🌻15

514 112 307
                                    

"Suatu hari Kania pernah bilang. Kalau aku pergi meninggalkannya ke mana pun. Atau hanya sekedar kembali pergi setelah mengantarnya pulang. Dia tidak pernah mau berbalik menengok ke belakang untuk menatapku."

"Aku pikir Kania tidak akan melakukannya. Tapi ternyata dia benar-benar melakukannya. Saat itu lah, justru aku yang tidak sanggup menerimanya, dan memilih untuk memanggilnya agar kembali menoleh ke arahku."

-- Gara Chandra --

Hari ini sebenarnya hari dimana Gara harus berangkat ke Jakarta untuk mengikuti audisi yang sedari dulu ia mimpikan. Kania melupakannya sebab terlalu banyak hal yang terjadi, dan dia juga lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit.

Perihal ini Kania tidak pernah menghambat Gara. Itu adalah mimpi Gara sebelum bertemu dengannya. Jadi tidak mungkin Kania melarang atau mengatur soal ini. Kania justru akan senantiasa mendukung lelakinya sampai berada di titik tujuan Gara nanti.

Gara sudah berkemas, dia juga usai berpamitan pada Kyun. Sekarang, Gara berdiam diri bersama teman-temannya di tempat biasa, dan tentunya membawa Kania.

"Anjayyy bener euy si Gara, dek jadi artis." Ikbal terduduk di samping tas Gara.
(Anjayyy bener nih si Gara, mau jadi artis.)

"Artis naon ai sia!" sembur Gara, di iringi tawa renyah khasnya.
(Artis apaan si lu!!)

"Oh penyanyi. Penyanyi panggung bawah, si Gara mah dek nyanyi nyingsieunan berit di got." -Ikbal.
(Oh penyanyi. Penyanyi panggung bawah, si Gara mau nyanyi nakut-nakutin tikus di got.)

Semua pasang mata yang berada di sini hanya tertawa menyaksikan keduanya.

"Daripada maneh, ngadeketan awewe sok jantan barijeung make kolor warna pink Hello Kitty, HaHaHa."
(Daripada elu, deketin cewek sok lakik tapi pake kolor warna pink Hello Kitty.)

Gara terus tertawa puas. Bahkan sampai tawanya nyaris tak terdengar.

"Njing! Maneh ge make kolor si Singchan, urang mah tara loba komen!" seru Ikbal tidak mau kalah.
(Njing! Lu juga pake kolor si singchan, gue gak pernah banyak komen!)

"Ceuk saha?!" Gara membalas, masih dengan kekehan tawanya.
(Kata sapa?!)

Plakk

"Gara!" Kania memukul paha lelaki di sampingnya itu untuk berhenti tertawa. Jangan terkejut, Gara memang nyalar seperti ini setiap bersama temannya. Terutama Ikbal. Kania sudah terbiasa melihatnya.

"Sok mana kadieu urang ningali," tantang Ikbal.
(Coba mana sini gue liat.)

"Maneh heula sok kadieu!" Gara sama sekali tak menghiraukan Kania. Dia terus tertawa keras dan menyahuti Ikbal.
(Lu duluan coba sini!)

"Tah deleu! Lain!" Ikbal melorotkan celananya. Menampilkan kolor hitam polos selutut dan membuat Gara spontan menutupi mata Kania.
(Noh liat bukan!)

"Kania, tutup matamu sayang!" Tangan Gara naik menutupi kedua netra Kania. Temannya yang satu ini memang benar-benar gila. Hampir saja Ikbal menodai mata gadis kesayangannya.

"Garelo anjir maraneh! Aya awewe goblok!" seru Novan, seusai tadi menyimak dan ikut tertawa.
(Gila lu pada! Ada cewek goblok!)

"Teuing tah si Gara, ku aing bejakeun siah maneh ka si mamah!" Ikbal mulai merapihkan celananya.
(Tau tuh si Gara, gue bilangin nyokap gue lho!)

Tidak mau kalah, Gara pura-pura menangis sok drama di depan Kania. "Kania … dia nakalin aku, Kania," adu-nya.

"Udah! Gak capek kamu ketawa mulu," cibir Kania, sembari menyodorkan air mineral. "Ini kamu minum dulu." Gadis itu terkekeh pelan menatap Gara di sampingnya yang fokus meneguk air.

Halaman Terakhir Untuk Gara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang