🌻19

454 89 249
                                    

Secuil kilas balik kalimat yang pernah Gara lontarkan dan aku mengingatnya bahkan ku abadikan itu di dalam aksara :

"Kalau senja punya matahari yang indah, malam punya bulan yang cantik. Ada satu hal yang mampu mengalahkan keindahan dan kecantikan mereka. Dan itu cuma punyaku. Kania, namanya."

"Antara bulan dan bintang yang cahayanya redup. Kalau aku disuruh memilih … maka aku akan pilih bintang. Karena aku mau buat dia bersinar jauh lebih terang bahkan mengalahkan bulan."

"Dan ku ibaratkan bintang itu adalah kamu."

"Di banding menyerah dan memilih yang lain. Selama perempuannya itu kamu, aku akan tetap memilih bertahan. Meski harus hancur."

"Untuk sebagian orang … mereka mungkin bakal beranggapan aku ini bodoh. Tanpa mereka ketahui bagaimana rasanya ingin mendaratkan sebuah kapal hanya pada satu pelabuhan."

"Maunya cuma kamu."

--- Gara Chandra ---

Di dalam bus yang membawanya kembali pulang dari Jakarta menuju Bandung. Gara berniat untuk menghubungi gadisnya. Sekadar menyampaikan kabar kalau dia sudah dalam perjalanan. Tapi entah kenapa, justru hal lain terdengar di telinganya.

Menyakitkan. Hal yang paling menyakitkan bagi Gara adalah melihat atau mendengar Kania menangis. Itulah alasan kenapa dia kerap melarang Kania menangis. Hatinya terluka.

"Pah …."

"Kania janji … Kania akan ikutin apa kata Papa … Kania janji, akan menuruti semua permintaan Papa."

"Tapi Kania mohon … tolong berhenti buat hidup Gara menderita. Tolong berhenti lukain Gara, Pah."

"Kania mohon sama Papa … tolong kasih Kania satu kesempatan untuk ketemu Gara, setidaknya yang terakhir …."

"Kak … Papa dengerin Kania, kan, Kak? Papa mau izinin Kania ketemu Gara, kan? Papa gak bakal lukain Gara, lagi, kan, Kak …."

"Papa bilang sama Kania … Papa mau keluarin Gara dari sekolah. Terus Papa bener-bener lakuin itu … Papa jahat, Kak … Kania benci sama Papa …."

Ia memilih memutuskan panggilannya. Entah apa yang sedang terjadi di seberang telepon sana. Yang pasti Gara saat ini ikut menangis mendengar tangisan Kania.

Ia jua teringat pada sebuah pesan yang memberitahunya untuk pergi menjauhi Kania. Entah dari siapa, Gara mendapatkannya dari nomor yang tidak dikenal.

+62-
| Segala yang diperlukan Kania termasuk pengobatan untuk kesembuhannya akan dipermudah. Tapi syaratnya lo harus jauh-jauh dari dia!

Isi pesan tersebut.

"Kamu tau, kan, Papa bangkrut di Bali, dia bangun perusahaan lagi di Bandung karena dana dan saham dari sahabatnya, Papanya Haris. Dan semua biaya pengobatan Kania, kehidupan kita, sedang ditanggung olehnya."

Ucapan Dina beberapa Minggu silam pula terlintas dipikirannya. Gara pikir, semakin berjalan ke depan akan semakin mudah. Ternyata yang terjadi justru sebaliknya. Harus kah? Menyerah?

- 𝙷𝚃𝚄𝙶 -

Keesokan harinya. Kania usai pulang ke rumah. Terlihat gadis mungil itu memakai dress baby yellow dan sandal karakter Minions menghiasi kaki pendeknya. Rambut panjangnya yang terurai serta bando berwarna senada polos menyempurnakan kecantikan Kania.

Halaman Terakhir Untuk Gara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang