3 tahun kemudian
seorang pemuda melangkah menyusuri jalanan panjang yang di sekelilingnya terbentang perairan berwarna biru jernih dengan ombak kecil yang sesekali menghempas ke tepian.
dinginnya angin pagi menerpa tubuh mungil pemuda itu, yang hanya berbalutkan sweater tipis berwarna peach.
wajar, matahari bahkan belum nampak seluruhnya.
langkahnya terhenti ketika ia telah sampai di ujung jalan itu, yang menjadi perbatasan antara daratan dengan lautan di bawah sana.
diletakkannya buket bunga kecil di sana, membiarkan beberapa kelopak putihnya beterbangan terbawa angin.
"sudah tiga tahun berlalu, tapi kenapa rasanya masih sama seperti waktu itu?" ucap mashiho lirih.
ia mengusap kasar cairan bening yang mengalir begitu saja dari pelupuk matanya, kemudian beranjak dari situ dan berjalan menuju sebuah kafe.
orange. begitulah papan nama yang terpajang di depan kafe itu.
ah, kafe ini adalah miliknya ngomong-ngomong. setelah menetapkan untuk putus kuliah, mashiho menggunakan sebagian uang yang terkumpul dari hasil part-time di kedai jikjin untuk membuka kafe kecil ini.
walaupun tak begitu banyak pengunjung layaknya kafe-kafe di tengah kota, tetapi tempat ini sangat tenang dan damai.
mashiho menyukainya.
dan seperti hari-hari biasanya, mashiho selalu ikut melayani pelanggan, dibantu oleh dua karyawannya.
kling kling!
bel pintu kafe yang menandakan kehadiran pelanggan berbunyi, membuat mashiho yang sedang menata kue-kue di etalase menghentikan kegiatannya dan lantas berdiri di belakang meja kasir.
"iced americano satu."
suara yang familier itu membuat kepala mashiho yang semula tertunduk menjadi terangkat untuk menatap wajah pelanggannya itu.
deg!
dada mashiho seolah dihantam dengan keras. kedua netranya bergetar karena tak yakin akan apa yang tengah dilihatnya saat ini.
pemuda bersurai hitam yang berada di hadapan mashiho juga memandangi rupa si mungil dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
belum sempat pemuda itu berkata lebih lanjut, mashiho sudah lebih dahulu melepas apron-nya kemudian beranjak dari meja kasir.
"d-doyoung! tolong jaga kasir sebentar!" ucapnya terbata kemudian bergegas keluar dari kafe.
kim doyoung, salah satu karyawan di kafe orange pun menatap mashiho dengan bingung, tetapi tetap menyanggupi permintaan pemuda itu.
"hosh! hosh!" mashiho mengatur napasnya yang menderu usai berlari selama beberapa saat hingga tanpa sadar langkah kakinya kembali membawanya ke tepian pantai.
"sial! kenapa aku begini lagi ...." mashiho mengacak surainya frustasi karena mengira bahwa dirinya kembali berhalusinasi untuk kesekian kalinya.
namun, sebuah dekapan dari arah belakang membuat tubuh mungil itu kembali mematung seiring dengan berbagai macam rasa yang membuncah dari dalam dada.
kalau ini semua hanya halusinasi, mengapa pelukannya terasa begitu hangat?
"aku mungkin tidak bisa menepati yang pertama, tapi aku menepati janjiku yang kedua," ucap sosok itu, melepaskan dekapannya kemudian membalikkan tubuh mashiho dengan lembut, membiarkan si mungil untuk melihat ke arahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/319145899-288-k929688.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
devilish charm; yoshiho [✓]
Fanfictionentah bagaimana ceritanya, tiba-tiba saja mashiho sudah terjebak bersama seorang pemuda jelmaan iblis seperti kanemoto yoshinori. ㅡ bxb, lowercase, baku ㅡ dom!yoshi sub!mashi ⚠ might contain physical abuse, violence, and sexual harassment