[Sebelum baca, wajib follow authornya‼️]
Mari bergabung dengan luka dan rasakan duka dari dua sejoli yang memiliki kisah indah namun berakhir tragis.
"Kalau senja punya matahari yang indah, malam punya bulan yang cantik. Ada satu hal yang mampu meng...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mentari ku cahayanya telah meredup dan hilang di telan sang cakrawala, dia kalah dengan mentari milik mu yang mungkin esok hari akan kembali datang."
- Kania Roseline -
. .
Semua yang menjadi mimpi indah, janji apa yang pernah terucap kini sudah hilang. Pun kebahagiaan yang tercipta lenyap pergi dibawa oleh sang empunya. Hey, Gara … kamu tahu apa alasan gadis mu melukiskan senyum?
Jika tidak, coba arahkan jadi telunjuk ke arah dirimu sendiri. Maka kamu akan tahu jawabannya.
Rasanya ini tidak adil. Sungguh. Tidak ada yang baik-baik saja setelah melihat kepergian semesta nya. Tidak ada yang mampu menahan air mata ketika memeluk erat jenazah kekasihnya sendiri. Merasakan dingin serta kakunya tubuh yang biasanya bergerak ceria seraya tertawa.
"Aku gak tau harus gimana lagi cara buat menggambarkan betapa beruntungnya aku punya kamu, Kania."
"Kamu cukup selalu ada buat aku."
"Aku janji."
"Kamu, kita, harus kuat!"
"Terus sama aku, ya? Kita harus sama-sama!"
"Kania … selama napasku masih berhembus. Selama jantung ini berdetak. Selama raga ini masih kuat untuk bangkit. Kamu milik aku. Aku akan terus ada di samping kamu, menjaga kamu, mencintai kamu semampu dan setulus hati yang ku punya."
"Kania, aku janji sama kamu … apapun itu untuk kamu pasti akan selalu aku usahakan."
"Kedepannya … terus ada di samping aku, ya?"
"Iya, Gara."
"Janji, ya?"
"Iya sayang!"
"Kania … ketika aku bilang kalau aku mencintai kamu, itu artinya aku harus siap melakukan apapun buat kamu."
"Aku bahkan bisa kasih dunia buat kamu, Kania."
"Kania … Kakak minta maaf sebelumnya. Karena Kakak gak bisa apa-apa atau cegah Gara buat lakuin ini. Tapi dia tetep maksa Kakak, dan … Gara donorin jantungnya buat kamu."
Ujaran Mahesa menjadi penutup dari lamunan Kania pagi ini. Ahh … tak terasa kalau sudah semalaman gadis itu melamun, sama sekali tidak tidur. Pikirannya terlalu berisik dan sulit di ajak kompromi. Pun dada yang terasa sesak malah semakin menunjukkan rasa sakitnya.
Kania menghapus kasar jejak air mata di pipi berisinya. Menoleh ke arah jam dinding kamar yang kala itu waktu menunjukkan pukul 06 pagi. Bergegas ia bangkit dari ranjang dan pergi bersiap-siap.
"Ya ampun, udah telat!" gumam Kania, di sela kegiatannya yang sedang memakai seragam.
Seperkian detik berlalu, tatkala setelan rapih anak sekolah sudah melekat membalut tubuh, Kania berangsur pergi membawa tas sekolahnya yang berwarna baby yellow. Berjalan melewati kamar Dina yang pintunya terbuka, memperlihatkan wanita cantik itu tengah mengemasi beberapa barang.