sepeninggalan jihoon, yoshi duduk di meja makan, menunggu si mungil selesai membasuh diri.
namun, sudah lebih dari tiga puluh menit, mashiho belum kunjung keluar dari kamar mandi, membuat perasaan yoshi tidak enak dan akhirnya memilih untuk menghampiri pemuda itu.
tok tok!
"mashiho, kau belum selesai?"
tak ada tanda-tanda jawaban akan diberikan oleh si mungil. hanya suara gemericik air dari shower yang tertangkap dalam pendengaran yoshi sekarang.
tok tok!
"mashiho? kau baik-baik saja?"
"hei, jawablah kalau kau mendengar suaraku."
tetap tak ada jawaban.
"mashi, aku buka pintunya, ya?"
karena terus dirundung rasa cemas, yoshi akhirnya membuka pintu yang untungnya tidak terkunci itu.
dan betapa terkejutnya pemuda kanemoto itu saat mendapati mashiho yang kini tengah berdiri mematung di bawah shower, membiarkan air pancuran itu mengguyur tubuh telanjangnya yang mulai menggigil kedinginan.
sorot mata kelam itu hanya memandang kosong ke arah kaca yang berada di hadapannya.
"astaga! kau begini sejak setengah jam yang lalu?!"
buru-buru yoshi mematikan shower lalu mengambil handuk besar untuk menyelimuti tubuh mungil mashiho dan satu handuk kecil lainnya yang ia gunakan untuk mengeringkan surai kehitaman itu.
"mashiㅡ"
"aku berusaha menghilangkan noda-noda itu. namun, tak berhasil," ucap mashiho lirih, nyaris berbisik.
pemuda takata itu menatap bekas-bekas kemerahan pada leher dan dadanya lewat pantulan kaca dengan pandangan muak.
"ini bukan salahmu, mashi." yoshi meraih tangan mashiho yang terasa sedingin es.
"kau tak perlu khawatir, aku akan memberikan balasan setimpal pada mereka yang telah berani menyakitimu."
"yoshi hyung, maukah kau membantuku?"
yoshi menatap penuh tanya ke arah mashiho yang kini mengambil satu langkah lebih dekat padanya kemudian beralih meremas kemeja putihnya sembari menatap dengan pandangan sayu.
"make me yours, please?"
satu kalimat permohonan itu terlontar dari mulut mashiho, yang entah mengapa lebih terdengar seperti sebuah racauan frustasi bagi yoshi.
"t-tolong bantu aku untuk melupakan kejadian itu. hyung bebas melakukan apa saja. a-asalkan itu yoshi hyung, aku tidak masalah. j-jadi, tolong ...."
yoshi sangat mengerti apa arti dari setiap kalimat yang mashiho ucapkan. namun, pemuda itu juga sadar bahwa mashiho mengatakan semua itu hanya karena dirinya sedang terlalu kacau saat ini.
"mashi ... jangan seperti ini."
hati mashiho mencelos begitu mendengar jawaban yoshi. genggaman tangannya serta-merta terlepas, kakinya melangkah mundur menjauhi pemuda di hadapannya.
sesaat setelahnya, tawa hambar lolos dari bibir pucat itu seiring dengan pandangannya yang jatuh ke lantai.
"haha ... benar juga. hyung juga pasti merasa jijik padaku. aku memang sudah tidak berguna. akuㅡ"
"mashi, bukan begitu. hei, dengar." yoshi memegang lembut kedua bahu mashiho, mencegah sebelum pikiran buruk mashiho semakin menjadi-jadi. "mashiho, lihat ke arahku."
ragu, mashiho akhirnya mendongakkan kepalanya, membuat netranya yang kini tengah berkaca-kaca bertabrakan dengan milik yoshi.
"aku membiarkanmu di sisiku bukan semata-mata karena aku menginginkan tubuhmu."
"tubuhmu sedang terluka sekarang. kau tahu itu, bukan?" yoshi menatap khawatir ke arah balutan perban di perut mashiho yang mulai dipenuhi warna merah akibat lukanya yang kembali terbuka.
"aku akan membantumu menghilangkan bekas itu. tapi untuk saat ini, tidak perlu sampai sejauh itu, ya?"
mendapati senyum hangat di bibir yoshi ketika pemuda itu berusaha untuk meyakinkannya, mashiho pun mengangguk pelan.
kedua matanya terpejam dengan sendirinya tatkala yoshi membubuhkan kecupan pada bibirnya sebelum kemudian beralih ke setiap sisi wajahnya, mulai dari mata, hidung, pipi, dan kembali ke bibir.
baru setelahnya yoshi mengalihkan atensinya pada leher mulus milik mashiho yang kini dipenuhi bercak merah.
yoshi mungkin tidak terlalu menunjukkannya, tetapi rasanya ia benar-benar marah tiap kali membayangkan bagaimana pemuda-pemuda bejat itu memperlakukan mashiho dengan begitu rendah malam itu.
"sshh." mashiho mendesis pelan ketika merasakan sensasi aneh saat yoshi menghisap lehernya.
dengan lihai, yoshi membersihkan noda kotor itu dan menggantikannya dengan bekas gigitan serta hisapannya di sana.
"h-hyung, geliㅡ"
ini benar-benar berbeda dengan apa yang ia rasakan pada malam itu.
bagaimana yoshi memperlakukannya dengan lembut benar-benar membuat mashiho seakan dibuat melayang.
tubuhnya mendadak lemas seperti jelly kalau saja ia tidak menopang tangannya pada bahu sang dominan.
selesai dengan urusan leher, yoshi kembali mencium bibir mashiho, kali ini sedikit melumatnya pelan.
hanya sebuah lumatan tanpa nafsu yang lebih kepada menyalurkan kehangatan sekaligus kerinduannya selama ini.
yoshi menyudahi ciuman itu dengan memberikan satu kecupan terakhir sebelum menatap mashiho dengan sorot mata teduh.
"sudah ya, jangan diingat-ingat lagi kejadian itu," ucapnya sembari mengusap jejak air mata pada pipi si mungil.
bagai sebuah mantra ajaib, mashiho mengangguk begitu saja.
bahkan, sudut bibirnya sedikit melengkung, mengukir senyum tipis ketika pandangannya teralih ke arah kaca besar itu dan mendapati lehernya yang kini didominasi oleh bekas-bekas hickey baru yang yoshi tinggalkan.
"cepat pakai bajumu, setelah itu kita sarapan."
sekali lagi, mashiho mengangguk. masih dengan senyum yang belum lepas dari bibirnya.
"terima kasih, hyung."
[]
yoshi mode soft is back~
semoga feel-nya nyampe ke kalian☺
![](https://img.wattpad.com/cover/319145899-288-k929688.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
devilish charm; yoshiho [✓]
Fanficentah bagaimana ceritanya, tiba-tiba saja mashiho sudah terjebak bersama seorang pemuda jelmaan iblis seperti kanemoto yoshinori. ㅡ bxb, lowercase, baku ㅡ dom!yoshi sub!mashi ⚠ might contain physical abuse, violence, and sexual harassment