⚠️
lil' bit mature contentㅡ
"kenapa kau tidak menghubungiku?"
yoshi kembali membuka pembicaraan, memposisikan tubuhnya menghadap ke arah mashiho dengan sebelah tangan yang ia gunakan sebagai bantal kepala.
mashiho hanya melirik sekilas sebelum kembali menunduk setelah kedua netranya bertabrakan dengan aura dominan yang terpancar lewat wajah yoshi.
"aku berpikir kau tidak akan mau datang setelah ucapanmu di hari itu," cicit mashiho ragu-ragu.
yoshi termenung mendengar jawaban mashiho. sangat wajar bila pemuda mungil itu berpikiran seperti tadi, menurut yoshi.
pasalnya, dialah yang berniat memutuskan hubungan dengan mashiho, tetapi entah angin apa yang merasukinya untuk buru-buru pergi ke apartemen setelah petugas keamanan memberitahukan padanya bahwa akan ada pemadaman total malam ini.
"maaf, sepertinya perkataanku malam itu sedikit berlebihan."
mashiho memberanikan diri untuk mendongakkan kepalanya, menatap wajah yang lebih tua. "apakah kau akan tetap mengusirku pergi pada waktu yang ditentukan?"
"... akuㅡ aku sudah berusaha mencari pekerjaan, tapi semuanya tidak berjalan mulus. bagaimana aku bisa mengumpulkan uang untuk membayar sewa tempat tinggal baru hanya dalam waktu kurang dari dua minggu?" lanjutnya lirih.
helaan napas pelan lolos dari mulut yoshi. "bagaimana dengan keluargamu yang lain? paman, bibi? atau kau bisa menumpang di rumah temanmu."
"tidak ada."
sebisa mungkin, mashiho menahan suaranya yang kini mulai bergetar, kemudian melanjutkan, "aku tidak punya seseorang seperti itu."
atensi yoshi terfokus pada pemuda mungil yang kini berbalik memunggunginya dan memilih untuk menenggelamkan badannya di balik selimut.
pemuda kanemoto itu menjambak surai merahnya untuk melampiaskan rasa frustasi yang sudah beberapa hari terakhir terus menghinggapi pikirannya.
kalau boleh jujur, hatinya juga merasa tidak tega bila harus membiarkan mashiho hidup di dunia yang keras ini seorang diri, tetapi logikanya terus mengatakan bahwa mashiho tidak seharusnya terjebak di dunia gelap dan berbahaya ini bersamanya.
selain ancaman kalau sewaktu-waktu sang ayah bisa saja membunuh pemuda polos itu, yoshi juga takut bahwa dirinya akan jatuh semakin dalam.
ia menyesal.
seandainya ia tidak mengurungkan niat untuk menjual mashiho kala itu, seandainya ia tidak membiarkan rasa belas kasihan menguasai dirinyaㅡsama seperti apa yang telah ia terapkan pada korban-korban sebelumnyaㅡpastilah semuanya tidak akan serumit ini.
sret
beberapa menit kemudian, lamunan yoshi buyar ketika mashiho beranjak turun dari kasur.
"mau ke mana?"
"kamar mandi," jawab mashiho pelan. suaranya terdengar sedikit serak, seperti habis menangis.
"oh, oke." yoshi memutuskan untuk memejamkan matanya, tetapi niatnya urung karena melihat mashiho kembali menaikkan tubuhnya ke ranjang.
"kenapa?" tanya yoshi, lagi.
"tidak jadi." mashiho hendak menarik selimutnya lagi.
satu-satunya alasan, ya, karena ia takut untuk ke kamar mandi sendirian. mau meminta yoshi untuk menemaninya, tetapi ia terlalu malu akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
devilish charm; yoshiho [✓]
Fanfictionentah bagaimana ceritanya, tiba-tiba saja mashiho sudah terjebak bersama seorang pemuda jelmaan iblis seperti kanemoto yoshinori. ㅡ bxb, lowercase, baku ㅡ dom!yoshi sub!mashi ⚠ might contain physical abuse, violence, and sexual harassment