🌻3

1.1K 285 608
                                    

Selamat membaca

Setelah bel istirahat sudah berbunyi. Kania berlari kecil berniat untuk menghampiri Gara ke kelasnya. Sudah jadi kebiasaan, jika lelaki itu tidak menjemputnya ke kelas, berakhir Kania lah yang menyusul.

Seluruh warga di sekolah sudah mengetahui hubungan keduanya. Beberapa kali di tegur untuk tidak terlalu dekat oleh Guru, karena ini kawasan sekolah. Tapi Kania dan Gara tidak mau menurut.

Berakhir mereka lah yang pasrah dan lelah sendiri menegur sepasang sejoli itu.

"GARA SAYANG---" Kalimatnya terpotong, setelah Kania merasa tidak ada tanda-tanda akan keberadaan pacarnya di kelas ini.

"Kak Novan, Gara ke mana?" tanya gadis itu, pada salah satu teman Gara.

"Tadi sih keluar." Mendengar jawaban Novan, kening Kania berkerut membuat kedua alisnya menyatu. 'Kalau Gara sudah pergi keluar, tapi ke mana?' yang terlintas dipikirannya. Lelaki itu tidak sampai ke kelasnya atau bahkan berpapasan di tengah jalan.

"Lihat Gara gak?" tanya Kania, pada siapapun yang ia temui di koridor sekolah.

"Ada yang lihat Gara?"

"Gara di UKS." Begitu kata UKS disebut oleh salah satu siswa yang kebetulan mengetahui Gara, membuat Kania semakin khawatir.

Dengan langkah cepat bahkan sesekali berlari, Kania berniat untuk menghampiri Gara di UKS. Kania benar-benar khawatir, dia terus berlari, tidak peduli menabrak apapun yang menghalanginya.

Sampai tepat di ambang pintu UKS yang terbuka lebar, dengan napas tersenggal dan matanya yang melebar sempurna ketika mendapati sosok Gara tengah duduk berhadapan dengan seorang gadis yang sangat Kania benci hadirnya.

Melihat itu, Kania kemudian melanjutkan kembali langkahnya dan mengambil posisi duduk di tengah. Dia berusaha menyingkirkan gadis yang sedang sibuk mengobati Gara secara tidak langsung.

Gara meringis tertawa, melihat perlakuan Kania yang lucu jika sudah cemburu.

"Kamu kenapa?" tanya Kania, menatap lelaki itu cemas.

"Enggak, gapapa."

"Siapa yang bikin pipi kamu memar kayak gini?!" Kania mengelus pipi kanan Gara yang memar.

"Tadi aku tabrakan sama tiang, karena aku terlalu fokus lihat hp."

"Kamu bohong!"

"Gara dipukul Haris," sahut Jian. Gadis yang masih diam di tempatnya. Mendengar itu Kania menengok ke belakang. Lalu menatap Gara meminta sebuah penjelasan.

Namun begitu menatap wajah Gara, Kania sudah bisa menemukan jawabannya sekalipun laki-laki itu belum menjawab.

"Kania!" panggil Gara. Berusaha menghentikan Kania yang melangkah pergi.

"Kenapa pake ngomong sih?"

"Ya biarin aja. Biar Haris gak semakin berkuasa, dan satu-satunya yang berani sama Haris di sini tuh cuma Kania," jawab Jian.

"Ck!" Merasa akan ada suatu hal yang buruk terjadi, Gara kemudian beranjak pergi menyusul Kania.

Di kantin siang ini, Kania meraih segelas es teh yang masih utuh entah milik siapa. Menghampiri seorang laki-laki yang sedang asik bersenda gurau bersama beberapa gadis di sampingnya.

Byurr

"KANIA?!" sang empunya terlonjak kaget, kemudian berdiri menatap Kania dengan ekspresi kesalnya. "KENAPA SIH?!"

Halaman Terakhir Untuk Gara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang