"Sekeras itu tekad ku untuk terus berjuang, demi restu dan memiliki Kania seutuhnya. Bertindak seperti laki-laki bodoh. Layaknya perempuan di dunia ini hanya ada satu."
"Tapi memangnya perempuan mana lagi? Sejujurnya kalau berpikir 'jika perempuan di dunia ini banyak. Tidak perlu bergelut dengan satu ikatan yang mungkin terbilang merepotkan' sayangnya aku tidak seperti itu. Justru dia yang bersamaku sekarang, bisa aku pastikan kalau hanya dialah yang terbaik. Dan aku tidak akan pernah mau menyia-nyiakannya."
"Tidak ada yang seperti Kania. Yang mau kubawa mengelilingi kota dengan motor jadul nan tua. Membiarkan polusi jalanan menodai wajah cantiknya, dan membiarkan teriknya matahari merubah warna kulit putihnya. Tidak ada yang seperti Kania. Yang mau ku jajani jajanan kaki lima. Yang selalu antusias, menghargai setiap perlakuanku. Yang selalu tertawa ceria, tanpa menunjukkan wajah bosannya barang sejenak."
"Tidak ada yang mau menerima laki-laki sepertiku. Laki-laki dengan sejuta kekurangan. Tapi demi perempuan yang paling ku sayangi. Aku berani. Aku siap. Akan ku usahakan segalanya demi kebahagiaan yang sempurna."
- Gara Chandra -
Ketika alarm sudah terdengar, berbunyi nyaring memenuhi kamar utama pasangan suami istri paruh baya di dalam rumah megah ini. Dina bangun lebih awal seperti biasa, karena harus menyibukkan diri di dapur untuk menyiapkan sarapan keluarganya.
Sekalipun ada tiga ART di sana, wanita cantik itu tidak pernah mau membiarkan mereka mengambil perannya sebagai seorang istri dan Ibu yang baik. Lagi pula, tugas ART di rumah itu hanya untuk membersihkan bagian-bagian rumah. Ketiganya bahkan memiliki jam kerja masing-masing.
Selesai menuruni anak tangga. Setibanya Dina di dapur. Melalui ekor matanya, ia tidak sengaja melihat pintu kamar mandi di sana yang sedikit terbuka.
Dina berpikir kalau hanya angin, tidak akan mungkin bisa membuka pintunya yang cukup berbobot. Dan kalau pun ada seseorang di dalamnya, tapi kenapa hening.
Dina lalu berniat untuk menutup pintunya. Namun ketika pintu kamar mandi itu belum ia tutup, Dina melihat sepasang sandal berkarakter Minions yang masih terpasang pada kaki pemiliknya, dan dirinya jelas tahu siapa sang empunya.
"KANIA!!!" Paruh baya cantik itu mendapati putrinya yang sudah tergeletak tak berdaya dengan tubuh dan wajah pucat seperti mayat.
Teriakkan Dina tadi tentunya menarik perhatian Mahesa yang masih tidur, pun dengan si kepala keluarga rumah ini. Kedua lelaki itu lalu bergegas keluar menghampiri ke arah sumber suara untuk menemukan jawaban apa yang membuat Mama atau istrinya berteriak khawatir.
"Kania!!!" Sama halnya seperti Dina. Lelaki yang berstatus sebagai Kakak dari Kania ini ikut merasakan apa yang Mamanya rasakan. Terkejut dan khawatir bukan main.
Mahesa meraih lengan Kania untuk mengecek denyut nadinya. Dia dibuat semakin terkejut ketika merasakan kalau denyut nadi sang Adik benar-benar sangat lemah. Lantas dengan cepat ia memangku tubuh Kania ke dalam mobil, dan membawanya ke rumah sakit. Begitupun dengan Dina yang ikut bersama putranya.
Sementara Adip? Jangan tanya soal pria itu. Seolah tidak terjadi apa-apa, Adip memilih kembali ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap berangkat ke kantor.
"Ayo Mahes cepet!!" titah sang Mama yang terdengar panik bukan main.
"Iya, Ma. Mahes lagi berusaha."
KAMU SEDANG MEMBACA
Halaman Terakhir Untuk Gara [END]
Fanfiction[Sebelum baca, wajib follow authornya‼️] Mari bergabung dengan luka dan rasakan duka dari dua sejoli yang memiliki kisah indah namun berakhir tragis. "Kalau senja punya matahari yang indah, malam punya bulan yang cantik. Ada satu hal yang mampu meng...