3; punishment

2.2K 290 15
                                    

"hh! hh!" mashiho terbangun dengan napas menderu seolah baru saja mengalami mimpi buruk.

ia berusaha mendudukkan dirinya yang terasa lemas dan mendapati tubuhnya kini terbalut dengan pakaian berbeda dari sebelumnya, ditambah rambutnya yang dalam keadaan basah.

apa yang telah terjadi?

mashiho mengira dirinya akan mati atau terbangun dalam keadaan yang cukup parah, mengingat ia baru saja terjatuh dari lantai dua.

pemuda takata itu bangkit dari kasur dan berjalan terhuyung ke arah balkon lalu mengedarkan pandangannya ke bawah.

ah, ternyata di bawah sana ada kolam renang besar. jadi, kemungkinan besar ia jatuh ke dalamnya tadi.

mashiho tertawa miris. entah dirinya harus senang atau malah sedih akan hal itu.

rasa-rasanya mati pun juga tidak menjadi masalah bagi mashiho, ketimbang harus menjadi tawanan seorang iblis di dalam sini.

ceklek!

"sudah bangun?"

mashiho tersentak saat suara rendah itu kembali menyambut gendang telinganya. ia menoleh dan mendapati keberadaan yoshi dan juga jihoon yang berdiri di belakang pemuda itu.

"takata mashiho, adakah hal yang ingin kau sampaikan padaku?"

dahi mashiho berkerut, tetapi mulutnya tetap bungkam.

"aku tanya sekali lagi, adakah hal yang yang ingin kau sampaikan padaku setelah kejadian tadi?" yoshi bertanya lagi, kali ini dengan penekanan seiring dengan auranya yang semakin menggelap.

mashiho masih diam seribu bahasa, tidak tahu harus menjawab apa. ia tidak seberani itu untuk kembali melemparkan argumen seperti sebelum-sebelumnya, karena ia tahu betul hal itu hanya akan memperburuk keadaan.

akan tetapi, sepertinya keputusannya untuk menutup mulut juga tidak dapat dibenarkan oleh yoshi.

bugh!

netra mashiho membesar ketika yoshi melayangkan pukulan kerasnya pada jihoon hingga membuat sang ajudan tersungkur ke lantai, sebelum akhirnya kembali berdiri tegak seolah tidak terjadi apa-apa.

"apa yang kau lakukan?!" mashiho sontak berseru.

karena walau bagaimanapun, ia sedikit merasa bersalah pada jihoon usai mengurung pemuda itu di kamar mandi, padahal jihoon cukup baik dengannya? yah, bisa dibilang begitu.

"kau bisa keluar dari kamarmu dan mencoba untuk kabur, itu adalah suatu kelalaian bagi jihoon. sudah sepatutnya aku memberinya hukuman, bukan begitu?"

"maafkan saya, tuan yoshi."

bugh!

bugh!

tak mengindahkan permintaan maaf dari jihoon, yoshi kembali memukul dan menendang pemuda park itu dengan membabi buta. kilatan amarah terpancar jelas lewat kedua netranya.

"uhuk! uhuk!"

mashiho meringis gelisah, mendapati jihoon yang sudah tak berdaya dengan mulut penuh darah.

"h-hentikan! kau bisa membunuhnya!"

entah keberanian dari mana, kini mashiho menahan lengan yoshi yang hendak kembali memukul sang ajudan.

yoshi menghempaskan tangan mashiho kemudian beralih mencengkeram baju pemuda mungil itu.

"itu yang akan terjadi kalau kau berani kabur lagi dari sini. camkan itu!"







































sejak kejadian kemarin, mashiho sama sekali tidak beranjak dari ranjangnya. makanan yang beberapa kali dibawakan oleh para maid juga tak sedikit pun ia sentuh.

mashiho sadar bahwa dirinya sudah tidak bisa kabur lagi. karena kalau hal itu sampai terjadi, maka yoshi takkan segan-segan membunuh jihoon dan tentu saja mashiho tidak mau mengorbankan nyawa orang lain demi keselamatan yang bahkan tak bisa ia jamin itu.

mungkin hal ini terdengar gila, tetapi sekarang mashiho lebih memilih untuk membiarkan dirinya mati lemas secara perlahanㅡakibat tidak ada makanan yang masuk ke dalam organ pencernaannyaㅡketimbang harus bersusah payah mencari jalan keluar untuk melarikan diri.

sungguh, ia sama sekali tidak memiliki gairah lagi untuk hidup.

tok tok!

"sudah kubilang, aku tidak mau makan!"

pandangan mashiho masih terarah ke arah jendela, tak memedulikan suara pintu kamarnya yang dibuka oleh seseorang dan langkah kaki yang kini berjalan mendekatinya.

"kau pikir aku akan membiarkanmu mati semudah itu?"

deg!

bulu kuduk mashiho seketika meremang tatkala bisikan pemuda jelmaan iblis itu terdengar tepat di sebelah telinganya.

"makan." yoshi menyerahkan sepiring nasi goreng pada mashiho.

sedangkan mashiho hanya menggeleng-gelengkan kepalanya agresif sembari meringsut ke pinggir ranjang, menjauhi pemuda bersurai merah yang seakan siap untuk menerkamnya kapan saja.

sebuah decakan lolos dari mulut yoshi ketika melihat sikap mashiho. dijambaknya surai merah muda milik pemuda takata itu, cukup keras hingga membuat kepala si mungil sedikit menengadah, kemudian disuapinya paksa sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.

mashiho terbatuk-batuk ketika satu sendok penuh berisi nasi goreng panas itu mengenai tenggorokan keringnya. bahkan cairan bening turut menggenangi pelupuk matanya akibat hal itu.

"makan sendiri atau masih mau disuapi?"

"a-aku akan m-makan sendiri."

mashiho cepat-cepat mengambil alih sendok di tangan yoshi dan mulai menyantap nasi goreng itu dengan lahapㅡlebih tepatnya, menelannya paksa.

setidaknya, hal itu lebih baik daripada yoshi menyuapinya paksa seperti tadi.

"uhuk! uhuk!"

mashiho tersedak setelah beberapa suapan nasi goreng yang terus ia masukkan paksa padahal mulutnya masih terisi penuh hingga kedua pipinya menggembung.

tanpa berkata apa-apa, yoshi menuangkan segelas air putih dari dalam teko dan menyodorkannya pada mashiho sembari menepuk-nepuk punggungnya.

hal itu membuat mashiho menyambut gelas itu dan meminumnya dengan sedikit heran.

kenapa yoshi tiba-tiba menaruh perhatian seperti ini? mashiho pikir, pemuda kanemoto itu akan tersenyum senang melihat dirinya yang menderita karena merasa tercekik.

"besok ikutlah denganku ke suatu tempat."

"k-ke mana?"

"tidak usah banyak tanya."

setelah berkata begitu, yoshi berjalan keluar dari ruangan, meninggalkan rasa penasaran yang hinggap dalam benak mashiho.

[]

devilish charm; yoshiho [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang