15; like a stranger

1.4K 207 52
                                    

karena besok kayaknya aku gak bakal sempet update, jadi aku update malem ini aja hehe :D

enjoy!




























beberapa hari setelah pemulihan akibat luka tembak di bahunya, mashiho sudah diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit.

namun, hingga saat itu pula, yoshi belum juga terbangun dari tidur panjangnya.

tanpa lelah, si mungil selalu berkunjung ke rumah sakit dengan harapan yang sama setiap harinya.

termasuk hari ini. setelah menyelesaikan kelasnya, di sinilah mashiho berdiri sekarang, di depan pintu kamar rawat dengan papan nama vip di atasnya.

ia menarik paksa kedua sudut bibirnya, membiarkan seulas senyum terukir di sana guna menyamarkan raut wajah sendunya.

"yoshi hyung?!"

mashiho tak dapat menyembunyikan kegembiraannya tatkala mendapati yoshi yang kini telah duduk di ranjangnya dengan pandangan yang mengarah ke jendela.

"akhirnya kau sadar juㅡ"

sayangnya, ucapan si mungil harus terpotong begitu saja seiring dengan raut wajah sumringahnya yang mendadak luntur ketika yoshi menepis tangannya dengan kasar.

"h-hyung?"

pupil mata mashiho sedikit bergetar saat kedua manik yoshi yang tadinya tengah memandang langit biru di luar sana, kini beralih menatap ke arahnya dengan tajam.


"kau siapa?"

nada rendah nan dingin yang begitu familier menyapa pendengaran mashiho.

"i-ini aku, mashiho." dan hanya satu kalimat itulah yang mampu terucap dari bibir si mungil.

di satu sisi, mashiho masih sulit mempercayai fakta bahwa yoshi tidak mengingat dirinya.

di sisi lain, otaknya mendadak kosong, tak dapat menjelaskan lebih lanjut mengenai hubungannya dengan yoshi.

bersamaan dengan itu, jihoon membuka pintu kamar rawat dengan sekantung makanan di tangannya.

"jihoon, kenapa kau memperbolehkan orang asing masuk ke kamar ini?" tanya yoshi dengan nada risih, seakan-akan mashiho adalah hama yang menganggu ketenangannya.

jihoon yang mengerti dengan keadaan saat ini segera membawa mashiho ke luar untuk memberikan penjelasan pada pemuda takata itu.







"amnesia?" ulang mashiho tak percaya ketika mendengar penjelasan dari pria berjubah putih yang ada di hadapannya ini.

"ya. hal ini diduga karena benturan keras yang terjadi di kepalanya."

"tapi, kenapa dia bisa mengingatnya, sedangkan aku tidak?"

benar, mashiho merasa tidak adil. mengapa yoshi tetap mengenali jihoon di saat pemuda itu bersikap begitu dingin padanya?

"ini adalah amnesia disosiatif tipe selektif. pasien bisa saja melupakan sebagian hal yang dianggapnya tidak menyenangkan atau mengganggunya."

hati mashiho semakin mencelos mendengar rentetan kalimat yang diucapkan oleh sang dokter.

apakah dirinya tak lebih dari seorang pengganggu di kehidupan yoshi?

"berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh ingatannya kembali?" mashiho kembali bertanya dengan lirih.

"saya tidak dapat memastikannya karena hal itu bergantung pada seberapa penting sosok atau kenangan tersebut bagi pasien."

merasa putus asa, mashiho tak punya pilihan lain selain mengucapkan terima kasih pada dokter di hadapannya sebelum meninggalkan ruangan itu dengan lunglai.

sedangkan jihoon hanya bisa menatap si mungil dengan tatapan yang sulit diartikan.




































mashiho tidak menyerah begitu saja.

ada hal yang ingin ia sampaikan pada yoshi, karena itu ia harus membuat pemuda kanemoto itu untuk mendapatkan kembali memorinya.

"yoshi hyung, kau pasti belum makan, 'kan?"

"pergi."

"aku membawakan bubur untukmuㅡ"

prang!

ini bukan yang pertama kalinya mashiho menerima sikap acuh yoshi atau pun mendapati makanan yang dibawanya teronggok di lantai seperti sekarang.

dan seolah memiliki mental baja, pemuda mungil itu kembali lagi pada keesokan paginya dengan rutinitas yang sama.


ceklek!

"yoshi hyung, aku datang lagi!"

"bagaimana keadaanmu hari inㅡ akh!"

brak!

mashiho sontak meringis tertahan ketika punggungnya membentur tembok dengan keras akibat dorongan kuat dari yoshi.

kedua tangan mungilnya berusaha melepaskan cekikan yang serta-merta diberikan oleh yoshi pada lehernya.

"sudah kubilang, aku tidak ingin melihatmu lagi," ucap yoshi penuh penekanan.

tak memedulikan sudut mata si mungil yang mulai mengeluarkan cairan bening, yoshi semakin memperkuat cengkeramannya dengan kilatan kebencian yang terpancar pada wajahnya.

"y-yoshi hyungㅡ" mashiho berucap susah payah sembari menatap yoshi dengan sorot mata sendu.

"pergi dari sini atau nyawamu melayang saat ini juga?"

mashiho tahu ancaman yoshi saat ini tidak main-main. karena itu, ia memilih untuk mengalah.

"a-akuㅡ a-akan, hhㅡ p-pergi."

setelah mendengar kalimat itu, barulah yoshi melepaskan cekikannya, membuat mashiho meraup oksigen sebanyak-banyaknya sambil memegang dadanya yang masih terasa sesak.

keluar dari ruangan mencekam itu, mashiho menyeret langkahnya yang terasa begitu berat, berjalan terseok dengan pandangan kabur akibat air mata yang menggenangi kedua netranya.

ketimbang rasa sakit pada lehernya yang tengah memerah, nyeri pada hatinya lebih mendominasi saat ini.

"mashiho."

panggilan yang tertuju padanya membuat langkah mashiho mau tidak mau terhenti.

mashiho menoleh dan memandang kosong ke arah jihoon yang kini berdiri di belakangnya.

namun, kedua netra sendu itu sekonyong-konyong memberikan atensinya kala mendengar tawaran yang dilontarkan oleh pemuda di hadapannya.


"bagaimana dengan memulai hidup baru di luar sana?"

[]




asli sih kayaknya cerita ini ke depannya bakal makin absurd dan konfliknya pun DRAMA banget (tadinya mau bikin agak-agak dark gitu tapi failed T_T)
jadii, semoga kalian gak gumoh wkwk

devilish charm; yoshiho [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang