tiga hari telah berlalu sejak pertemuan malam itu dan semua perkataan yoshi masih terasa tidak nyata bagi mashiho. pemuda mungil itu sudah mencoba melamar pekerjaan part-time di beberapa tempat, tetapi hasilnya nihil.
hari ini pun tak jauh berbeda. waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam dan mashiho baru sampai di apartemen setelah menjelajahi deretan restoran dan kafe di sekitar kampus dan apartemennya.
ia berniat untuk cepat-cepat membasuh diri lalu menghempaskan tubuhnya di kasur, karena sungguh, tubuh ringkihnya terasa begitu lemas sekarang.
mashiho baru saja hendak membuka pintu kamarnya dan berjalan menuju kamar mandi ketika seluruh lampu mendadak padam dan membuatnya menjerit tertahan.
"duh, kenapa harus mati lampu, sih," keluh mashiho.
pemuda takata itu bergerak dengan gusar, meraba ponsel yang ia geletakkan begitu saja di nakas, tetapi tubuhnya seakan tidak mau mendengarkan dan mengeluarkan reaksi yang berlawanan.
"kumohon ... kau harus kuat, mashi."
berulang kali, mashiho menenangkan dirinya sembari meraup oksigen banyak-banyak lewat mulutnya karena napasnya yang mulai tercekat.
ketika mashiho sudah berhasil meraih ponsel dan menyalakan flashlight, tangannya bergerak men-scroll daftar kontak untuk mencari nama yoshi, tetapi niatnya urung seketika.
mana mungkin yoshi mau datang menghampirinya setelah kejadian tempo hari?
mau tidak mau, mashiho akhirnya memilih untuk mengandalkan flashlight ponselnya sembari berharap pemadaman listrik ini akan cepat berakhir.
namun naas, belum berselang lama, ponselnya lebih dahulu mati karena habis baterai dan menyisakan keadaan gelap gulita di sekeliling mashiho.
"kenapa sial sekali ...."
diusapnya kasar air mata yang dengan lancang mengalir begitu saja dari pelupuk matanya.
dengan tubuh bergetar, mashiho memilih untuk menelungkupkan kepala di atas lututnya sembari berharap ia akan jatuh tertidur dan terbangun dengan keadaan terang benderang esok pagi.
sungguh, mashiho amat takut saat ini. ia benci mengapa dirinya harus memiliki phobia seperti ini dan tidak bisa berbuat apa-apa tiap kali rasa sesak itu melandanya.
di sisa-sisa kesadarannya, mashiho mendengar suara pintu apartemennya yang terbuka.
apakah ia sedang berhalusinasi?
"mashiho! kau di mana?"
ah, bahkan sekarang mashiho mendengar suara yoshi yang memanggil namanya. dirinya pasti benar-benar sudah berada di alam mimpi sekarang.
ceklek!
mata mashiho yang tadi sempat terpejam kini kembali terbuka perlahan ketika mendapati pintu kamarnya terbuka, menampilkan siluet seorang pemuda yang sangat tidak asing di penglihatannya.
"kau tidak apa-apa?"
sosok itu datang menghampiri mashiho dan menangkup pipinya lembut.
"y-yoshi hyung?" tanya mashiho memastikan. suaranya terdengar sangat lirih, nyaris berbisik.
"ya, ini aku."
cairan bening semakin deras membasahi kedua pipi mashiho kala ia merasakan usapan pelan yang membelai lembut surainya.
kalau ini hanya mimpi, maka mashiho berharap ia tidak akan bangun dalam waktu dekat.
"sesak?"
mashiho mengangguk lemah kemudian menghambur ke pelukan yoshi untuk mencari ketenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
devilish charm; yoshiho [✓]
Fanfictionentah bagaimana ceritanya, tiba-tiba saja mashiho sudah terjebak bersama seorang pemuda jelmaan iblis seperti kanemoto yoshinori. ㅡ bxb, lowercase, baku ㅡ dom!yoshi sub!mashi ⚠ might contain physical abuse, violence, and sexual harassment