mashiho pikir, setelah tidur ia akan merasa lebih baikan, tetapi nyatanya ia salah. bahkan saat hari sudah berganti pun, kejadian kemarin masih saja menghantuinya bagai mimpi buruk.
suara pria paruh baya itu terus terngiang-ngiang dalam telinga mashiho. perlakuan menjijikkan yang ia terima kemarin terus terputar dalam memorinya bagaikan kaset rusak.
mental mashiho mendadak tidak stabil. ia merasa kotor dengan dirinya sendiri, membuatnya hanya bisa melampiaskan semua itu dengan menjambak rambutnya sendiri dan melemparkan barang-barang di sekitarnya.
jihoon yang mendengar suara pecahan berulang kali dari dalam kamar mashiho, memilih untuk menghampiri yoshi di ruangannya.
"ada apa?" tanya yoshi tanpa melepaskan atensinya pada berkas-berkas di hadapannya.
"mashiho terus mengamuk dan membanting barang-barang di kamarnya sejak tadi. apakah saya harus berbuat sesuatu padanya? seperti ... menyuntikkan obat penenang atau mengikatㅡ"
"aku akan melihat keadaannya." yoshi bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar.
hal itu cukup membuat jihoon terkejut. karena biasanya, sang tuan takkan mau mengurus hal-hal sepele seperti ini dan akan langsung memerintahkannya untuk menghentikan orang tersebut dengan cara yang ekstrem.
pintu kamar mashiho dibuka oleh yoshi. pemuda kanemoto itu dapat melihat keadaan dalamnya yang sudah seperti kapal pecah dengan mashiho di ujung sana yang tengah memukul-mukul kepalanya sendiri.
"hentikan! apa yang kau lakukan, bodoh?!"
yoshi menahan kedua tangan mashiho yang terus berusaha menyakiti dirinya sendiri. bahkan salah satu tangannya telah menggenggam pecahan kaca untuk ia goreskan pada nadi lehernya.
"lepas! aku ingin mati!"
yoshi berdecak. diambilnya paksa pecahan kaca itu dari tangan mashiho, meskipun hal itu membuat tangannya ikut tergores dan mengeluarkan darah segar.
"aku sudah muak ... aku tidak ingin hidup lagi! biarkan aku mati!"
mashiho terus berusaha memberontak, ia merasa dirinya seakan dikendalikan saat ini.
helaan napas kasar keluar dari mulut yoshi. "diam! atau aku tidak menjamin apa yang akan terjadi selanjutnya," ancamnya serius sebelum kembali berkata dengan penuh penekanan,
"aku tidak main-main."
"aku tidak peduㅡ!"
kata-kata mashiho terpotong begitu saja seiring dengan tubuhnya yang dibuat mematung seketika kala yoshi menempelkan belah bibirnya dan menyatukannya dengan miliknya.
dengan sisa tenaga yang ada, pemuda mungil itu berusaha melawan, tetapi yang lebih tua malah semakin menarik tengkuknya dan memaksa agar mashiho memberikan akses baginya.
mashiho tidak tahu mengapa yoshi tiba-tiba berbuat seperti ini. ia benar-benar tidak mengerti dengan semua sikap yoshi yang mendadak berubah setiap saat.
air mata lolos membasahi kedua netranya yang terpejam, tetapi sesaat kemudian manik kehitaman itu terbuka lebar seiring dengan tenggorokannya yang seperti dipaksa menelan sesuatu.
yoshi melepaskan tautannya dan menatap mashiho yang kini tengah mengatur napasnya dengan wajah memerah seperti kepiting rebus.
"p-pil apa yang kau berikan?" tanya mashiho parau.
matanya bergantian melirik ke arah yoshi dan menunduk ke bawah, tidak sanggup untuk membalas tatapan pemuda di hadapannya yang tengah memandanginya dengan lekat.
mashiho tidak tahu mengapa tubuhnya mendadak lemas seolah tak berdaya, yang sepertinya merupakan efek dari pil yang yoshi berikan secara paksa untuknya tadi.
"tenang saja, hanya pil penenang."
"racun juga tidak apa-apa."
yoshi mendelik. "kenapa kau tiba-tiba menjadi seperti ini, sih?"
"kau sendiri? kenapa berubah pikiran kemarin?" mashiho bertanya balik.
"cukup katakan 'terima kasih' kalau kau bersyukur karena telah kuselamatkan."
mashiho tertawa hambar. "padahal kau juga yang membawaku ke tempat itu."
"jadi? kau mau kubawa kembali ke tempat itu?"
perkataan yoshi barusan membuat mashiho bungkam, lantas menggelengkan kepalanya pelan.
yoshi tertawa tertahan melihat tingkah mashiho yang langsung menciut, seperti anak kecil yang baru saja dimarahi ibunya.
hanya beberapa detik sebelum ia kembali memasang ekspresi datarnya, tetapi mashiho yang menangkap hal itu hanya bisa mengerjapkan matanya tidak percaya.
ternyata seorang kanemoto yoshinori bisa tersenyum juga, ya?
"bisa berdiri?"
mashiho menoleh ke arah yoshi yang telah berdiri lebih dulu, kemudian mengangguk cepat. ia berusaha berdiri tetapi sayang, obat penenang itu membuat kakinya terlalu lemas untuk sekadar menopang tubuh mungilnya.
mashiho pun oleng dan hampir terjatuh kalau saja yoshi tidak sigap menahan lengannya. tanpa berkata apa-apa lagi, yoshi menggendong mashiho dan membaringkan pemuda mungil itu di ranjangnya.
ia hendak beranjak pergi, tetapi tangannya lebih dulu ditahan oleh mashiho.
"t-terima kasih."
yoshi memandang ke arah mashiho yang tengah berusaha melanjutkan kalimatnya dengan gugup.
"... terima kasih sudah membawaku pergi dari tempat itu," cicitnya pelan.
yoshi tidak menjawab. namun, sudut bibirnya tanpa sadar kembali terangkat ketika melihat mashiho yang kini tengah menunduk sambil memainkan ujung kemejanya usai ia melepaskan tangan mungilnya dari lengan yang lebih tua.
ㅡ
sepeninggalan yoshi, jihoon masuk ke kamar mashiho untuk kembali mengobati luka-luka pemuda itu, sama seperti kali pertama mereka berinteraksi.
"jangan mati."
"eh?"
"jangan menyakiti dirimu sendiri seperti ini lagi."
mashiho terdiam, tidak tahu harus memberikan respon seperti apa. kendati demikian, ia bersyukur setidaknya masih ada seseorang yang peduli padanya di tempat seperti ini.
"ngomong-ngomong, ini adalah pertama kalinya."
jihoon kembali membuka percakapan. tangannya bergerak lihai membubuhkan kapas dengan cairan antiseptik pada telapak tangan mashiho kemudian ditiupnya perlahan.
"apa maksudmu?" mashiho bertanya balik, tidak mengerti.
"tuan yoshi ...." jihoon menggantungkan kalimatnya, membalut telapak tangan mashiho dengan kain kasa sembari mengulas senyum yang sulit untuk diartikan.
"... ini adalah pertama kalinya tuan yoshi membawa pulang kembali orang yang berniat dijualnya."
sepersekian detik setelah jihoon mengucapkan kalimat itu, mashiho dapat merasakan gemuruh dari dalam dadanya.
sebuah perasaan asing serta merta merasuk ke dalam dirinya, membuat suhu tubuhnya naik dan darahnya berdesir dua kali lebih cepat.
"oh, iya. tuan yoshi berkata kalau kau boleh keluar dari kamarmu untuk sekadar mencari udara segar. namun, bila kau berani kabur, maka ia takkan segan-segan memberimu hukuman."
[]
nyempetin update di sela-sela ke-hectic-an skripsian yang rasanya bikin pengen resign aja dari kehidupan T_T
anyway, semoga sukaa dan jangan lupa tinggalin jejak! <3
KAMU SEDANG MEMBACA
devilish charm; yoshiho [✓]
Fanficentah bagaimana ceritanya, tiba-tiba saja mashiho sudah terjebak bersama seorang pemuda jelmaan iblis seperti kanemoto yoshinori. ㅡ bxb, lowercase, baku ㅡ dom!yoshi sub!mashi ⚠ might contain physical abuse, violence, and sexual harassment