Taniya
| Adip, aku hamilSetelah mendapatkan pesan singkat itu, sang empunya bergegas menyambungkan telepon pada seseorang di seberang sana. Oknum yang membuatnya seketika itu juga terkejut sekaligus cemas.
Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi.
Sayangnya. Hanya itu yang terdengar dari gawai yang tengah pria itu genggam dengan erat. Membuat perasaan tidak karuannya kian melambung semakin tinggi.
Taniya, angkat teleponku! |
"TUAN!"
Yang dipanggil tersentak kaget, tatkala baru saja mendapatkan seruan dari sekretarisnya. Pria yang sepanjang perjalanan tadi terus melamun itu kini terlihat memijat pelipisnya. Tanda kalau ia sangat kelelahan dan frustasi.
"Maaf, Tuan … saya sudah memanggil anda sejak tadi," ujar Deano, merasa tidak enak pada atasannya.
Sementara Adip sama sekali tidak marah pada pria yang telah menghabiskan selama 20 taun ini bekerja untuknya. Menjadi sekretaris pun kepercayaan seorang Adipramana. Pengusaha sukses asal Batam, yang saat ini sedang berada di ambang kehancuran.
"Saya rasa ini benar lokasi pemakamannya," jelas Deano. Pandangannya beralih, menatap lurus ke depan sana, menunjukkan apa yang dimaksudnya pada Adip secara tidak langsung.
Adip masih tak merespon. Secercah pikirannya terus tertuju pada Dina karena merasa bersalah suah mengatakan kalau dirinya akan pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan. Padahal kenyataannya tidak.
Kebangkrutannya dua tahun lalu. Bersamaan dengan kabar perihal seorang wanita bernama Taniya Chandrina Loca. Wanita yang belasan tahun menghilang dari hidupnya itu ternyata sudah meninggal di kota Bandung.
Adip menerima uluran tangan sahabatnya yang jua kebetulan tinggal di kota yang selalu cantik kala hujan mengguyur nya ini. --Tianvi Widjaya-- mau membantunya bangkit dari keadaan terpuruknya.
Demi kehidupan keluarganya, Adip terpaksa menyetujui dan memboyong sekeluarga untuk pergi ke Bandung. Mau bagaimana lagi? Tidak ada cara lain atau … dia dan keluarganya akan mati kelaparan di jalanan.
Tapi alih-alih fokus pada pekerjaannya di kota ini. Adip menyempatkan diri akan melanjutkan pencarian soal Taniya. Diam-diam, tanpa sepengetahuan sang Istri karena mengingat nama Taniya itu begitu sensitif di telinga Dina. Membuat wanita cantik yang ia cintai itu kerap marah tak terima.
Wajar.
Deano sudah membukakan pintu. Adip yang sejak tadi diam lantas segera keluar dari mobilnya. Namun ketika benda pipih di dalam saku jasnya itu berbunyi, ia memilih berhenti dan menjawabnya terlebih dahulu.
Haris call
"Halo, Haris? Ada apa?" tanyanya.
"Om. Gara sama Kania di rumah sakit berduaan. Kalo kayak gini terus, Haris bakal bilang sama Papa buat batalin perjodohannya!" seru Haris di seberang sana.
Putra sahabatnya yang baru berusia 18 tahun itu terdengar seperti sedang mengancamnya. Nyalar berani seperti itu. Namun tidak ada yang bisa Adip lakukan sebab … pembatalan perjodohan, sama artinya dia akan di usir dari rumah atau kehidupannya yang sekarang.
"Om tidak akan membiarkan mereka. Sekarang kamu di mana? Kita sama-sama ke rumah sakit!"
"Iya, Om. Haris tunggu di lobi rumah sakit."
Tutt
Sambungan telepon diputuskan sebelah pihak oleh Haris. Memang anak yang tidak tahu sopan santun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halaman Terakhir Untuk Gara [END]
Fanfiction[Sebelum baca, wajib follow authornya‼️] Mari bergabung dengan luka dan rasakan duka dari dua sejoli yang memiliki kisah indah namun berakhir tragis. "Kalau senja punya matahari yang indah, malam punya bulan yang cantik. Ada satu hal yang mampu meng...