Walaupun kau bukan titisan dewa
Ku takkan kecewa
Karena kau jadikan ku sang Dewi- Lyodra -
Sehari setelah Kania dipaksa kembali pulang ke rumah oleh Adip. Gadis itu hanya diam di atas ranjangnya, dengan pikiran yang terus tertuju pada laki-laki kesayangannya. Entah di mana dan sedang apa Gara sekarang. Kania benar-benar merindukannya.
Perihal kabar, Kania sulit menghubungi Gara. Mengingat betapa kasar dan murkanya seorang Adipramana yang membanting keras ponsel miliknya, tak lupa pria tua itu juga menginjaknya. Sampai hancur, pecah, dan remuk.
Setelah memaksa Kania pulang agar Gara tidak bisa menemuinya, kini lihatlah apalagi yang dilakukan oleh pria yang separuh umurnya sudah dimakan usia itu. Papanya yang terus membuat Kania tidak ada habisnya merutuki.
Papa gila!
Papa sakit jiwa!
Papa bukan manusia!Bagus. Sekarang Kania sudah terlihat seperti anak durhaka. Jika pacarnya itu sampai tahu, mungkin dia akan diberikan wejangan panjang yang pastinya akan mengalahkan tebalnya buku kamus jika ditulis.
"Kania ... makan dulu, yuk?"
Kania hanya menatap Dina sekilas, kemudian tatapannya kembali ke arah lain. "Kania mau ketemu Gara, Ma ... Kania kangen sama Gara." Gadis itu sejak tadi terus merengek merindukan lelakinya. Tak menghiraukan sang Mama yang sudah membawakan sepiring nasi untuk mengisi perutnya. Alih-alih menurut untuk membuka mulut, Kania justru menutup mulutnya rapat-rapat begitu Dina melayangkan satu sendok nasi dan potongan ayam kremes yang menjadi lauk kesukaannya.
Dia tidak berselera, sekalipun itu makanan yang selalu berhasil membuatnya tergiur setiap saat Dina memasaknya.
"Iya justru kamu harus banyak makan biar cepet sembuh. Terus bisa ketemu Gara di sekolah."
"Kania ... nanti Kak Mahes bakal bawa Gara deh ke sini. Tapi kamu harus makan dulu, ya?" bujuk Mahesa, yang sedari tadi hanya diam berdiri bersandar pada dinding menatap dua wanita cantik di depannya.
"Bohong. Kak Mahes harus janji dulu sama Kania!"
Mahesa tersenyum, lalu melangkah menghampiri Kania yang mengerutkan bibirnya lucu. "Iya, Kakak janji." Kemudian ia usap pelan pucuk kepala sang Adik.
Kania tersenyum percaya. "Kania sayang Kakak."
"Kania?!" Sialnya. Teriakan Adip dari lantai bawah tiba-tiba terdengar. Membuat senyum yang baru saja terlukis itu seketika meluntur.
"Kania sini!"
Yang merasa namanya di panggil, mendengus pelan. Lalu melemparkan tatapan pada Dina juga Mahesa, bermaksud meminta penjelasan. Tapi tidak ada yang tahu kenapa dan ada apa Adip memanggilnya.
Demi kebaikan, demi menghindari hal-hal buruk yang mungkin bisa saja terjadi. Pada akhirnya Kania memilih turun untuk menghampiri sumber suara tersebut. Sebelum mulut pria itu berbusa karena terus memanggilnya untuk yang kesekian kali.
Ketika kakinya baru saja menginjak turun beberapa anak tangga. Dia sudah bisa melihat dengan jelas dan langsung mengerti alasan kenapa Adip memanggilnya.
"Hai, Kania," sapa Haris, setelah Kania berhasil turun.
"Hm," Kania cuek, kemudian mengambil posisi duduk. "Mau ngapain ke sini?" tanyanya, ketus.
"Kania!" -Adip.
"Gapapa, Om." Pembelaan Haris yang pastinya tidak Kania butuhkan. "Aku mau jenguk kamu, sekalian kasih buah ini dari mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Halaman Terakhir Untuk Gara [END]
Fanfiction[Sebelum baca, wajib follow authornya‼️] Mari bergabung dengan luka dan rasakan duka dari dua sejoli yang memiliki kisah indah namun berakhir tragis. "Kalau senja punya matahari yang indah, malam punya bulan yang cantik. Ada satu hal yang mampu meng...