Alan tak jadi menelepon Rasya. Ia menghela napas panjang lalu menaruh ponselnya di atas meja. Kalau dipikir-pikir, buat apa juga ia memikirkan masalah Sasha. Terserah gadis itu mau kemana. Kenapa juga ia perlu bertindak seperti suami betulannya Sasha?Alan tak mau direpotkan untuk mengurus gadis itu. Memangnya kenapa juga kalau Sasha berteman dekat dengan Rasya? Itu bukan urusannya.
Dua puluh menit kemudian, Alan berniat untuk mengambil makan malam. Ia sudah berusaha untuk melupakan tindakan konyolnya tadi pagi yang sempat-sempatnya panik hanya karena Sasha mengeluhkan sakit. Dan akhirnya malah ia ditipu oleh gadis itu.
"Alan!"
Alan terlonjak kaget begitu ia sampai di dapur, Sasha memanggil dari arah belakangnya. Ia bahkan tak menyadari dari mana gadis itu muncul? Atau mungkin sudah sejak tadi di bawah tapi Alan tak menyadarinya? Atau memang gadis ini sejenis jin?
"Mau makan ya? Eh, ini tadi gue udah buka buah-buahan yang Lo beli, nih. Lo kan biasanya makan buah dulu," ucap Sasha menyodorkan potongan melon kotak-kotak, anggur, dan apel.
Alan melirik ke arah piring itu, kemudian menahan tangan Sasha yang hendak menyuap salah satu potongan buah itu ke mulutnya.
"Ini punya gue," ucap Alan sambil mengambil alih garpu yang dipegang Sasha dan juga piringnya.
"Ya udah gue potong lagi. Pelit banget," jawab Sasha mengeluarkan sisa potongan buahnya dari kulkas.
"Lima puluh ribu."
"Apa?"
"Kalau lo makan itu, bayar ke gue lima puluh ribu," jawab Alan dengan santai memakan potongan buahnya.
"Kan katanya Lo beliin buat gue. Kok suruh bayar?"
"Gue beliin itu karena Lo lagi sakit kan? Ternyata enggak. Jadi ya batal," jawab Alan tersenyum tipis.
Sasha menyentak pisau buahnya di atas meja dapur sambil menatap sinis ke arah Alan.
"Oh, Lo masih dendam sama gue karena gue bohongin Lo? Kenapa lo kesel? Karena Lo tadi udah panik banget?" tanya Sasha seketika membuat Alan yang sedang mengunyah buah sampai terbatuk-batuk karena tersedak.
"Lo panik kan tadi pagi, takut gue kenapa-kenapa. Lo kepikiran sama gue seharian sampe nelepon Mama. Makanya Lo kesel kan pas tau gue bohong?" ledek Sasha sambil mengambilkan air mineral untuk Alan dan menyodorkannya.
Alan menghela napas berusaha tenang. Ia meraih air mineral yang disodorkan oleh Sasha sementara gadis itu masih menatapnya dengan senyum puas.
"Iya gue emang panik. Gue takut Lo kenapa-kenapa, Sha ..."
Senyum Sasha seketika luntur mendengar jawaban Alan yang kembali membuatnya tak bisa berkata apa-apa selain menatapnya. Sasha merinding mendengarnya, tapi ia juga tersanjung mendengar Alan mengatakan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED TO BE YOURS
RomanceAlan tak pernah membayangkan kalau ia akan dilamar oleh gadis kecil seperti Sasha. Padahal gadis yang baru menginjak usia 19 tahun itu dengan jelas menolak perjodohan mereka sebelumnya. Sasha sendiri merasa ingin menghardik diri sendiri ketika ia m...