Ketika Srikarni sibuk fitting baju pernikahan dengan Alan, Marko malah berusaha keras menarik putranya itu sebentar untuk ia ajak bicara sedikit menjauh dari mertuanya.
"Alan, ini kamu masih punya waktu satu minggu lho untuk ubah keputusan kamu," bisik Marko untuk kesekian kalinya.
"Kenapa? Papa ga suka diduluin sama Alan?" sindir Alan langsung pada intinya.
"Ya ampun, Alan. Kamu itu anak Papa satu-satunya lho. Meskipun kamu cuma dokter, tapi masa nikah sama perempuan yang biasa saja? Bibit, bebet, sama bobot nya aja gak jelas," bisik Marko berusaha membujuk.
"Kalau kamu mau, Papa punya kenalan perempuan. Dia model, cantik banget. Dia lulusan universitas Inggris."
"Kalau gitu, Papa juga mau Alan kenalin sama perempuan, dia dokter cantik di rumah sakit. Tapi Papa harus tinggalin Tante Vania. Oke?" sahut Alan dengan tenang. Namun Marko kelihatan gelagapan. Ia menghela napas panjang, namun ketika ia hendak mengomeli Alan, putra satu-satunya itu sudah pergi lebih dulu.
"Alan, coba sini deh. Setelannya bagus deh kalau kamu yang pakai. Ya ampun, gagah sekali cucu Oma," puji Srikarni sambil memakaikan atasan setelan khas adat Jawa kepada Alan dengan asal. Ia tersenyum lebar melihat Alan sampai kedua matanya berkaca-kaca.
"Coba saja Mama mu bisa lihat kamu sekarang, Lan. Anaknya sudah sebesar ini, sudah mau menikah. Kakek mu juga pasti bangga cucunya sudah sangat patuh," ucap Srikarni sambil menepuk-nepuk lengan Alan dengan bangga. Sama seperti ketika Alan diwisuda sekolah kedokteran. Alan masih ingat saat itu hanya Oma-nya yang datang dengan bangga melihatnya. Sang ayah tidak datang karena alasan bisnis. Padahal, Alan tahu itu adalah bentuk ketidaksukaan ayahnya kepada apa yang Alan putuskan.
"Habis ini, Oma jangan lagi sengaja gak minum obat. Alan kan udah turutin mau Oma," ucap Alan menagih janji neneknya untuk mau teratur minum obat.
"Iya, Lan. Oma pasti gak akan lupa minum obat," jawab Srikarni tertawa.
"Harus mau juga setiap Alan cek tensi Oma. Jangan pura-pura tidur terus," lanjut Alan lagi. Sontak tawa Srikarni pun hilang menjadi cemberut ketika menyadari kalau Alan sedang meledeknya saat ini.
"Kamu tuh ya. Bawel sekali," sahut Srikarni memukul lengan Alan pelan. Sementara Alan hanya terkekeh pelan.
***
Halaman rumah keluarga Yudhisti yang kecil, kini telah disulap menjadi sedemikian rupa untuk menyambut upacara pernikahan.
Di depan rumah itu, telah tepasang tarub yaitu hiasan janur, lalu dipasang juga anyaman dari daun kelapa tua atau yang biasa disebut bleketepe dan tawuhan yang terdiri dari aneka dedaunan, pisang raja, serta janur yang membentuk seperti pagar.
Hari ini, di rumahnya sendiri, Sasha melakukan upacara pernikahan yang dimulai dengan pengajian, lalu berlanjut ke prosesi sungkeman kepada orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED TO BE YOURS
RomanceAlan tak pernah membayangkan kalau ia akan dilamar oleh gadis kecil seperti Sasha. Padahal gadis yang baru menginjak usia 19 tahun itu dengan jelas menolak perjodohan mereka sebelumnya. Sasha sendiri merasa ingin menghardik diri sendiri ketika ia m...