🌻8

702 179 513
                                    

Genggam tanganku, sayangDekat denganku, peluk dirikuBerdiri tegak di depan aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Genggam tanganku, sayang
Dekat denganku, peluk diriku
Berdiri tegak di depan aku

- Lyodra -


22.30
Malam ini mobil hitam yang dikendarai oleh Mahesa masih berkeliaran di jalanan Kota Bandung. Jalanan yang sudah sangat sepi, dan basah karena ribuan bulir-bulir air berjatuhan dari langit yang sudah gelap ini. Tapi Kania masih tetap keukeh ingin terus mencari lelakinya.

"Kania … kita cari Gara besok lagi, ya." Mahesa menatap gadis di sampingnya yang sedari tadi geming menatap keluar jendela. Hanya diam, dengan tatapan kosong, dan menangis.

"Kania khawatir banget, Kak …."

Mahesa kemudian meraih lengan Kania, menggenggamnya, membuat gadis itu menoleh dan berhasil membuat Mahesa terkejut akan ekspresi wajah hancur dari Kania.

"Gara di mana, Kak …."

"Gara ke mana …."

Jujur saja tidak ada yang bisa Mahesa lakukan selain memeluknya. Dia sendiri juga tidak tahu harus bagaimana lagi, begitupun dengan Kania. Dia sudah bertanya pada semua teman Gara, tapi tidak ada satupun yang membalas pesannya atau bahkan bisa dihubungi. Pun dengan Yaya, sahabatnya itu juga entah kenapa malah ikut menghilang. Semua orang menghilang begitu saja.

Pergi ke tempat biasa Gara berkumpul, ke kedai yang sudah menjadi puing-puing bangunan. Hasilnya nihil, tidak ada tanda-tanda akan keberadaan Gara. Sekarang harus ke mana dan bagaimana lagi Kania mencarinya.

"Dengerin Kakak, Kania … percaya sama Kakak, Gara pasti baik-baik aja. Sekarang mending kita pulang dulu, ya."

Meski rasanya berat, tapi pada akhirnya Kania mengangguk mau menurut. Lalu setelah mendapat persetujuan darinya, Mahesa melajukan kembali mobil yang sempat ia hentikan sejenak.

Beberapa menit di perjalanan, keduanya sudah sampai di rumah.

"Kalian dari mana aja?" tanya Dina, terlihat khawatir karena kedua anaknya menghilang begitu saja.

"Ma … Gara …." Kania lagi-lagi menangis, dasar dia memang gadis yang cengeng.

"Kenapa sama Gara, sayang?" Dina memeluk erat tubuh putrinya yang tengah kalut.

"Gara hilang, Ma … Gara susah---"

"Palingan itu anak jadi gelandangan di jalanan," Adip memotong, dan berhasil membuat Kania tersulut emosi, dia marah tidak terima. Papanya ini memang tidak pernah bosan memancing keributan.

Halaman Terakhir Untuk Gara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang