"Astaga, Tuhan."
Alan menahan napasnya, lalu menghembuskan pelan-pelan. Siku tangan kanannya menumpu di atas lutut, sementara jarinya menekan sudut-sudut matanya dengan keras, ketika kepalanya berdenyut pelan.
Hancur sudah reputasinya. Hilang harga dirinya sebagai laki-laki cool meskipun sebenarnya ia tak pernah berusaha mendapatkan predikat itu di kalangan dokter gigi kota Jakarta.
Karena terlalu berambisi melakukan acara lamaran yang terjadi secara mendadak. Bahkan dengan bumbu dramatis yaitu lamaran di rumah sakit! Alan sampai melupakan imbas kejadian saat di bandara.
Jika saja Rian tak meneleponnya dan menanyakan soal video dirinya yang beredar cepat di media sosial, mungkin sampai upacara pernikahan pun, Alan tak menyadari.
Bahkan, video yang menunjukkan Sasha bersimpuh sambil berteriak 'Marry Me, Please' itu sudah menjadi trending topik di twitter dan instagram. Kini, semua kenalannya, pasiennya, tahu kalau Alan baru saja dilamar seorang gadis.
"Keterlaluan," gumamnya gemas, ingin sekali ia menoyor kepala Sasha saat ini juga saking kesalnya.
"Alan, jangan lupa lusa kita fitting baju pengantin."
"Lan, hari ini jangan lupa jemput Sasha ya. Kata Bu Ina, Sasha ikut seminar di Jl. Mahardika. Selesai setengah jam lagi."
Alan mengumpat dalam hati. Sejak berita ini muncul dimana-mana dan ia mengetahuinya, Alan bahkan tak berani keluar dari rumah sama sekali.
"Alan," panggil Srikarni akhirnya masuk ke kamar Alan setelah mengoceh sendirian.
"Iya - Oma. Alan jalan sekarang," sahut Alan beranjak dari tempat tidur, meraih jaket leather hitam miliknya, juga kunci motor.
"Itu apa?" tanya Srikarni melihat sebuah map yang dibawa oleh Alan.
"Berkas yang harus Alan kumpulin, buat kirim ke KUA," jawab Alan singkat lalu berpamitan pada Srikarni untuk keluar.
"Berkas ke KUA? Bukannya udah di urus ..." Srikarni terdiam sejenak. Kemudian segera menggelengkan kepalanya ketika ponselnya berdering panggilan masuk dari calon besannya itu. Senyum lebar kini merekah di wajahnya hingga melupakan kejanggalan ucapan Alan barusan.
Langkah cepat Alan langsung tertuju pada motor sport berwarna hitam dengan helm senada. Sebenarnya Alan bisa saja mengendarai mobil. Tapi sekali lagi, gajinya sebagai dokter gigi baru mampu membeli motor atau mungkin mobil biasa yang harganya lebih murah dari yang ditawarkan ayahnya. Tapi sekali lagi, Alan enggan menerima pemberian ayahnya. Ia juga lebih memilih motor karena lebih efektif jika berada di jalanan.
Jika saja tak ada yang perlu ia sampaikan kepada Sasha, mana mungkin ia mau menjemput gadis itu. Belum jadi istri saja sudah menyusahkan, apalagi setelah mereka menikah? Jangan harap Sasha bisa menjadi gadis yang manja lagi.
***
Seminar kelas jurnalistik sudah selesai Sasha jalani. Berkat informasi dari Instagram, hari ini ia mendapatkan ilmu gratis dari para narasumber yang berpengalaman. Apalagi, Srikarni menjanjikan akan membiayai kuliah jurnalistik Sasha, tentu saja menikah dengan Alan bukan lagi hal yang begitu berat.
Bahkan, di seminar ini, Sasha bisa bertemu dengan teman-teman online-nya yang ia kenal dari grup-grup jurnalistik.
"Sha, pulang ke mana? Bareng aja yuk?" tanya Dani ketika Sasha masih berjalan bersama dengan dua temannya Tika dan Meta.
"Eh, Dan. Gue ke arah Suryatama sih. Tapi mau bareng Meta," jawab Sasha tersenyum.
"Serius bareng Meta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED TO BE YOURS
RomanceAlan tak pernah membayangkan kalau ia akan dilamar oleh gadis kecil seperti Sasha. Padahal gadis yang baru menginjak usia 19 tahun itu dengan jelas menolak perjodohan mereka sebelumnya. Sasha sendiri merasa ingin menghardik diri sendiri ketika ia m...