🌻22

458 80 235
                                    

Follow Instagram @_llalov3 yukk, karena aku bakal kasih spoiler buat next chap. Dan aku kasih liat projects ku untuk tahun depan✨

Semuanya udh end lho. Buat yang udh follow dan tau spoiler endingnya HTUG, kita diem² aja ya🤫

 Buat yang udh follow dan tau spoiler endingnya HTUG, kita diem² aja ya🤫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Kembali di taman kota. Di lokasi Gara mengucurkan peluh berjuang membantu Kyun berjualan demi mendapatkan selembar rupiah. Sepulang dari tempatnya menimba ilmu, Kania menyempatkan mampir ke sana. Bukan hanya hari ini, tapi untuk kedepannya dia akan terus melakukan itu demi mengembalikan ingatan Gara.

"Ya ampun!" Kania mendapati Gara yang tengah berdiri di dekat gerobaknya. Terlihat lelaki itu sedang mengamati jari telunjuknya yang tampak mengeluarkan darah.

Spontan Kania menarik jari Gara, berusaha mengisap dan membuang darahnya agar tidak infeksi.

Sekali, Kania berhasil melakukannya. Namun hendak melakukannya untuk yang kedua kali, Kania terdiam tiba-tiba. Netra coklatnya terfokus pada Gara yang pula menatapnya penuh tanya.

Menyadari situasi yang menyelimutinya, lantas dengan cepat Kania melepaskan cengkeraman tangannya. "Emm … ma-maaf."

Gara tak menjawab, dia masih diam mengamati pahatan wajah cantik Kania yang entah kenapa rasa-rasanya tidak asing. Sejurus kemudian, tangannya naik menyeka sudut bibir tipis milik Kania menggunakan ibu jarinya.

Perlakuan Gara ini membuat Kania terpaku mematung, jantungnya bahkan terasa berdegup melewati batas normal. Ia tatap laki-laki di depannya lagi-lagi tanpa berkedip.

"Ada darah," tutur Gara menjelaskan, membuat Kania mengerjap berusaha untuk sadar.

"O-oh, iya, Kak. Mau pesen batagoranya satu porsi, ya. Kayak kemarin, gak pake timun sama sambal." Kania mencoba menormalkan keadaan.

"Iya."

Satu kata singkat dari Gara membuat gadis itu menggerutu sebal di dalam hatinya. "Gara dingin banget si! Minta di peluk biasanya kalo kayak gini."

"Oh iya, Kak … Kakak yang ikutan audisi singing idol itu, kan?" Nada bicara Kania, dan perlakuannya kali ini terlihat sok akrab.

Baiklah. Ini memang memalukan. Tapi demi apapun Kania tidak peduli. Apa-apa yang Gara pikirkan, itu terserah pada Gara. Kania hanya orang asing, itu di mata Gara. Tapi di mata dirinya sendiri, dia tetaplah pacar Gara.

"Katanya Kakak mau nyanyi bareng gitu, kan, sama Kak Dimas? Kira-kira kapan, Kak? Aku nunggu banget!"

Gara semakin aneh memandangnya.

"Aku ini sebenernya fans Kakak. Aku suka banget lho sama lagu yang Kakak nyanyiin."

"Makasih."

"Sayang … -Kania?!" Gadis menyebalkan tidak tahu malu itu muncul di depan keduanya. "Kamu ngapain di sini?!"

Halaman Terakhir Untuk Gara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang