10; lonely night

1.7K 240 24
                                    

"sudah lebih tenang?"

mashiho menoleh ke arah yoshi, memuja keindahan paras pemuda itu dalam gelap.

tidak ada tatapan tajam dan raut bengis yang biasa tergambar di wajah pemuda bersurai merah itu. sebaliknya, hanya ada sorot mata lembut yang kini tengah menatapnya khawatir.

mashiho seakan terhipnotis. bahkan ia mampu melupakan phobia-nya yang tadi sempat kambuh.


"halo? apakah ada orang di sana?"

suara operator dari ruang pengawas membuyarkan lamunan mashiho dan memutuskan kontak mata di antara keduanya.

yoshi hendak berdiri untuk memberi jawaban, tetapi tangan mashiho sontak menahannya, seolah tidak rela tautan tangan mereka terlepas begitu saja.

"j-jangan pergi," ucapnya lirih.

mau tidak mau, yoshi mengurungkan niatnya untuk mendekati tombol bantuan dan memilih untuk tetap berada di sisi pemuda mungil itu sembari mengeraskan suaranya.

"yA, KAMI TERJEBAK DI SINI!"

"mohon maaf atas ketidaknyamanannya, kami akan segera mengirimkan bantuan."

"bertahanlah sebentar lagi, bantuan akan segera datang," ucap yoshi pada mashiho, yang langsung dibalas anggukkan pelan oleh si mungil.

di satu sisi, mashiho merasa lega karena sebentar lagi dirinya akan terbebas dari ruang gelap nan menakutkan ini, tetapi di sisi lain, terbersit ketidakrelaan dalam hatinya bila momen langka ini harus berakhir begitu cepat.

ia sudah benar-benar gila, bukan?

"yoshi hyung."

"hm."

"bantuan seperti apa yang nantinya akan kau perintahkan kepadaku?" tanya mashiho ragu, memberi jeda sejenak sebelum kemudian melanjutkan kalimatnya dengan lirih, "kau tahu bukan, aku tak punya keahlian apa pun."

"entahlah." yoshi hanya menjawab seadanya. karena sebenarnya, ia pun bukannya tidak tahu akan hal itu.

dirinya sadar betul kalau tidak ada untungnya juga ia membebaskan mashiho dan membuat pemuda mungil itu menjadi orang suruhannya, alih-alih menjualnya.

"apakah ... kau menyesal karena tidak jadi menjualku?"

kali ini, yoshi menoleh ke arah mashiho. meskipun samar, yoshi tahu bahwa pemuda mungil itu hendak menangis, terbukti dari nada suaranya yang bergetar.

"akuㅡ"

brak!

"maaf menunggu lama, tuan!"

percakapan keduanya terputus begitu saja ketika salah seorang staff mall membuka paksa pintu lift dengan peralatan yang dibawanya.

yoshi pun mempersilakan mashiho untuk keluar dari dulu. mashiho tidak punya pilihan lain selain menurut, melepaskan tangannya dari genggaman tangan yoshi dan beralih meraih uluran tangan sang petugas, kemudian membebaskan dirinya dengan susah payah lewat celah sempit itu.

ketika keduanya sudah berhasil membebaskan diri, mashiho hanya mengekori yoshi yang tengah berjalan ke arah parkiran dalam keheningan.

pemuda takata itu memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut, meskipun sebenarnya ia masih penasaran dengan jawaban yang akan yoshi berikan sebelumnya.

bahkan saat yoshi melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata menuju daerah yang asing bagi mashiho, sama sekali tak ada yang berniat membuka percakapan di antara keduanya.

selang beberapa saat, mereka akhirnya sampai di sebuah apartemen yang letaknya agak terpencil, tetapi mampu membuat mashiho berdecak kagum karenanya.

bagaimana ia mengatakannya, ya? gedung itu memang terlihat cukup kuno, tetapi tetap memberikan kesan elite di saat yang bersamaan.

lagi-lagi yang mashiho lakukan hanyalah mengikuti langkah yoshi yang lebih dahulu masuk ke dalam apartemen.

kosong.

itulah pemandangan pertama yang mashiho tangkap begitu sampai di dalam. hanya ada beberapa perabotan yang menghiasi sebagian sisinya.

namun ketimbang terlihat seperti bangunan baru, ini lebih terlihat seperti apartemen yang sudah lama tak ditempati.

"aku meninggalkan beberapa pakaianku di sana. kau boleh memakainya kalau kau mau," ucap yoshi ketika didapatinya mashiho tengah melihat-lihat kamar yang akan ia tempati.

mashiho hanya mengangguk dua kali sebagai jawaban.

"kalau begitu, aku pergi."

perkataan yoshi barusan membuat kedua netra mashiho sedikit membesar.

ia ingin sekali menahan yoshi lebih lama lagi untuk sekadar menemaninya di apartemen sebesar ini, tetapi mana mungkin, bukan?

"terima kasih, hyung."

akhirnya, hanya kata-kata itulah yang keluar dari mulut mashiho.

yoshi berdehem sebagai jawabannya, lantas berjalan menuju pintu.

"besok jihoon akan mengantarmu ke kampus."

usai berkata begitu, yoshi benar-benar menghilang dari balik pintu, meninggalkan mashiho yang entah mengapa merasakan kehampaan yang luar biasa saat ini.

padahal, bukan sekali dua kali ia ditinggal sendirian di rumah ketika dirinya masih hidup bersama sang ayah.

namun, entahlah. mungkin mashiho memang sedikit sulit beradaptasi di tempat baru.

menghela napas kasar, ia pun beranjak ke kamar barunya untuk merebahkan diri.

meskipun ia yakin kalau dirinya tidak akan bisa terlelap malam ini.

[]



maaf minggu kemaren aku lagi gaenak badan jadi baru bisa update sekarang ;_;

devilish charm; yoshiho [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang