🌻20

505 87 244
                                    

HALOO AKU UP LAGI

SEBENERNYA LAGI RUWET DAN MOOD SWING

TAPI HARUS SEMANGAT MENUJU ENDING‼️

SELAMAT MEMBACAAA

Kembali di ruangan serba putih dan alat-alat medis rumah sakit. Perlahan Kania membuka mata, kemudian menyapukan pandangannya.

Yang terlihat hanya ada Mahesa di sini. Duduk di atas kursi samping bangsal. Ekspresinya terlihat penuh khawatir. Menatap sedih Kania yang memiliki luka lebam di pipi sebelah kanan.

"Gara, Kak!" Satu nama itu nyalar muncul di kepala setiap saat Kania baru saja tersadar atau bangun dari tidurnya. Pikirannya selalu langsung tertuju pada laki-laki kesayangannya itu.

Kania beranjak dari ranjang, ia pergi mencari keberadaan Gara.

"Kania tunggu!" Mahesa berusaha menghentikan Kania, namun sang empunya tidak mau mendengar.

Dia terus berjalan melewati lorong dan jajaran kamar rumah sakit dengan langkah cepat. Berharap dirinya bisa menemukan keberadaan laki-laki yang membuatnya teramat khawatir.

Sampai di sebuah ruangan operasi. Ruangan yang Kania yakini ada Gara di dalamnya. Dia berhenti sejenak beberapa meter tak jauh dari ruangan itu, dua bola netra coklatnya menatap Kyun, teman-teman Gara, Jian, dan Yaya yang berdiri di luarnya. 

"Kania!" Lagi-lagi Mahesa menghentikannya. Lelaki itu menggeleng pelan, melarang Kania untuk melanjutkan langkah.

Tapi sekali lagi, Kania tidak mau mendengarkan. Dia menepis tangan Mahesa, dan berlari menghampiri Dokter yang baru saja keluar dari ruangan operasi di depannya.

"Banyak luka dalam di kepalanya, membuat pasien mengalami cedera serius dan kehilangan sebagian ingatannya."

Hari itu jiwa Kania rasanya rubuh. Mendengar penjelasan Dokter yang membuatnya sangat tidak percaya. "Gak mungkin, Dok," sahut Kania, membuat semua pasang mata di sana menatap ke arahnya.

"Gak mungkin!"

"Gara gak mungkin hilang ingatan!" Kania terus menggeleng kukuh tidak terima sembari mencengkram jas Dokter yang memandanginya heran.

"Gara pasti inget sama Kania, Dok!"

"Gara gak bakal lupain Kania!" Mahesa bersicepat menenangkan gadis yang kini meraung penuh kehancuran.

"Kania harus masuk! Kania harus liat Gara!"

"Gara gak akan lupa sama Kania."

"KANIA! STOP!" Mahesa tidak membentaknya. Dia hanya berusaha tegas menyadarkan Kania yang terlihat seperti orang gila.

Tubuhnya seketika melemas, kakinya mati rasa begitu mendengar intonasi tinggi dari Mahesa. Kania terduduk menangis di depan ruangan itu. Segenap orang yang masih menatapnya hanya diam. Bukan hanya Kania, tapi mereka yang juga kenal dekat dengan Gara ikut merasa hancur.

"Gara … Kak …." Isakkan tangis terdengar jelas di telinga Mahesa. Terasa begitu menusuk menyakitkan.

"Ini semua salah Kania …."

"Gara gak boleh lupa sama Kania, Kaak …."

Atas apa yang terjadi hari itu. Hanya ada satu nama yang harus disalahkan. Haris. Dialah penyebab Gara kehilangan ingatannya dan membuat keduanya harus dilarikan ke rumah sakit. Kania bersedia dan ingin sekali menuntut Haris ke penjara. Seandainya jika itu bisa.

Saat ini Mahesa kembali membawa Kania ke kamarnya. Merangkul bahu sang Adik, yang berjalan pelan di sampingnya. Kania menolak digendong.

Setibanya di depan pintu kamar inapnya yang terbuka lebar. Terlihat keluarga Tian, Nietta, Adip, Dina, dan si pelaku biang kerok tidak tahu malu itu pula hadir di depannya.

Halaman Terakhir Untuk Gara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang