kini hanya gelap yang menyelimuti mereka.

yoshi segera memencet tombol bantuan yang berada di dalam lift untuk melaporkan bahwa mereka terjebak di sini kepada siapa pun petugas yang menjaga ruang keamanan, tetapi nihil. beberapa menit sudah berlalu dan tak kunjung ada respon yang mereka terima.

yoshi hanya menghela napasnya kasar, berbeda dengan mashiho yang kini sudah meringsut ke arah sudut, terduduk lemas sembari menyandarkan tubuhnya.

sejak kecil, ia memiliki phobia terhadap ruang yang gelap dan tertutup. ia ingin sekali mengatakannya pada yoshi, tetapi nyalinya terlalu ciut, ditambah tubuhnya yang terlalu lemas.

"kau baik-baik saja?"

tak diduga, yoshi menghampiri mashiho lebih dahulu setelah merasa ada yang aneh dengan pemuda mungil itu.

ya, mashiho sama sekali belum mengeluarkan suaranya sejak ia menjerit karena lift mendadak berhenti tadi.

"kau memiliki phobia?" yoshi bertanya lagi.

ia berjongkok di samping mashiho yang kini tengah susah payah mengatur napas, dengan peluh yang membanjiri pelipisnya.

walaupun kondisi cukup gelap saat ini, tetapi yoshi masih dapat menangkap hal itu samar-samar.

mashiho mengangguk lemah. "nyctophobia* ... hh ... hh ...."

[*ketakutan berlebihan pada kondisi gelap]

tangan mashiho yang bergetar bergerak mencengkeram bagian dadanya yang terasa sangat sesak, seolah lehernya tengah dicekik kuat oleh seseorang.

"tidak apa-apa. tarik napas dalam, buang perlahan. kau tidak sendirian, ada aku di sini."

dalam ketakutannya, mashiho tertegun. ia hampir bertanya-tanya, apakah dirinya tengah bermimpi saat ini.

pasalnya, yoshi mengucapkan hal itu dengan lembut, sangat lembut. sampai-sampai mashiho merasa pendengarannya tuli selama beberapa detik.

usapan pelan tangan yoshi di punggungnya bagai obat ajaib yang membuat ketakutannya berangsur-angsur mulai mereda dan napasnya menjadi stabil kembali.

"y-yoshi hyung."

"hm?"

"b-bolehkah aku memegang tanganmu?" cicit mashiho pelan, nyaris berbisik.

mashiho menunggu respon yoshi dengan was-was, tetapi pemuda kanemoto itu tak kunjung memberikan jawaban. tidak memberikan izin atau pun menolak permintaannya barusan.

hal itu serta-merta membuat nyali mashiho menciut.

"a-ah, maaf. sepertinya permintaanku terlalu berlebiㅡ"

greb!

ucapan mashiho terpotong begitu saja saat ia merasakan tangan yoshi yang menggenggam lembut tangan kanannya dan menepuk-nepuknya pelan guna memberi ketenangan.

hangat.

itulah yang mashiho rasakan saat ini.

[]



maaf kemaleman hehe

tadinya minggu ini gamau update karena otakku lagi butek banget, tapi siapa tau ada yang nungguin gitu (idih kepedean wkwk)

btw buat sekarang kita selipin yang manis-manis dulu lah yaa
gatau nanti🙃

devilish charm; yoshiho [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang